Jasad Wawan, Pelaku Pembantaian Keluarga Mantan Istri di Pacitan, Ditemukan Tewas di Hutan
Hasil autopsi memastikan jasad pria yang ditemukan di Hutan Desa Temon, Pacitan, adalah Wawan, pelaku pembantaian keluarga mantan istrinya
Penulis: M Zulkodri CC | Editor: M Zulkodri
BANGKAPOS.COM--Misteri keberadaan Wawan (42), pelaku pembantaian satu keluarga mantan istrinya di Pacitan, akhirnya terungkap.
Setelah hampir sepekan menjadi buron dan membuat warga dicekam ketakutan, jasad Wawan ditemukan dalam kondisi membusuk di Hutan Desa Temon, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Kamis (25/9/2025).
Penemuan itu sekaligus mengakhiri pengejaran besar-besaran yang melibatkan aparat gabungan TNI-Polri dan warga.
Hasil autopsi memastikan bahwa jasad tersebut benar adalah Wawan, pria yang sebelumnya mengamuk membabi buta dan menebas keluarga mantan istrinya, Miswati (38), hingga menewaskan dua orang serta melukai tiga lainnya.
Hasil Autopsi: Identitas Wawan Terkuak
Kapolres Pacitan, AKBP Ayub Diponegoro Azhar, menyampaikan hasil pemeriksaan tim medis RSUD dr. Darsono Pacitan bersama tim inafis Satreskrim Polres Pacitan.
“Berdasarkan hasil autopsi, identifikasi, serta keterangan keluarga, dipastikan bahwa jasad tersebut adalah Wawan,” ujar Ayub, Jumat (26/9/2025).
Autopsi menemukan sejumlah ciri fisik yang memperkuat identifikasi, antara lain:
- Luka sayat pada pergelangan hingga lengan tangan kiri, sebanyak empat sayatan.
- Bekas jahitan pada telinga bagian kiri.
- Gigi geraham bawah yang sudah tidak ada.
- Pakaian kaos dan celana yang sama persis dengan yang dikenakan Wawan dalam rekaman CCTV terakhir sebelum kejadian.
Selain pemeriksaan medis, pihak kepolisian juga menghadirkan anak kandung Wawan, Bima, serta kakak pelaku, untuk melakukan identifikasi langsung.
“Keterangan keluarga membenarkan. Termasuk kondisi gigi geraham bawah yang memang sudah ompong,” jelas Kapolres.
Menurut dokter forensik, Wawan diperkirakan sudah meninggal sejak dua hingga tiga hari sebelum jasadnya ditemukan.
Tubuhnya sudah dalam kondisi membusuk, membengkak, dipenuhi belatung, dengan kulit berwarna merah kebiruan.

Kronologi Pembantaian, Dendam yang Berujung Tragis
Kasus berdarah ini berawal dari kekecewaan Wawan karena ajakannya untuk rujuk dengan mantan istri, Miswati, ditolak.
Pada Jumat (19/9/2025), Wawan sempat mendatangi rumah Miswati di Desa Temon untuk membicarakan niat tersebut.
Namun, niatnya ditolak oleh keluarga. Sang mantan mertua menegaskan bahwa Miswati sudah memiliki pasangan baru.
“Balikan bagaimana, Miswati sudah punya jodoh,” ujar sang mertua, sebagaimana disampaikan Kasatreskrim Polres Pacitan, AKP Choirul Maskanan.
Merasa harga dirinya direndahkan, Wawan menyimpan dendam. Malam berikutnya, Sabtu (20/9/2025), ia kembali mendatangi rumah Miswati dengan membawa senjata tajam.
Wawan memadamkan aliran listrik rumah sebelum menyerang. Korban pertama adalah Eky, mantan iparnya, yang terkena sabetan saat hendak menyalakan listrik.
Mendengar teriakan, mertua perempuan Wawan, Timi (50), keluar rumah dan langsung ditebas hingga meninggal di tempat dengan luka parah di leher.
Tak berhenti di situ, Miskun, mertua laki-laki, juga diserang hingga terluka parah.
Dua anak, Arga (10) dan Bima (12), keponakan Miswati sekaligus ponakan Wawan, berusaha bersembunyi.
Namun, Arga ketahuan dan menjadi korban berikutnya. Bocah malang itu sempat dirawat di rumah sakit di Yogyakarta sebelum akhirnya meninggal dunia.
Bima berhasil selamat setelah kabur menyelamatkan diri.
Sementara itu, Miswati sendiri dan beberapa anggota keluarga lain mengalami luka serius dan harus menjalani perawatan intensif di RSUD Pacitan.
