Berita Bangka
Mooncake Festival di Puri Tri Agung, Wujud Sembah ke Dewi Bulan dan Momen Pererat Tali Persaudaraan
Tradisi ini juga dikenal dengan istilah Festival Pertengahan Musim Gugur yang menjadi tradisi turun temurun
Penulis: Arya Bima Mahendra | Editor: Hendra
BANGKAPOS.COM, BANGKA — Masyarakat etnis tionghoa berbondong-bondong sejak sore mengunjungi Puri Tri Agung, Sungailiat, Minggu (5/10/2025).
Mereka berkumpul di tempat tersebut untuk beribadsh sekaligus datang untuk merayakan momen rutin tahunan setiap hari ke-15 bulan 8 pada penanggalan china.
Di sekitaran halaman tempat ibadah tersebut, telah disiapkan pula ribuan kue bulan yang dibagikan secara gratis kepada masyarakat.
Momen tersebut dikenal luas dengan sebutan Mooncake Festival atau Festival Kue Bulan. Tradisi ini juga dikenal dengan istilah Festival Pertengahan Musim Gugur yang menjadi tradisi turun temurun bagi masyarakat etnis tionghoa, terutama di Provisni Kepulauan Bangka Belitung.
Festival tersebut memuat serangkaian kegiatan, tentunya yang paling utama adalah kegiatan sembahyang kepada Dewi Bulan.
Selain itu, ada pula kegiatan doa kepada para leluhur dan tentunya acara inti yakni berbagi kue bulan kepada masyarakat yang hadir.
Kue bulan sendiri merupakan makanan tradisional masyarakat tionghoa. Umumnya, pada bagian dalam kue berisi pasta kacang merah, kacang hijau, pasta teratai atau varian-varian lainnya.
Then Yohanes, Ketua Panitia dan Pengurus Puri Tri Agung menyebutkan, festival ini merupakan momen penting bagi masyarakat etnis tionghoa untuk berkumpul bersama keluarga dan merayakan kebersamaan saat bulan bersinar terang di setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan china.
Perayaan ini ditandai dengan berbagai kegiatan, seperti menikmati kue bulan, martabak terang bulan, minum thew fu fa, teh jebus dan kudapan-kudapan lainnya.
"Kue bulan menjadi hidangan wajib dalam perayaan ini. Untuk itu. Kami siapkan ribuan kue bulan dengan berbagai varian di bagikan gratis kepada masyarakat,” kata Yohanes.
Selain itu, dilaksanakan juga berbagai aksi pertunjukan budaya seperti barongsai, atraksi wushu, penampilan musik, tari-tarian hingga atraksi naga lion untuk membuat festival semakin meriah.
Oleh karena itu, dirinya berharap supaya festival ini dapat terus menjadi tradisi leluhur yang tetap harus dilestarikan dan diperhatikan.
"Harapannya, agar perekonomian lebih baik dan masyarakat lebih damai, serta penuh harapan untuk menyambut bulan terang supaya lebih damai," harapnya.
Sementara itu, Staf Ahli Bupati Bangka Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Boy Yandra menyebut festival kue bulan salah satu khazanah budaya masyarakat tionghoa di Pulau Bangka sejak dulu.
"Bertepatan musim gugur, pada malam hari, bulan akan terlihat bulat melambangkan kesatuan dan kemarmonisan keluarga,” kata Boy.
Bawa Tumpeng dan Kue, Polres Bangka Datangi Makodim 0413 untuk Ucapkan Selamat HUT ke-80 TNI |
![]() |
---|
Ratusan Napi di Lapas Bukit Semut Sungailiat Sempat Derita Penyakit Kulit, Kisah Ary Nirwanto |
![]() |
---|
Usai Sidang Gugatan di MK, Komisioner KPU Bangka Bersiap Hadapi Sidang di DKPP RI |
![]() |
---|
Kisah Pilu Pasutri di Bangka Belitung Jalani Praktik Open BO Lewat MiChat, Alasanya Bikin Miris |
![]() |
---|
Pasca Putusan MK, Bawaslu Babel Pastikan Awasi Hasil Pilkada Ulang Sampai Paslon Dilantik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.