Advetorial

Dosen Prodi Sarjana Manajemen FEB UBB Gelar Pengabdian Masyarakat di Desa Rajik dan Permis

Penulis: iklan bangkapos
Editor: Hendra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim dosen dari Program Studi S1 Manajemen, Jurusan Manajemen dan Bisnis FEB UBB dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Rajik dan Desa Permis, Kabupaten Bangka Selatan.

Salah satu warga yang hadir dalam diskusi menyampaikan keprihatinannya terhadap kebiasaan sebagian masyarakat yang masih membuang sampah langsung ke bandar (saluran air). Kebiasaan ini dianggap mencemari lingkungan dan berpotensi merusak ekosistem yang seharusnya mendukung pariwisata berbasis alam.

Warga lainnya menyampaikan bahwa ketersediaan lahan untuk TPS3R dan armada pengangkut sampah masih menjadi tantangan tersendiri.

Oleh karena itu, mereka sangat terbantu dengan hadirnya tim dari UBB yang memberikan solusi teknis dan pendekatan partisipatif.

Menariknya, sebagian peserta diskusi berasal dari kelompok pemuda desa yang aktif dalam kegiatan sosial dan lingkungan.

Mereka menyampaikan harapan agar pelatihan semacam ini dapat dilanjutkan secara berkala untuk membangun kesadaran lintas generasi tentang pentingnya pengelolaan sampah.

Kepala Desa Permis dan Kepala Desa Rajik menyampaikan apresiasi atas kehadiran tim pengabdian dari UBB. Mereka menyambut hangat program ini sebagai bentuk nyata kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat desa dalam menjawab persoalan lingkungan secara langsung.

Kegiatan ini dilakukan dengan metode interaktif dan aplikatif, salah satunya melalui penjelasan langsung kepada masyarakat tentang bagaimana prinsip Reduce, Reuse, Recycle dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya, tim menunjukkan bagaimana limbah rumah tangga seperti cangkang telur dan sisa sayuran bisa dimanfaatkan menjadi kompos alami dengan cara sederhana, seperti dimasukkan ke dalam lubang resapan tanah.

Masyarakat juga diperlihatkan cara memilah antara sampah organik dan anorganik, serta diberi contoh penggunaan kembali limbah tertentu untuk keperluan rumah tangga bahkan pemanfaatan limbah tersebut agar dapat memberikan nilai jual. Penjelasan langsung ini menjadi salah satu bagian paling menarik dari kegiatan. 

Namun, berdasarkan hasil survei dan diskusi selama kegiatan, ditemukan bahwa masyarakat masih mengalami kendala dalam hal keterbatasan alat pengolahan sampah. Misalnya, tidak semua rumah tangga memiliki wadah pemilah sampah.

Nyatanya, TPS (Tempat Penampungan Sementara) yang tersedia memiliki jarak yang cukup jauh dari TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena menyulitkan proses pengangkutan sampah secara efisien dan berkelanjutan, serta dapat memengaruhi partisipasi masyarakat dalam membuang sampah pada tempat yang semestinya.

Dalam diskusi, tim pengabdian juga menekankan pentingnya mengoptimalkan pemanfaatan TPS yang sudah ada.

Warga didorong untuk secara kolektif menjaga dan mengelola TPS agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya, bukan hanya sekadar menjadi tempat tumpukan sampah sementara yang kumuh.

Menariknya, salah satu warga mengungkapkan bahwa tempat sampah biru yang sebelumnya telah disediakan di pinggir jalan untuk menampung sampah rumah tangga sebelum diangkut oleh petugas banyak yang hilang atau rusak.

Halaman
123

Berita Terkini