BANGKAPOS.COM -- Mengenal dua geng motor XTC dan Monraker yang terseret kasus pembunuhan Vina Cirebon dan Eky.
Dimana terdakwa Rivaldi Aditya Wardana alias Andika dan Eko Ramadani alias Koplak mencari kelompok geng motor XTC.
Sebelumnya, komplotan pelaku Pegi alias Perong bersama Rivaldi Aditya Wardana alias Andika dan Eko Ramadani alias Koplak, Hadi Saputra alias Bolang, Eka Sandy alias Tiwul, Jaya alias Kliwon, Supriyanto alias Kasdul, Sudirman alias Saka Tatal, Andi dan Dani berkumpul di warung Ibu Nining sekira pukul 19.30 WIB.
Disana, Andi menyampaikan adanya masalah dengan geng XTC.
Ia meminta bantuan geng motor Moonraker untuk mencari kelompok geng motor XTC.
Sementara itu, Eki yang sedang membonceng Vina memakai jaket bertuliskan XTC hendak pulang ke rumahnya. Nama geng motor Moonraker dan XTC pun terseret dalam tragedi tersebut.
Sejarah Moonraker
Melansir TribunJakarta.com, sejarah geng motor Moonraker berawal di Bandung tahun 1979. Sejarah kelompok motor tersebut dikutip dari laman Moonraker Indonesia.
Dimana, tiga bikers jago ngebut di jalanan, Uci, Geri dan Aul nonton film Moonraker yang dibintangi oleh Roger Moore.
Mr. Moore saat itu berperan menjadi agen Inggris yaitu James Bond dengan kode penugasan double O Seven alias 007.
Setahun sebelumnya pada peringatan hari sumpah pemuda 28 Oktober 1978, kelompok mereka sudah memiliki nama Moonwalker.
Pendiri lalu sepakat mengubah nama Moonwalker menjadi Moonraker.
Klub motor itu kini disegani di jalanan Bandung. Moonraker adalah sebuah perkumpulan pengendara berbagai jenis motor.
Perkumpulan ini didirikan oleh tujuh orang pemuda di kota Bandung pada tanggal 28 Oktober 1978.
Secara formal, nama Moonraker disahkan pada tahun 1979 menggantikan nama perkumpulan sebelumnya.
Nama Moonraker sendiri diadopsi dari nama sebuah judul film James Bond yang sedang hits pada saat itu. Mencari bibit pembalap tujuan utama terbentuknya klub ini.
Moonraker memiliki bendera berwarna Merah Putih dan Biru.
Warna Merah dan Putih bermakna bahwa klub ini berada di Indonesia dan berskala nasional sedangkan warna Biru memiliki arti persaudaraan yang akan terus meluas, membangun anggota yang mempunyai citra yang baik di dalam organisasi maupun masyarakat.
Dikutip dari laman tersebut, nama Moonraker memang melegenda di kalangan anak-anak Bandung.
Mereka selalu turun balapan antar life members atau klub lain saat lalu lintas sedang ramai-ramainya. Jalan sesak di Ir. Juanda atau Dago menjadi ajang adu adrenalin. Soal riding skill dan kenekatan mereka menjadi buah bibir semua pembalap liar dan cewek-cewek Bandung.
Ada yang belum pernah dengar istilah gitik Moonraker? Itu adalah manuver cepat dan beringas dari gaya mereka saat ada di jalanan.
Motor yang dikendarai seperti patah-patah dan bergerak cepat, itu adalah ciri khas dari klub ini.
Tak bisa dipungkiri, untuk menegaskan eksistensi mereka, balapan liar dan pertarungan di jalan menjadi sejarah yang tak bisa lepas dan mengisi hari-hari para life members nya.
Klub berlambang serigala terbang ini juga kental doktrinasi dan semangat persaudaraan.
