Sosok Nurul Sahara, Tetangga Pemilik Rental Mobil yang Berseteru dengan Dosen Yai Min
Kasus panas antara Nurul Sahara dan Yai Mim ramai di Malang. Dari lahan parkir, tuduhan pencabulan, hingga keputusan warga mengusir Yai Mim
Penulis: M Zulkodri CC | Editor: M Zulkodri
BANGKAPOS.COM--Kasus perseteruan antara Nurul Sahara, seorang pengusaha rental mobil, dengan mantan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Imam Muslimin atau yang akrab disapa Yai Mim, terus menjadi perhatian publik.
Konflik keduanya tak hanya melibatkan soal lahan parkir, tetapi juga merembet ke tudingan pencemaran nama baik, perusakan mobil, pemblokiran jalan, hingga dugaan pencabulan.
Ketegangan antara Sahara dan Yai Mim bahkan sampai memecah suasana lingkungan tempat tinggal mereka di RT 09/RW 09, Lowokwaru, Kota Malang.
Warga akhirnya turun tangan dengan menggelar musyawarah pada 7 September 2025 di Musala Al-Ikhlas, yang menghasilkan keputusan mengejutkan, Imam Muslimin dan istrinya, Rosida, diminta meninggalkan rumah mereka.
Sosok Nurul Sahara
Nurul Sahara, atau kerap disapa Sahara, bukanlah sosok asing di lingkungan perumahan Joyo Grand, Malang.
Wanita ini dikenal sebagai pemilik usaha rental mobil SAD Sejahtera Tour & Travel, yang berlokasi di kawasan Merjosari.
Profil akademiknya juga cukup mentereng.
Berdasarkan data LinkedIn, Sahara merupakan lulusan Magister Administrasi Publik Universitas Brawijaya (UB) dan kini tengah menempuh studi Program Doktor (S3) di kampus yang sama.
Selain itu, Sahara pernah menjadi asisten dosen paruh waktu di Universitas Islam Malang (2017–2020) serta aktif sebagai asisten peneliti di CV Aksara Bumi Intelekta sejak 2024.
Dari sisi sosial, ia kerap tampil vokal dalam menyuarakan persoalan yang menyangkut dirinya, terutama melalui media sosial.

Awal Mula Konflik
Versi berbeda muncul mengenai pemicu konflik antara Sahara dan keluarga Yai Mim.
Menurut pengakuan Rosida Vignesvari, istri Yai Mim, permasalahan bermula pada 7 Agustus 2025.
Saat itu Rosida baru pulang dari Jakarta dan mendapati mobil rental milik Sahara terparkir tepat di depan pagar rumahnya.
Padahal, sudah ada papan imbauan bertuliskan “Dimohon tidak parkir di depan pintu”.
Kendaraan Sahara memang kerap memenuhi area sekitar rumah karena bisnis rental yang dijalankannya.
Rosida mengaku sudah berulang kali membangunkan karyawan Sahara agar mobil segera dipindahkan. Namun upayanya gagal karena karyawan itu tetap terlelap.
Karena merasa buntu, Rosida lalu menelepon Sahara hingga tiga kali.
Respons Sahara, menurut Rosida, justru meminta agar Yai Mim sendiri yang memindahkan mobil tersebut.
Dengan pengetahuan bahwa ia kerap membantu urusan rental Sahara sebelumnya, Yai Mim akhirnya mencoba memindahkan mobil.
Namun, saat menginjak pedal gas, ia tidak sengaja menekan terlalu dalam sehingga menimbulkan suara keras.
Suara inilah yang membuat Sahara terbangun dari tidurnya dan langsung meluapkan kemarahan. Dari situlah pertengkaran mulai membesar.
Versi Yai Mim
Imam Muslimin, yang sebelumnya dikenal sebagai dosen Filsafat Tasawuf di UIN Malang, menyampaikan kronologi berbeda.
Ia menuturkan, Sahara keluar rumah dengan pakaian terbuka ketika marah-marah soal suara mobil.
"Jadi begitu mendengar suara mobil itu, Mbak Sahara ini langsung bangun dengan pakaian yang mohon maaf pendek," ucap Yai Mim.
Sahara kemudian menghubungi suaminya, Sofian, yang juga ikut tersulut emosi.
"Pak Sofian datang marah-marah juga, 'ada apa ini?', gini bilang ke saya 'saya ini belum tidur'," kata Yai Mim menirukan ucapan Sofian.
Tak mau memperpanjang permasalahan, Yai Mim kemudian meminta maaf kepada Sahara dan Sofian.
Namun, menurut Yai Mim, konflik tidak berhenti di situ. Ia menuturkan bahwa sebelumnya ia pernah berinisiatif membuka lahan kosong di depan rumah untuk dijadikan tempat parkir mobil Sahara.
Biaya yang ia keluarkan mencapai Rp12 juta, termasuk untuk membersihkan semak belukar dan membuat pagar.
Yai Mim kemudian meminta Sofian membantu biaya sebesar Rp1 juta, namun ditolak dengan alasan terlalu mahal.
