"Saya harus insaf, cukup lama jadi preman. Karena sakit, masuk rumah sakit divonis mati, tapi masih diberikan kesempatan hidup kedua, makanya di situ saya berhenti," ungkap Nico lagi.
Kurang Kasih Sayang
Nicho mengatakan penyebab dirinya terjerumus ke dalam jurang kejahatan kala itu karena kurangnya kasih sayang dari orang tuanya.
Ia mengaku berasal dari keluarga broken home.
"Saya berasal dari keluarga broken home, jadi bukan karena saya mau jadi preman. Bapak saya seorang lawyer, jadi kami ini karena kurang kasih sayang ortu akhirnya terjun ke dalam pergaulan bebas. Akhirnya gabung lah saya di Tanah Abang dengan Hercules," ceritanya.
Nicho merasa mendapatkan perhatian lebih dari kelompok preman di sana.
Ia melihat solidaritas antar anggota tinggi sekali bahwa mereka senasib sepenanggungan.
"Preman justru kalau dia sudah dekat dengan seseorang, jangankan bicara orang, nyawa pun dia bisa pertaruhkan tanpa harus dikasih uang."
"Dia bisa pertaruhkan nyawa dia, karena dia punya loyalitas itu luar biasa. Setia kawan," katanya.
Nicho mengaku telah insaf dengan masa lalunya yang kelam.
Titik balik hidupnya kala itu ketika ia divonis oleh dokter tak bisa selamat.
"Karena sakit aja, masuk rumah sakit divonis dokter mati tapi masih diberikan kesempatan. Dikasih kesempatan kedua. makanya saya insaf," ujarnya.
Menurutnya, munculnya preman yang merebak karena permasalahan 'perut'.
Rasa lapar yang menggigit-gigit perut membuat mereka berani terhadap siapa saja.
"Jadi, preman-preman ini yang di jalanan kalau ditanya, biasa panggil saya kakak Niko. 'Kakak, kalau orang lapar itu kakak, dia bisa nekat dari tentara sama polisi'. Itu yang bikin mereka berani," pungkasnya.
(Bangkapos.com/TribunnewsBogor.com/TribunJakarta.com)