Profil Tokoh
Profil Prof Ferry Latuhihin Syok Purbaya Jadi Menkeu, Kerja Bareng 25 Tahun: Bukan Orang yang Tepat
Prof Ferry Latuhihin merupakan pengamat ekonomi dan analis pasar modal, ia pernah bekerja 25 tahun bersama Purbaya di Danareksa
Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Fitriadi
BANGKAPOS.COM -- Prof Latuhihin bereaksi terkait pelantikan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan (Menkeu).
Ekonom dan Analis Pasar Modal itu mengaku selama 25 tahun bekerja bareng dengan Purbaya Yudhi Sadewa di Danareksa.
Presiden Prabowo Subianto melantik Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menkeu menggantikan Sri Mulyani di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (8/9/2025).
Baca juga: Sosok Ferry Latuhihin, Sebut Purbaya Sadewa Bukan Sosok yang Tepat jadi Menkeu: Hes Not Right Man
Pelantikan Purbaya berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 86P Tahun 2025 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Menteri dan Wakil Menteri Negara Tahun 2024-2029 yang dibacakan oleh Deputi Bidang Administrasi Aparatur Kementerian Sekretariat Negara Nanik Purwanti.
Ferry menilai Purbaya Yudhi Sadewa bukanlah orang yang tepat untuk menggantikan Sri Mulyani.
Karenanya Ferry mengaku cukup terkejut Purbaya dilantik Prabowo menjadi Menkeu, karena juga tidak sesuai dengan ekspektasi pasar.
“Saya malah agak surprise diangkatnya Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menkeu, if clause beyonce my expectation. Kenapa? Setahu saya, I know him, 25 tahun saya sama-sama di Danareksa, he’s not the right man, sorry to say saja,” ucap Ferry dalam Business Talk Spesial HUT ke-14 KompasTV, Selasa malam (9/9/2025).
Menurut Ferry, Purbaya mengaku memahami fiskal, tetapi pernyataannya sangat bertolak belakang.
“Dia bilang dia faham fiskal, dia paham ini. Tapi kalau kita lihat dari statement-statementnya, 'jangan khawatir 3 bulan ke depan akan cerah, ekonomi kita akan 6-8 persen', the problem is what are the reason? Saya nggak lihat tanda-tanda itu," kata Ferry.
Ferry justru mengantisipasi, ekonomi Indonesia akan menghadapi secular stagnation sama seperti Thailand.
Stagnasi sekuler (atau secular stagnation) adalah teori ekonomi yang menyatakan bahwa suatu perekonomian mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah atau bahkan tidak ada dalam jangka waktu yang lama (tren jangka panjang).
“Bukan tidak mungkin loh one year from now kita negative growth alias resesion,” kata Ferry.
Menurut Ferry, saat ini memang menjadi pertanyaan besar, apakah memang kestabilan atau sustainability dari fiskal Indonesia bisa dipertahankan atau tidak.
"Sebab apa? Di satu pihak kita lihat penerimaan negara turun, tapi di lain pihak spendingnya sangat luar biasa yang kontraproduktif," ucap Ferry.
"Maaf aja saya bilang MBG itu kontraproduktif pemborosan yang sangat dahsyat. Belum lagi ada KMP nanti koperasi merah putih," paparnya.
Karenanya Ferry merasa figur Sri Mulyani pun membacanya lebih baik mundur.
Ia menjelaskan tekanan ekonomi Indonesia sudah sampai akhirnya Bank Indonesia ikut menanggung bebannya.
"Nah, sekarang ini masalahnya kembali lagi short fall daripada pendapatan fiskal kita dan saya perhitungkan Rp 120 Triliun ya," kata Ferry.
"Lantas selebihnya adalah kembali program-program populis seperti MBG yang begitu begitu banyak makan dana sampai Rp 371 triliun,"
"Rencananya kan uangnya itu dari mana kalau bukan BI tidak cetak uang. Artinya kan ini monetizing fiscal deficit, ini sangat berbahaya loh," imbuhnya.
Menurutnya BI seharusnya menjadi independent central bank.
"Kalau BI sudah dijadikan kuda tunggangan oleh pemerintah, ini sangat woring. Saya sangat ngeri sekali ngelihat outlook ke depan gitu loh ya dan kembali lagi saya katakan, program-program yang kontraproduktif ya," ujarnya.
Ia menjelaskan berdasarkan MMT, bank sentral boleh mencetak uang dengan satu alasan bahwa uang yang dicetak itu untuk mendanai proyek yang bisa beroperasi less than 1 persen dengan IRR yang jauh lebih tinggi daripada bunga yang dikenakan.
