Berita Belitung

Dul Mulok Tetap Eksis di Daerah Ini, Simak Kisahnya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI: Dul Mulok

Cara hidup masyarakat Belitung juga berkaitan dengan etnoastronomi. Masyarakat Belitung yang juga terkenal pelaut, memiliki pengetahuan lokal dalam memahami fenomena benda langit. 

Marwan lalu menceritakan, dalam astronomi modern pasang-surut air laut hanya ada dua, spring tides yakni kondisi saat bubongan atau paling tinggi dan surut paling rendah. Juga neap tides atau taru' dalam bahasa Belitung ketika pasang tidak tinggi, surut pun tidak rendah. 

Masyarakat lokal juga memahami ilmu tanda-tanda atau semiotika. Misalnya saat melihat anggrek di pohon kelapa berbunga, saat pergi ke laut dapat dilihat kondisi aik taru' atau pasang tidak terlalu tinggi surut tidak rendah.

"Kenapa air dan anggrek ada hubungan? Itu berhubungan rasio kandungan nitrogen dan fosfor. Begitu daya tarik bulan tinggi, nitrogen tinggi, pucuk yang tumbuh. Begitu bulan menurun, air laut pasang tidak terlalu tinggi, surut tidak rendah, nitrogen turun, fosfor pun naik, bunga tumbuh," ucapnya. 

Pemerhati Budaya Belitung Rahini Ridwan juga berpesan agar tidak mengabaikan pengetahuan lokal. Setidaknya, pengetahuan modern dan tradisional dapat dipelajari bersamaan. 

"Jangan-jangan secara intelektual, ilmu pengetahuan maju tapi secara kebudayaan mundur. Semaju apapun zaman, pengetahuan dari kakek nenek jangan diabaikan. Minimal berjalan sama-sama, modern dan tradisional jangan dibenturkan karena ada waktunya tradisional bisa bermanfaat pada situasi tertentu," ujarnya. (Bangkapos.com/Adelina Nurmalitasari) 

 

Berita Terkini