Warga Dicekam Ketakutan, Enam Sekolah Libur
Pasca kejadian, suasana Desa Temon berubah mencekam. Wawan yang melarikan diri ke hutan menimbulkan ketakutan luar biasa di kalangan warga.
Bahkan, enam sekolah dasar (SD) di sekitar lokasi memilih meliburkan kegiatan belajar mengajar.
Guru dan orangtua khawatir anak-anak akan berpapasan dengan pelaku yang berkeliaran di sekitar hutan.
“Anak-anak harus melewati jalanan sepi dan hutan untuk menuju sekolah. Jadi kami putuskan belajar dari rumah dulu,” ungkap Sumayarti, guru SD Negeri 2 Temon.
Situasi semakin mencekam karena salah satu murid di sekolah itu, AG (11), yang juga keponakan Miswati, ikut menjadi korban pembacokan.
Camat Arjosari, Didik Darmawan, membenarkan bahwa warga panik. Bahkan, menurutnya, pelaku sempat mengancam warga sekitar pada malam kejadian.
“Kami imbau masyarakat tetap tenang tapi jangan lengah. TNI-Polri bersama warga terus menyisir hutan untuk memburu pelaku,” kata Didik.
Pengejaran Besar-Besaran Berakhir di Hutan
Aparat gabungan TNI-Polri mengerahkan kekuatan penuh untuk menyisir hutan di Kecamatan Arjosari. Posko-posko penjagaan didirikan di titik strategis.
Namun, pencarian tidak mudah. Hutan yang luas dengan medan terjal membuat pelaku sempat sulit dilacak.
Warga pun terus diminta waspada dan segera melapor jika melihat orang mencurigakan.
Hingga akhirnya, Kamis (25/9/2025), warga menemukan jasad seorang pria di tengah hutan dalam kondisi membusuk.
Tim kepolisian yang datang ke lokasi memastikan bahwa jasad itu adalah Wawan.
“Jasad ditemukan sekitar pukul 14.00 WIB oleh warga yang sedang mencari kayu bakar. Setelah dievakuasi, langsung dibawa ke RSUD Pacitan untuk diperiksa,” jelas Kapolres.
Luka Lama yang Berujung Tragedi
Menurut keterangan sejumlah kerabat, hubungan Wawan dan Miswati memang tidak harmonis sejak lama.
Perceraian mereka meninggalkan luka mendalam, terutama bagi Wawan yang masih berharap bisa kembali rujuk.
Namun, penolakan dari keluarga mantan istri membuat amarah Wawan memuncak. Alih-alih mengikhlaskan, ia memilih melampiaskan dengan cara kejam.
Kasatreskrim Polres Pacitan, AKP Choirul Maskanan, menegaskan bahwa motif utama pembantaian adalah dendam dan sakit hati.
“Pelaku merasa harga dirinya dijatuhkan setelah ajakan rujuk ditolak. Itulah yang melatarbelakangi aksi brutal ini,” kata Choirul.
Akhir Tragis Sang Pelaku
Dengan ditemukannya jasad Wawan, babak akhir kasus pembantaian ini terjawab. Namun, luka dan trauma yang ditinggalkan masih membekas.
Kapolres Pacitan, AKBP Ayub Diponegoro Azhar, menegaskan bahwa meski pelaku telah meninggal, kasus ini tetap ditangani secara prosedural.
“Semua bukti, keterangan saksi, dan hasil autopsi akan kami arsipkan. Ini penting sebagai pembelajaran agar tragedi serupa tidak terulang,” pungkasnya.
Masyarakat Pacitan berharap kasus ini menjadi yang terakhir.
Mereka juga meminta pemerintah lebih serius menangani persoalan sosial dan psikologis pasca tragedi, agar keluarga korban maupun warga yang trauma bisa kembali menjalani hidup dengan tenang.
Tribunjatim.com/Tribunsumsel.com/Tribunjatim.com/Kompas.com/Tribunnews.com)
Sosok Irjen Rusdi Hartono Kapolda Tersingkat Kedua setelah Irjen Yudhiawan, Jabat 6 Bulan 12 Hari |
![]() |
---|
Terungkap Oknum TNI Pelaku Penganiayaan Karyawan, Zaskia Mecca Kecewa: Bikin Aku Patah Hati |
![]() |
---|
Kisah Sopir Ojek Online Tangkap Sendiri Maling yang Curi Motornya Dengan Cara Cerdik Ini |
![]() |
---|
Segini Kekayaan Brigjen Budhi Herdi, Pernah Terseret Kasus Sambo Kini Masuk Tim Reformasi Polri |
![]() |
---|
Sosok Nita, Mantan Istri yang Tetap Rawat Fahmi Bo di Tengah Derita Sakit sang Artis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.