1. LAINNYA, SEPEDA MTB Tahun 2015, HASIL SENDIRI: Rp 4.800.000
2. MOTOR, PIAGGIO VESPA Tahun 2016, HASIL SENDIRI: Rp 21.000.000
3. LAINNYA, LITEPRO SELI HELIUM Tahun 2015, HASIL SENDIRI: Rp 2.750.000
4. MOBIL, TOYOTA VOXY20AT Tahun 2020, HASIL SENDIRI: Rp 390.000.000
5. LAINNYA, ANGEL RB Tahun 2021, HASIL SENDIRI: Rp 30.000.000
C. HARTA BERGERAK LAINNYA: Rp 323.820.000
D. SURAT BERHARGA: Rp ----
E. KAS DAN SETARA KAS: Rp 365.000.000
F. HARTA LAINNYA: Rp ----
Sub Total Rp 7.937.370.000
III. HUTANG Rp ----
IV. TOTAL HARTA KEKAYAAN (II-III) Rp 7.937.370.000
Dukung OTT dan Hapus Lift Pimpinan di Gedung Merah Putih
Sebagai Ketua KPK, Setyo Budianto mendukung adanya operasi tangkap tangan (OTT).
Ia menilai operasi tangkap tangan (OTT) masih perlu dilanjutkan oleh lembaga antirasuah.
Namun, ia menekankan bahwa OTT yang dilakukan tak perlu dengan kuantitas yang banyak, tapi harus selektif.
Menurut Jenderal polisi bintang tiga itu, OTT bisa menjadi pintu masuk untuk mengungkap perkara besar.
"Menurut kami, OTT itu masih diperlukan. Karena kenapa diperlukan, OTT adalah pintu masuk terhadap perkara-perkara yang diperlukan untuk bisa membuka perkara yang lebih besar," kata Setyo di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (18/11/2024).
Calon pimpinan KPK asal Polri itu, menekankan agar OTT bisa menyasar pada kasus prioritas.
"Memang, OTT ini tidak perlu harus banyak, betul-betul selektif, prioritas, tetapi masih diperlukan untuk saat ini. Betul-betul selektif, prioritas. Dalam rangka mengantisipasi praperadilan dan lain-lain," ucapnya.
"Dilaksanakan secara rigid, bersih, dan meminimalisir kesalahan dan tidak menimbulkan hal-hal yang berisiko tapi bisa membuka perkara-perkara yang lebih besar lagi," tandasnya.
Selain itu, Mantan Direktur Penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (Dirdik KPK) ini juga menyatakan keinginannya untuk meniadakan lift khusus pimpinan KPK di Gedung Merah Putih KPK.
Menurut Setyo, lift tersebut menjadi salah satu penyebab minimnya koordinasi antara pimpinan KPK dengan anggota di bawahnya.
"Kalau perlu di KPK itu ada lift VIP yang jadi jalur pimpinan, kalau perlu ini akan diubah. Nah, itu berlaku umum saja, jadi tidak perlu lagi ada jalur VIP yang untuk pimpinan saja," ujarnya, Senin (18/11/2024).
Pada uji kelayakan capim KPK, Setyo memang menyoroti kurang koordinasi di internal KPK, terutama di level pimpinan.
"Selama ini pimpinan itu turun di basement. Kemudian masuk di lift VIP, sampai di lantai 15 dan tidak pernah bertemu dengan pegawai, tidak pernah berinteraksi dengan pegawai, kemudian pulang juga seperti itu. Jadi menurut saya hubungan dengan pegawai sangat jarang sekali," ujarnya.
Selain itu, Setyo menilai seharusnya pimpinan KPK itu bersifat kolektif kolegial.
Ia meyakini jika pimpinan KPK memaksimalkan kolektif kolegial, akan muncul integritas di internal lembaga antirasuah.
"Kami berharap bahwa pimpinan betul-betul kolektif kolegial, tidak ada lagi, istilahnya 3-2, 4-1. Tapi betul-betul kolektif kolegial itu betul-betul maksimal," pungkasnya.
Kontroversi Setyo Budiyanto
Sejauh ini bisa dibilang belum ada kontroversi negatif dari seorang Setyo Budiyanto di mata publik.
Jika pun ada, mungkin kontroversi dirinya di hadapan anggota DPR RI.
Setyo Budiyanto pernah menyatakan keberaniannya menyingkirkan pimpinan KPK lain yang bermasalah secara etik.
Hal ini sempat menjadi sorotan dan pertanyaan Anggota Komisi III DPR RI Fraksi Partai Demokrat Hinca Pandjaitan dan disampaikan dalam uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test calon pimpinan KPK, pada Senin (18/11/2024).
Mulanya, Hinca menyinggung pernyataan Setyo yang tak segan melaporkan pimpinan KPK bermasalah demi nama baik institusi.
"Saya pernah mencatat statement ini apakah masih relevan dengan makalah calon, waktu itu bilang begini, 'lebih baik merusak kolegialisme daripada merusak institusi atau organisasi' rekam jejaknya masih ada ini," kata Hinca di Ruang Rapat Komisi III DPR, Senayan, Jakarta.
"Ini kesan yang ingin disampaikan calon adalah untuk menjadi pimpinan maka kita tidak segan-segan menyingkirkan pimpinan yang bermasalah secara etik. Apakah seperti itu masih berlangsung pikiran itu," imbuhnya.
Kemudian, Hinca menyinggung banyaknya masalah etika yang terjadi oleh pimpinan KPK era Firli Bahuri dkk.
Dia berharap tidak ada lagi pimpinan KPK melanggar etika.
"Karena pengalaman kita KPK sekarang problem etiknya banyak itu yang Diingatkan teman-teman kita tidak ingin terulang," ujarnya.
Lantas, Hinca menanyakan bagaimana sikap Setyo jika terpilih menjadi pimpinan KPK mendatang. Apakah ketegasannya itu akan dipertahankan.
"Sehingga bagaimana kita, atau pak Setyo menjalankan pendekatan tanpa mengorbankan kohesi tim dan semangat kolaboratif yanh sama pentingnya bagi keberhasilan organisasi sebesar KPK," ucapnya.
"Kalau saya ingin menggambarkan kalau dalam keranjang ada jeruk terbaik dari kabanjahe terus ada jeruk busuk dalam keranjang kita ingin memastikan agar lain tidak busuk atau malah sebaliknya dihancurkan sekeranjang-keranjangnya apakah pikiran pak Setyo Budianto kaitan dengan makalah ini nyambung juga dengan pencegahan ke depan," tandasnya.
(Tribun Bengkulu/ Tribunnews/ bangkapos.com)