Ponpes di Sidoarjo Ambruk
Tegarnya Abdurrahman Saat Jenazah Muhammad Soleh Tiba, Putranya Jadi Korban Ambruknya Musala Ponpes
Abdurrahman dan keluarganya tampak tegar ketika jenazah putra bungsnya tiba di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
“Saya tidak tahu persis siapa saja yang tertimpa bangunan, soalnya waktu itu saya berada di atas ikut kerja.
Anak-anak di musala sedang Salat Asar, tiba-tiba bangunannya ambruk,” ujar Rizki saat ditemui Surya.co.id di Rumah Sakit Siti Hajar, Sidoarjo, pada Senin malam.
Santri yang sudah tujuh tahun mondok di kawasan Buduran itu tak bisa banyak berbicara karena mengalami luka robek pada bagian dagu.
Namun, beruntung bahwa luka yang dialami Rizki tergolong ringan.
Selain robek pada bagian dagu, ia juga menderita luka pada dahi serta pipi kiri.
Rizki tak mengalami luka cedera sehingga diperbolehkan istirahat total secara mandiri di rumah.
Di rumah sakit yang sama, ada seorang santri dalam kondisi kritis yang dirawat, yaitu Furqon.
Ada pula puluhan korban luka sedang hingga ringan.
Sementara itu, satu korban meninggal dunia, Ahmad Maulana Alfian Ibrahim (13), juga sempat dilarikan ke Rumah Sakit Siti Hajar sebelum akhirnya dipulangkan ke rumah duka di Kelurahan Bongkaran, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota Surabaya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Surya.co.id sampai Selasa (30/9/2025), jumlah korban yang dievakuasi imbas kejadian ini ada sebanyak 87 orang.
Para korban menjalani perawatan di tiga rumah sakit berbeda wilayah Kabupaten Sidoarjo.
Rinciannya, 38 orang korban luka di RSUD Sidoarjo, empat korban luka di RS Delta Surya, dan 45 orang korban luka di RSI Siti Hajar, termasuk satu korban orang yang dilaporkan meninggal dunia.
Wahid, seorang santri kelas tujuh Madrasah Tsanawiyah (MTS) Al Khoziny, menyatakan bahwa bangunan musala sempat bergoyang sebelum ambruk..
"Ketika masuk rakaat kedua, bagian ujung mushala ambruk, lalu merembet ke bagian lain gedung," kata Wahid dilansir Antara.
Ia mengaku berhasil menyelamatkan diri dan mengajak santri lain untuk segera mengevakuasi diri.
Dari pengakuannya, jumlah santri yang sedang melaksanakan shalat berjamaah lebih dari 100 orang.
Wahid menambahkan bahwa musala tersebut memang sedang direnovasi untuk membangun ruang di lantai tiga.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Jules Abraham Abast mengatakan, pihaknya tetap berfokus pada proses pencarian terhadap korban yang dimungkinkan masih terjebak di balik reruntuhan bangunan.
"Kami tetap fokus pada Evakuasi. Evakuasi dan korban korban itu menjadi hal yang utama karena kita harus mengutamakan pada sisi Kemanusiaan," ujarnya di Lobby Gedung Bidang Humas Polda Jatim, pada Senin.
Lebih lanjut, Jules menyebut, Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Jatim juga telah mendirikan Posko Disaster Victim Identification (DVI) di dekat lokasi kejadian ambruknya bangunan ponpes tersebut
"Sudah langsung mulai malam ini juga ada Posko, nanti tentu akan melakukan identifikasi bilamana diperlukan terhadap korban-korban baik mengumpulkan data-data antemortem maupun post mortem," tuturnya.
Pihak Ponpes Buka Suara
Pengasuh Ponpes Al Khoziny KH R Abdus Salam Mujib alias Kiai Salam telah buka suara perihal peristiwa ambruknya bangunan tiga lantai di pondoknya.
Menurutnya, pembangunan musala tersebut sudah berjalan sekitar sembilan hingga sepuluh bulan.
Pada bagian bawah bangunan difungsikan untuk musala dan pada lantai atas bakal difungsikan untuk hall atau pusat kegiatan santri.
"Masih pengerjaan. Ini sedang pengerjaan lantai terakhir. Pagi tadi dilakukan pengecoran di lantai atas," ujar Kiai Salam pada awak media di lokasi, Senin.
Menurutnya, ketika bangunan tiga lantai itu ambruk, ada sejumlah santri sedang jemaah salat Asar.
Namun, dirinya tak bisa memastikan berapa jumlah santri yang sedang berjamaah.
Ia menyebut, ada santri yang sedang beristirahat di luar dan sebagian lainnya masih mengikuti kegiatan sekolah di lantai bawah.
