“Saya lewat broker pak,” kata Asui.
“Maksudnya gimana tuh?,” tanya Jaksa.
“Ada kolektor lagi,” ucap Asui.
“Bisa tidak saksi menjual secara langsung ke smelter?,” tanya Jaksa.
“Engga bisa pak harus pakai broker,” jelasnya.
Asui menuturkan, bahwa broker-broker tersebut merupakan kolektor perorangan yang ditunjuk oleh
smelter-smelter swasta yang akan membeli bijih-bijih timah tersebut.
Nantinya dia menjual bijih-bijih itu menggunakan dua cara yakni mengirimkan ke broker atau broker tersebut yang menjemput bijih timah ke Asui.
“Kalau dari Hassan Tjie dia yang jemput pak. Kalau SBS saya yang antar,” kata Asui.
Asui pun mengatakan dalam sepekan dirinya bisa menjual bijih timah ke dua smelter swasta itu sebanyak 7 hingga 15 ton.
Sementara uang yang dihasilkan dari penjualan tersebut Asui mampu meraup uang senilai Rp1 miliar
hingga Rp1,5 miliar.
“Untuk per minggu itu ada 7 ton sampai 15 ton,” ucap Asui.
“Uangnya?,” tanya Jaksa.
“Uangnya kadang-kadang 1 M, ada yang di bawah 1 M juga,” tutur Asui.
“1 M sampai 1,5 M ya?,” tanya Jaksa memastikan.
“Iya kurang lebih segitu,” pungkas Asui.