Berita Bangka Selatan

Antisipasi DBD, Dinkes Basel Ingatkan Masyarakat Tak Hanya Mengandalkan Fogging

Penulis: Cepi Marlianto
Editor: Hendra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bangka Selatan, dr Agus Pranawa.

BANGKAPOS.COM, BANGKA – Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung mengajak masyarakat untuk tidak tergantung dengan fogging alias pengasapan guna memberantas demam berdarah dengue (DBD).

Pasalnya, fogging tidak bisa dilakukan sembarangan dan hanya dilakukan setelah ada laporan kasus DBD tinggi atau pasien meninggal dunia berdasarkan hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE). Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) diklaim paling efektif mengendalikan DBD.

Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bangka Selatan, dr Agus Pranawa berujar tidak semua kasus DBD  memerlukan fogging.

Hal ini karena fogging hanya membunuh nyamuk yang dewasa. Ketika orang banyak melakukan fogging secara mandiri, menggunakan insektisida secara bebas, maka ada kemungkinan nyamuk menjadi resisten terhadap insektisida.

“Selain itu fogging menjadi tidak efektif. Karena hanya membunuh nyamuk dewasa, tapi jentik nyamuk tidak mati,” ujar dia kepada Bangkapos.com, Sabtu (23/8/2025).

Menurutnya fogging diperlukan ketika ditemukan kasus transmisi lokal atau penularan DBD setempat. Kegiatan ini diperlukan guna membasmi nyamuk dewasa. Akan tetapi, PSN adalah kegiatan yang lebih efektif mengendalikan serangan DBD.

Namun, program ini tidak boleh dilakukan hanya ketika musim hujan saja atau saat wabah DBD meningkat. Diakuinya nyamuk Aedes aegypti selalu ada, baik ketika musim kemarau maupun hujan.

Dengan rutin melakukan PSN, populasi nyamuk penyebab DBD bisa dikontrol. Setiap kepala desa maupun lurah diimbau agar tetap melakukan aksi gotong-royong di lingkungannya masing-masing sebagai upaya PSN. Dengan membersihkan lingkungan seperti selokan hingga tempat penampungan air. Karena beberapa tempat tersebut berpotensi menjadi sarang dan perkembang biakan nyamuk. 

“Dengan kesadaran masyarakat terkait dengan kebersihan lingkungan. Jadi DBD ini bisa diberantas bisa dicegah dan dikendalikan,” jelas Agus Pranawa.

Pemantau Jentik (Jumantik) mandiri. Selain PSN, untuk memberantas dan mencegah penyebaran DBD adalah menetapkan satu rumah satu Jumantik. Jumantik bertugas memantau jentik nyamuk yang ada di sekeliling tempat tinggal. Terutama di tempat-tempat yang biasa menjadi sarang nyamuk seperti di bak mandi karena jarang dikuras hingga genangan air di sampah kaleng atau plastik kemasan air minum.

Program 3M plus bisa dilakukan, dengan menguras, menutup dan mengubur tempat penyimpanan air yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Bisa juga memakai losion atau menggunakan kelambu saat hendak tidur. Masyarakat pun diminta tidak hanya mengandalkan fogging alias pengasapan, karena dinilai  kurang efektif dalam pemberantasan DBD.

Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, namun tidak dengan jentik nyamuk yang ada di tempat yang menampung air.

“Jadi selama selama PSN tidak dijalankan, penyakit demam berdarah ini tidak akan pernah selesai,” sebutnya.

Agus Pranawa turut mengimbau masyarakat yang keluarganya mengalami sakit untuk segera dibawa ke Puskesmas maupun rumah sakit. Khususnya jika mengalami demam sudah lebih dari tiga hari tidak turun. Bahkan suhu permukaan tubuh, terutama anak terasa dingin dikhawatirkan mereka terserang penyakit DBD.

“Jika anak-anak demam segera bawa ke Puskesmas atau rumah sakit,” ucap Agus Pranawa. (Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

Berita Terkini