"Saya kurang tahu pastinya kalau jumlahnya berapa. Tapi, seluruh santri yang berada di musala adalah santri putra," lanjutnya.
Akibat peristiwa itu, pihak pondok memutuskan untuk menghentikan sementara seluruh kegiatan pesantren hingga kondisi benar-benar aman.
"Kami anggap ini sebagai takdir dari Allah. Kami minta semua wali santri dan santri bersabar menunggu proses evakuasi."
"Semoga diberi ganti oleh Allah yang lebih baik, diberi pahala yang tak bisa diutarakan," pungkasnya.
Ia menyampaikan bahwa pengecoran musala telah selesai pada siang hari sebelum kejadian.
"Proses pengecoran dari pagi, siang sudah selesai," kata Salam kepada awak media di lokasi kejadian, Senin (29/9/2025).
Ia menjelaskan, gedung yang runtuh itu rencananya dibangun setinggi tiga lantai. Adapun pada hari kejadian tengah dilakukan tahap pengecoran atap lantai tiga.
Selain difungsikan sebagai musala di lantai pertama, gedung tersebut juga direncanakan menjadi balai pertemuan di lantai dua dan tiga.
Renovasi gedung sudah berlangsung sejak beberapa bulan lalu dan bagian yang ambruk ini merupakan tahapan akhir dari seluruh proses renovasi ponpes.
Salam menduga struktur bangunan tidak kuat menopang beban setelah pengecoran sehingga terjadi musibah tersebut.
Ia juga menegaskan bahwa saat kejadian dirinya tidak berada di lokasi.
"Saya tidak ikut mengimami shalat berjamaah Ashar tersebut," kata Salam.
Gubernur: Biaya Perawatan Ditanggung Pemprov
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan bahwa pihaknya terus memantau perkembangan penanganan evakuasi korban Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo.
Dalam sambutannya saat membuka Job Fair Inklusif Tahun 2025 di Dyandra Convention Center, Selasa (30/9/2025), Gubernur Khofifah memastikan sampai saat ini tiga santri terkonfirmasi meninggal dunia.
“Sampai saat ini tadi, tiga santri terkonfirmasi meninggal dunia. Ada Muhammad Saleh dari Bangka Belitung, Maulana Alfan Ibrahimnomik yang tadi malam terkonfirmasi, Muhammad Masdulhaq pagi ini terkonfirmasi disampaikan kepada kami,” kata Khofifah.
Ia pun kemudian menyebutkan bahwa tim gabungan terus berupaya melakukan evakuasi para korban. Tim ahli dari ITS juga didatangkan untuk membantu penanganan para korban.
Dia menambahkan, proses evakuasi masih berlangsung dan tim SAR harus berlomba dengan waktu karena mereka bekerja tanpa menggunakan alat berat agar tidak membahayakan para korban yang terjebak.
Meski begitu ia menyebut, menyelamatkan korban yang terjebak dalam reruntuhan gedung bukan hal yang mudah.
Semula ketika mendengar bangunan pesantren tersebut ambruk, Khofifah meminta tim mendatangkan eskavator. Dengan harapan bisa segera mengangkat bongkahan dan menyelamatkan santri yang terjebak.
“Tapi ternyata tidak semudah itu. Di lapangan, tidak bisa begitu. Karena ketika ada bongkahan diangkat, yang tidak terangkat berpotensi menambah berat reruntuhan dan justru akan semakin mendesak ke bawah,” kata Khofifah.
Bagi korban yang sudah teridentifikasi dan masih terjebak, tim gabungan melakukan upaya untuk memberikan suplai oksigen dan kebutuhan darurat. Dengan harapan bisa membantu bertahan hingga evakuasi dilakukan.
“Saya sudah tanya soal Golden Time-nya, mudah-mudahan para santri yang sekarang terjebak bisa segera selamat,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, Khofifah pun menjelaskan kemarin ada sebanyak 100 orang yang dibawa ke rumah sakit. Dari jumlah itu sekitar 70 an sudah pulang dan dijemput oleh wali santri.
“Yang masih di rawat di RS non RSUD biaya perawatannya akan ditanggung oleh Pemprov Jatim. Tapi yang dirawat di RSUD di Sidoarjo maka akan ditanggung oleh Pemkab Sidoarjo,” tegasnya.
Saat ini Pemprov Jatim sudah mengerahkan pendirian dapur umum untuk suplai makanan santri yang masih bertahan di pesantren serta untuk petugas di sana. Santri yang masih bertahan di sana diketahui Khofifah tak banyak karena banyak yang sudah dijemput orang tuanya.
(Bangkapos.com, Posbelitung.co/Dede Suhendar, Tribunjatim.com, TribunMadura.com, Kompas.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.