"Kasus pemukulan saat ini sedang ditangani pihak kepolisian Polda Sumsel. Kami memberikan apresiasi kepada pihak kepolisian dan sangat berharap agar laporan tersebut ditindaklanjuti secara profesional dan berkeadilan," tambahnya.
Dekan FK Unsri tersebut menegaskan bahwa pihak kampus mendukung penuh proses penyelidikan yang dilakukan oleh kepolisian.
"Kami berharap laporan korban dapat berjalan dengan baik, adil, dan transparan demi memberikan kepastian hukum dan rasa keadilan kepada semua pihak yang terlibat," katanya.
Ia juga mengimbau agar semua pihak menjaga ketentraman dan menghindari tindakan yang dapat memperkeruh situasi.
Sementara itu, dosen sekaligus dokter bedah dr Hendra Cipta pun mengurai keprihatinannya.
dr Hendra Cipta tak terima muridnya yakni Lutfi dianiaya perkara jadwal jaga koas.
Menurut dr Hendra Cipta, tindakan yang dilakukan diduga oleh sopir dan ibunda Lady itu adalah aksi sok jago yang tak patut dicontoh.
"Kasian muridku, walau aku bukan dosen tetap FK Unsri. Hatiku tercabik-cabik ada muridku dipukuli orang lain. Murid ini mau jadi dokter, bukan mau jadi petarung MMA. Mudah-mudahan keadilan akan segera diberikan. Negeri ini gak ada tempat untuk orang-orang sok jago menggunakan kekerasan apalagi di depan umum," tulis dr Hendra Cipta dalam postingannya.
Karenanya, dr Hendra Cipta menggaungkan tagar guna meminta keadilan untuk dokter koas Lutfi.
Dalam tagar tersebut, tersemat julukan yang diduga untuk Lady yakni julukan anak mama.
"Kita berduka we stand with you doc! premanisme bukan cara kita, mahasiswa kedokteran #anak mama. Bertempur demi masa depan, bukan libur untuk sorotan," tulis dr Hendra dalam postingan Instagram-nya.
Kasus yang telah viral hingga jadi trending di Twitter itu membuat sosok keluarga Lady dikuliti.
Akun bernama ceocemical di Twitter membongkar sosok keluarga Lady yang jadi pemicu Lutfi dipukuli.
Diduga Lady memiliki orang tua pejabat dan bukan sosok sembarangan.
"Nih lengkapnya ya netizen gausah tanya kenapa berani gini, maklum bapaknya Dedy Mandarsyah (Kepala BPJN Kalbar), istrinya Sri Meilina terkenal karena punya galeri batik tenun di Palembang," tulis akun tersebut.
Terkait sosok orang tua Lady, dr Hendra Cipta sempat mengurai fakta mengejutkan.
Berdasarkan cerita kakak korban yakni Audi, pelaku belum minta maaf kepada dokter koas Lutfi.
Bukannya minta maaf, pelaku malah meminta damai.
"Pelaku lah minta maaf?" tanya dr Hendra.
"Saat ini belum. Yang ada malah ibu pelaku datang ke RS Bhayangkara hanya minta supaya jalur damai," kata Audi.
Kronologi
Sebelumnya beredar di sosial media video pemukulan yang dilakukan diduga oleh pihak Lady, yang korbannya adalah seorang dokter koas bernama Luthfi.
Diketahui korban bernama Lutfi yang merupakan seorang chief koas mahasiswa Universitas Sriwijaya.
Dalam video tersebut, korban yang masih mengenakan seragam koas mendapat pukulan bertubi-tubi oleh seorang pria berbaju merah, yang kemudian diketahui berinisial DT.
Lalu, beberapa orang tampak berusaha melerai. Namun, upaya tersebut tak membuahkan hasil dan pelaku tetap memukuli korban terus-menerus.
Titis Rachmawati, pengacara DT, menjelaskan kronologi penganiayaan terhadap Muhammad Luthfi, dokter koas FK Universitas Sriwijaya, Palembang. Kejadian itu berlangsung pada Rabu (11/12/2024) di salah satu tempat makan di kawasan Demang Lebar Daun, Palembang.
Mulanya, Lady yang merupakan dokter koas sekaligus rekan Lutfhi, datang bersama ibunya, LN, dan DT, ke tempat makan tersebut untuk bertemu Lutfhi guna membicarakan terkait penjadwalan kegiatan fakultas kedokteran.
DT merupakan sopir Lady yang masih memiliki ikatan keluarga.
"Ibu LN bertujuan berkomunikasi (dengan korban), mungkin dia mengira anaknya (LD) tidak bisa berkomunikasi dengan sesama koas tersebut," kata Titis saat berada di Mapolda Sumsel, Jumat (13/12/2024).
Saat pertemuan tersebut, LN meminta agar jadwal piket Lady di malam tahun baru diatur ulang.
Namun, Lutfhi dinilai tak menanggapi permintaan tersebut sehingga DT merasa kesal hingga terjadi penganiayaan.
"Menurut dia (DT), korban itu tidak merespons seperti itu saja. Kalau orang tidak direspons, itu tidak ditanggapi, jadi dia (DT) terprovokasi," kata Titis.
"(Pertemuan) hanya tentang penjadwalan kegiatan koas fakultas kedokteran, karena mungkin berbeda umur. Yang satu mahasiswa, memang dia (Luthfi) mempunyai kewenangan beban dari kampusnya. Kebetulan, LD juga mengikuti proses yang sama. Mungkin dari LD ada beban terlalu berat, ada sesuatu yang tidak diperlakukan sama. Ada yang namanya tingkat stres anak-anak ini kan beda. Jadi kita harus sikapi dengan bijak tanpa berlebihan," ungkapnya.
Terkait kejadian itu, Titis memastikan keluarga LD akan bertanggung jawab secara penuh dan meminta maaf kepada Luthfi atas tindak kekerasan yang dilakukan DT.
Ia berharap kasus ini dapat berakhir damai sehingga keduanya dapat menyelesaikan pendidikan dokter.
"Pasti kami akan lakukan upaya perdamaian. Kita ikuti proses hukum. Kalau dilakukan penahanan, kita ikut," katanya. (Tribun Network/ kompas.com/ bangkapos.com)