Anggotanya menjadi sangat loyal dan setia karena semangat persaudaraan yang sangat kental. Senior dan junior ibarat kakak adik, saling menyayangi dalam suka dan duka. Moonraker juga punya motto wanieun alias berani.
Baru tahun 1986, klub ini makin terkordinasi rapi dengan kepengurusan yang teratur, AD/ART.
Lalu Moonraker merumuskan kepengurusan agar semakin profesional dengan mengadakan kongres Moonraker pada 29 Agustus 2010.
Moonraker tercatat sebagai klub motor satu-satunya yang mampu menyelenggarakan event road race dan dinobatkan menjadi klub terbaik oleh IMI Jabar.
Moonraker juga sangat kooperatif membantu kemajuan dunia sport di Jawa Barat.
Secara klub mereka pun aktif dalam kegiatan sosial. Prestasi dan jasanya bagi Jawa Barat sudah sangat begitu banyak.
Kecenderungan informasi yang mengelilingi klub Moonraker sebagai geng motor selama beberapa dekade ini membuat perubahan struktur dari klub Moonraker.
Pembenahan internal dilakukan demi menjaga nama baik klub.
Setiap dua tahun sekali klub Moonraker menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) yang pertama kali diselenggarakan di Bandung pada tahun 2010.
Profil XTC
Mengutip GridOto dan TribunLampungWiki, XTC merupakan komunitas otomotif yang berdiri pada tahun 1982 oleh 7 orang pemuda Bandung.
Kemudian XTC berganti nama menjadi menjadi Exalt To Creativity dengan simbol kelompok berupa bendera berwarna paling atas putih-biru, muda-biru tua.
Di tengahnya ada simbol lebah yang secara harfiah oleh anggota kelompok XTC dimaknai sebagai solidaritas antaranggota.
Bila salah satu di antara mereka ada yang diserang, maka yang lainnya akan membela seperti halnya lebah.
Awalnya XTC yang berarti Exalt To Coitus didirikan pemuda asal Bandung sebagai bentuk identitas kelompok yang menggemari dunia otomotif.
Lambat laun organisasi non-formal ini mendapat apresiasi dari kalangan muda, utamanya remaja Sekolah Menengah Pertama dan Atas.
Kelompok XTC dalam persepsi sebagian masyarakat dianggap gangster karena aktivitas jalanan berupa kebut-kebutan, balapan liar, bahkan tindak pidana ringan hingga berat berupa aksi massa yang mengakibatkan perkelahian massal yang bisa memakan korban jiwa.
Menuju usia dekade ke-4, XTC Indonesia akhirnya mengikrarkan diri sebagai organisasi masyarakat (ormas) di tempat kelahirannya di Bandung, Minggu 7 Juni 2015.
Perubahan tersebut menjadi yang kali kedua setelah pada 23 April 2013 eks geng bermotor terbesar di Bandung ini bertransformasi menjadi organisasi kepemudaan (OKP).
"Organisasi kepemudaan tidak bisa bertahan lama karena terpatok oleh umur, sedangkan anggota XTC ada yang sudah berumur di atas 40 tahun. Ini wajar saja karena umur organisasi ini sudah 33 tahun," ujar Ketua Dewan Pembina XTC Indonesia, Ivan Rivky.
Pada awal berdiri, 31 Desember 1982 silam, XTC berwujud sebagai organisasi otomotif.
Anggota organisasi ini menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan hingga ke Jepang dan Los Angeles, Amerika Serikat.
Berbagai cara telah ditempuh XTC untuk mengubah stigma negatif. XTC memperketat tata tertib keanggotaan dan menjalin komunikasi dengan berbagai instansi, seperti polisi, TNI, termasuk pemerintah.
Ivan mengaku hingga kini masih ada segelintir orang yang berperilaku sebagai anggota geng bermotor.
Mereka terkadang mengatasnamakan XTC.Namun, pendiri XTC ini meyakinkan bahwa organisasinya sudah berubah.
