Oleh penyidik, Pram pun dituntun untuk mengubah BAP-nya.
"Diubah BAP-nya, jadi setelah jam 9 malam kamu pergi beli nasi kuning langsung pulang ke rumah kamu aja, tidur di rumah. Disuruh begitu," ujar Pram menirukan perkataan penyidik saat itu.
Pram yang merasa ketakutan dengan penyidik akhirnya menuruti suruhannya.
Padahal, kejadian yang sebenarnya, Pram dan para terpidana menginap di rumah Pasren.
Liga Akbar Juga Ubah Kesaksian
Sementara, saksi lainnya, Liga Akbar, mengaku bahwa BAP-nya pada tahun 2016 bukan yang sebenarnya.
Liga Akbar merasa tak tenang dengan peristiwa 8 tahun silam yang mencuat kembali.
Kuasa Hukum Liga Akbar, Yudia Alamsyach, menceritakan kronologi yang disampaikan oleh kliennya itu.
Yudia menyebut jika Liga Akbar mencabut BAP lama itu lantaran merasa bersalah memberikan kesaksian palsu.
Liga Akbar rupanya tertekan karena kesaksiannya berbanding terbalik dengan pernyataan fakta dari pihak lain.
“Liga ini merasa semakin ramai kasus Vina, semakin tertekan karena merasa bertentangan,” ucap Yudia saat berbincang dengan Kang Dedi Mulyadi (KDM), Sabtu (8/6/2024).
Apalagi Liga memang merupakan teman dekat Eky.
Sehingga ia juga mengenal Vina.
Saat itu diketahui jika Eky dan Liga dari Majalengka menuju ke Cirebon.
Keduanya kemudian sempat mampir untuk nongkrong sembari Eky menunggu acara geng motor XTCnya digelar.
"Kronologis dipotong itu, Eky itu dari Majalengka dengan Liga, dari situ bareng dua motor rencanannya Eky mau ke Kuningan ada acara geng," ujarnya.
"Nongkrong di warung sekitar SMA 5, Liga ga niat ikut, jadi di situ sekitar sebelum Magrib," sambung Yudia.
Namun saat kejadian, Liga Akbar berpisah dengan Eky dan Vina setelah sempat nongkrong bersama di dekat warung SMAN 5 Cirebon.
"Setelah isya Eky balik lagi bersama Vina. Itu ada sekitar 30 menit, nongkrong, ngopi. Setelah itu mereka pamit ke Kuningan lewat Arumsari karena ada rumahnya Eky juga. Setelah itu putus ga ada komunikasi karena memang terakhir Liga bertemu di warung itu," ucapnya.
"Sempet ada obrolan Eky nunjukin orang yang ngajak ribut, yang Pegi Setiawan ini? bukan, tapi ada yang udah masuk salah satu, yang Rifaldy," jelasnya.
Akan tetapi dalam BAP dilakukan 2016 silam, kronologi tersebut diduga direkayasa seolah-olah Liga menyaksikan pelemparan dan pengejaran oleh para pelaku terhadap Eky-Vina.
Padahal saat itu Liga berada di warung tongkrongan hingga tengah malam.
Dalam kronologis sebelumnya, Liga disebut bareng dengan Eky dan Vina sampai lampu merah SMPN 11 Cirebon.
Saat itu ada aksi pelemparan dan pengejaran. Kedua korban lurus sementara Liga menyelamatkan diri masuk gang.
"Bawa samurai, ditangkep dibawa di Polres, kalo Rifaldy emang, terus dari alur Eky, Vina, Liga juga ada omongan pelemparan itu ga ada, menurut Aep ada," jelas Yudia.
"Yang sebenarnya itu Liga tidak ikut ke Kuningan, dia nongkrong di warung sampai jam 12-an malam. Cerita itu (pelemparan/pengejaran) sebenernya tidak ada, tapi disambungkan oleh Aep dan Dede yang artinya rangkaian yang ini dikondisikan, yang satu mengaminkan,” katanya.
Mengetahui hal itu, Liga muncul untuk menarik BAP tersebut.
Sebab ia selama ini tidak tenang karena ada bagian kronologis yang direkayasa.
"Kemarin saya ambil Liga karena dia ingin mengatakan yang sebenarnya, karena akan mengubah kronologis yang telah digambarkan," pungkasnya.
"Tidak diarahkan apa, cuma tujuannya apa, dia bilang tidak enak, tidak tenang karena ada bagian kronologis yang sudah direkayasa, saya ingin mengatakan yang sebenarnya, ya bagus, jangan sampe kejeblos dua kali saya bilang," lanjut Yudia.
Yudia menyebut jika dulu Liga diminta mengaku ikut jadi korban bersama Eky dan Vina.
"Liga bareng Egy sama Vina bareng sampe lampu merah, di kronologis yang dulu ada, ada diteriaki, kejar kejaran sama dilempari,"
"Eky dan Vina lurus, Liga itu masuk gang, selamat dia, dia pulang kerumah, setengah jam balik lagi kesitu, ditambah keterangan Aep dan Dede yang sebenarnya ga ada," ujarnya menjelaskan.
Sementara itu Dedi Mulyadi menyambut baik langkan Polda Jabar yang membuka layanan informasi terkait kasus tersebut.
Ia berharap segala bentuk informasi yang diberikan masyarakat bisa membuat kasus ini semakin terbuka.
Begitu pun dengan Liga Akbar yang berani untuk membuat tindakan sehingga teka-teki kasus tewasnya Eky dan Vina delapan tahun silam sudah mulai terang.
“Mudah-mudahan kasus ini cepat selesai dan kita semua berbicara fakta dan data yang objektif,” ujar Kang Dedi Mulyadi.
(Bangkapos.com/Vigestha Repit/Wartakota/Tribun Sumsel)