"Ya kan? Tapi ini kan sudah jelas nyetak uang untuk program-program yang kontraproduktif bukan investasi loh, itu konsumsi ya kan. Apa sih sebetulnya reason-nya gitu loh melakukan program ini. Nah, oleh karena itu saya aneh juga begitu Purbaya Yudhi mengatakan 3 bulan lagi, ekonomi kita bright, kita akan 6 sampai 8 persen," katanya.
"Sementara kita tahu that we have no fiscal space again. Jadi ini kayak semacam jualan maaf aja ya, jualan bohong," ujar dia.
Profil Prof Ferry Latuhihin
Prof Ferry Latuhihin merupakan pengamat ekonomi dan analis pasar modal.
Ia pernah menjabat sebagai penasihat ahli Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
Adapun pendidikan Prof Ferry Latuhihin, ia pernah menimba ilmu di Erasmus University Rotterdam, Belanda.
Ia meraih gelar S1 hingga S3 di kampus tersebut.
Selain dikenal sebagai pengamat ekonomi, Prof Ferry Latuhihin juga merupakan Kepala Ekonom di Tanamduit, sebuah platform keuangan digital yang menawarkan berbagai instrumen investasi dan pilihan asuransi dalam satu aplikasi .
Karena keilmuwannya itu, ia pun sering diundang sebagai narasumber di berbagai media massa, baik cetak, daring, televisi, maupun podcast YouTube.
Dari informasi yang ada di beberapa media massa menyebutkan, bahwa Prof Ferry Latuhihin juga pernah menjabat sebagai
Chief Economist Bank Internasional Indonesia (BII).
Tak heran, saat Pilpres 2024 kemarin, ia didapuk sebagai penasihat ahli Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
Berbekal wawasan yang mendalam, dirinya membantu merumuskan program-program yang menjawab tantangan ekonomi bangsa.
Saat ini, Prof Ferry Latuhihin juga aktif memberikan edukasi ke masyarakat lewat platform media sosial Instagram @jenderal.keuangan.
Di sana, ia kerap tampil dengan video-video edukasi seputar ekonomi.
Tidak hanya itu, Prof Ferry Latuhihin juga aktif dalam seminar eksklusif yang fokus membahas mulai dari dasar-dasar bisnis dan keuangan hingga metode penilaian tingkat lanjut seperti DCF (Discounted Cash Flow), Residual Income dan EVA (Economic Value Added), serta membongkar studi kasus eksklusif analisis perusahaan-perusahaan besar di Indonesia.
Ucapan Menkeu
Setelah dilantik, Menkeu Purbaya menyampaikan optimistisnya perihal kondisi ekonomi nasional dalam waktu dua hingga tiga bulan.
“Sekarang kan ekonomi sedang agak melambat. Kita sudah pelajari kelemahannya, ke depan akan kita perbaiki. Jadi itu enggak terlalu sulit memperbaikinya. Tapi Anda lihat nanti, mungkin dua bulan-tiga bulan dari sekrang, Indonesia cerah keliatan lagi,” ucap Purbaya.
Bahkan Purbaya meyakini pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSH) hingga tekanan terhadap rupiah dalam waktu selama-lamanya dua minggu akan membaik.
“Dalam seminggu-dua minggu pasti akan balik. Kalau IHSG anjlok, biasa mungkin takut. Tapi kan saya lama di pasar,saya 15 tahun lebih dipasar. Jadi saya tahu betul bagaimana memperbaiki ekonomi,” kata Purbaya.
(Bangkapos.com/Tribun Medan/Tribun Jakarta)
Adu Profesi Dewinta Illiana dan Yudo Sadewa, Anak Sri Mulyani & Purbaya Menkeu Beda Generasi Disorot |
![]() |
---|
Biodata Puteri Anetta Komarudin Politisi Muda Calon Menpora Baru Pengganti Dito Ariotedjo |
![]() |
---|
Profil Syahrul Munir Ketua DPRD Gresik Pinjamkan Mobil Dinas untuk Warga, Sopir dan Bensin Gratis |
![]() |
---|
Rekam Jejak Arif Budimanta, Mantan Stafus Jokowi Meninggal Dunia, Ekonom dan Politikus PDIP |
![]() |
---|
Biodata dan Profil Rusdi Masse Politisi NasDem Asal Sidrap Sulsel Pengganti Ahmad Sahroni |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.