Perbedaan pandangan ini kembali memicu gesekan antara dua keluarga.
Tuduhan Pencabulan
Ketegangan semakin memanas saat Sahara menuduh Yai Mim melakukan tindakan cabul.
Peristiwa ini disebut terjadi saat Sahara membawa makanan ke rumah Yai Mim ketika istri sang dosen, Rosida, sedang berhaji.
Yai Mim menjelaskan, Sahara sempat mengunci pintu rumah dari dalam dengan alasan agar anaknya tidak keluar.
Ketika Yai Mim sedang berada di lantai tiga untuk mencuci pakaian, Sahara naik dan menuding dirinya melakukan pencabulan hanya karena ia mengenakan celana pendek.
Lebih jauh, Sahara bahkan mengunggah video di media sosial yang menyebut Yai Mim sebagai “dosen cabul”.
Dalam video tersebut, Sahara berbicara lantang di hadapan mahasiswa yang tengah berkunjung ke rumah Yai Mim.
“Ada apa kalian disuruh ke sini? Ini mahasiswa UIN semua, jangan pergi kalian. Kenapa? Ini dosen kalian yang cabul itu, dia cabulin saya,” kata Sahara dalam rekaman video.
Menanggapi tudingan tersebut, Yai Mim justru bersikap tenang.
Ia membantah keras dengan menantang Sahara untuk menunjukkan bukti.
“Dengarin ya, kapan saya nyabulin kamu?” balasnya.
Perseteruan ini akhirnya meluas ke ranah hukum. Sahara melaporkan Yai Mim dan Rosida ke Polresta Malang Kota dengan tuduhan pencemaran nama baik, perusakan mobil, hingga pelecehan.
Tak berhenti di sana, warga lingkungan RT 09/RW 09 ikut mengambil sikap.
Dalam rapat musyawarah pada 7 September 2025, mayoritas warga menyepakati bahwa Yai Mim dan istrinya diminta angkat kaki dari perumahan.
Surat keputusan resmi bahkan dikeluarkan untuk mempertegas hasil musyawarah tersebut.
Dukungan dan Pandangan Publik
Di tengah badai tuduhan, Yai Mim justru mendapat dukungan moral dari berbagai pihak.
Salah satunya datang dari Dedi Mulyadi, tokoh politik Jawa Barat yang juga dikenal aktif di media sosial.
Dalam sebuah pertemuan, Yai Mim menyampaikan tafsir unik soal istilah musyarokah, yang ia kaitkan dengan konsep menjaga keseimbangan alam.
Menurutnya, istilah “musyrik” yang sering dipandang negatif bisa dimaknai sebagai bentuk kerja sama untuk merawat ciptaan Allah.
“Kang Dedi, itu ajarannya kan yang musyrik-musyrik lah. Saya justru kalau ada pohon besar, orang-orang tak ajak musyrik dulu untuk apa? Untuk musyarokah, itu artinya kerja sama,” ucap Yai Mim, dikutip dari akun Instagram Dedi Mulyadi (1/10/2025).
Dedi Mulyadi mengapresiasi cara pandang tersebut. Menurutnya, tafsir musyarokah yang dipaparkan Yai Mim sarat makna dan relevan dengan kehidupan bermasyarakat.
“Waduh ini Pak Yai, malah nge-fans sama berandalan kayak saya. Tafsir musyarokah-nya keren banget dan semoga menambah wawasan netizen sekalian,” tulis Dedi.
Kasus antara Nurul Sahara dan Imam Muslimin masih terus bergulir. Belum ada titik terang mengenai penyelesaian konflik, baik dari ranah hukum maupun dari mediasi sosial.
Yang jelas, perseteruan ini menjadi cermin betapa masalah kecil di lingkungan tempat tinggal bisa membesar hingga merembet ke tudingan serius, bahkan berujung pengusiran dan laporan polisi.
Kini publik menantikan kelanjutan kasus ini, apakah akan menemukan jalan damai atau justru semakin menajam di meja hukum.
Sebagian Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul Sosok Nurul Sahara, Pemilik Rental Mobil Berseteru dengan Yai Mim Eks Dosen UIN Gegara Lahan Parkir
Postingan Bahagia Oca Fahira Selebgram Pemangkat Sambas Kalbar Sebelum Tewas Terlindas Truk |
![]() |
---|
Sosok dan Nasib Yai Mim Eks Dosen UIN yang Berseteru dengan Bos Rental Mobil, Bantah Dituding Cabul |
![]() |
---|
Awal Mula Perseteruan Dosen UIN Malang Yai Mim vs Sahara, Sengketa Tanah hingga Tudingan Pencabulan |
![]() |
---|
Sosok Sahara Pemilik Rental Mobil Berseteru dengan Yai Min Eks Dosen UIN, Punya Pendidikan Mentereng |
![]() |
---|
Cara Unggah dan Masukkan Prompt Bahasa Indonesia Edit Foto di Gemini AI, Bisa Pakai Gaya Kekinian |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.