Bahkan, pihak kepolisian pun sudah mengetahui mana kelompok XTC asli dan XTC palsu.
Sementara itu, XTC juga berdiri di Lampung.
XTC Lampung amat menjunjung solidaritas. Ormas yang satu ini mengibaratkannya seperti lebah.
Ketika diganggu, maka kawanan lebah lainnya akan membantu menyerbu.
Ditambahkan oleh penasihat XTC Lampung, Yohendrik, XTC Lampung bahkan tumbuh menjadi sebuah keluarga.
Karena memiliki kekeluargaan dan solidaritas yang kuat. Saat ini, jumlah anggota XTC yang ada di Lampung berkisar 250 orang.
Kemudian terbagi ke dalam beberapa divisi. Pertama, esport, yang menaungi game online.
Kedua, XTC fighting club, yang fokus pada olahraga tinju. Selanjutnya, XTC racing team, yang menangani bagian otomotif.
Menariknya, dari jumlah tersebut terdapat anggota XTC Lampung dari kalangan perempuan. Bahkan dijuluki sebagai Laser, alias ladies sexy road.
XTC Jadi Ormas
Masih dikutip dari TribunJakarta.com, seiring berjalannya waktu, XTC tak lagi menjadi sebuah geng motor.
XTC telah berubah menjadi sebuah organisasi masyarakat (ormas).
Ketua Umum XTC Indonesia, Donny Akbar, menjelaskan XTC Indonesia sejak tahun 2012 sudah menjadi organisasi yang berbadan hukum.
"Artinya XTC sekarang bukan lah sebuah kelompok atau organisasi liar dan bukan pula sebagai geng motor yang sering disebut oleh sebagian masyarakat kita. Dan pada tahun 2012 itu, sudah menjadi bukti bahwa pribadi-pribadi anggota STC Indonesia menginginkan sebuah perubahan besar ke arah jauh lebih baik," ujarnya kata Donny seperti dikutip dari Instagram pribadinya.
XTC Indonesia, lanjut Donny, telah menggelar musyawarah nasional pertamanya pada 24 dan 25 Agustus tahun 2019 di Bandung.
"Ini menjadi bukti, bahwa XTC Indonesia serius untuk melakukan perubahan. Karena acara tersebut tentunya membutuhkan uang yang sangat besar, dan kami tidak akan sia-siakan. Kami terus berjuang dan tetap berjuang untuk mencapai cita-cita organisasi," pungkasnya.
Sementara itu pendiri XTC, Ivan Rivky Kabira atau biasa dipanggil Mas Bon, mengatakan bahwa awalnya XTC Indonesia berada dalam Ikatan Motor Indonesia (IMI).
Ivan mengatakan XTC termasuk pelopor di dalam organisasi induk olahraga bermotor tersebut.
"Akhirnya sempat berubah bentuk menjadi OKP (Organisasi Kepemudaan) nah sekarang sudah terdaftar di Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menjadi ormas," ujar Ivan seperti dikutip dari tayangan Youtube Nadya Ursulla.
Mas Bon mengklaim bahwa XTC kini menjadi ormas terbesar se-Indonesia untuk kelas komunitas.
"Karena lebih dari 25 provinsi, dari 37 provinsi di Indonesia," ujarnya.
Mas Bon lalu menceritakan bagaimana XTC tetap bertahan hingga kini.
Menurutnya, geng motor tersebut bisa bertahan karena kerap terlibat perkelahian antar geng motor lain.
"Untuk hidup geng ini, sampai hari ini, harus berantem. Kalau enggak berantem enggak ada XTC sampai hari ini. Gue enggak bucin loh (budak cinta), Gue enggak pernah ngapel-ngapel, kalau ngapel enggak ada XTC Indonesia," jelasnya.
Ia mengaku semasa mudanya aktif mengendarai motor sembari mencari lawan untuk diajak berkelahi.
(Bangkapos.com/TribunJakarta.com)