Ponpes di Sidoarjo Ambruk

Cerita Santri Ponpes Al Khoziny Selamat Dipeluk Temannya yang Meninggal dalam Posisi Sujud

Sebenarnya seusai musala Ponpes Al Khoziny ambruk, Rafi masih bisa salat magrib dan isya bersama Haical di bawah reruntuhan.

Editor: Fitriadi
Tribun Jatim
AMBRUK - Musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur yang baru selesai dicor ambruk pada Senin (29/9/2025) sekira pukul 15.00 WIB. 

BANGKAPOS.COM - Jumlah korban tewas tertimbun bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur yang ambruk pada Senin (29/9/2025) kini bertambah menjadi 65 orang.

Satu di antara korban meninggal adalah Rafi Catur Okta Mulya (17), santri asal Surabaya, Jawa Timur

Rafi ditemukan dalam keadaan sujud dan memeluk temannya saat meninggal di reruntuhan musala.

Baca juga: Kisah Haru Orang Tua Santri Korban Ponpes Asal Belitung Kembalikan Uang Santunan, Ikhlas Anak Tiada

Jenazah Rafi berhasil dievakuasi dalam kondisi sujud di bawah reruntuhan musala pada Rabu (1/10/2025).

Sedangkan teman yang dipeluk Rafi, Syehlendra Haical (13),  ditemukan dalam kondisi selamat.

Insiden runtuhnya bangunan musala Ponpes Al Khoziny terjadi ketika ratusan santri menggelar salat Ashar pada Senin (29/9/2025) petang.

Baca juga: Sosok Alfatih Santri yang 3 Hari Tertidur di Bawah Reruntuhan Musala Ponpes Al Khoziny

Sebenarnya usai kejadian, Rafi masih bisa salat magrib dan isya bersama Haical di bawah reruntuhan.

Rafi diperkirakan mengembuskan napas terakhir antara setelah waktu isya hingga menjelang waktu subuh pada Selasa (30/9/2025).

"Meninggal keadaan sujud di hari ketiga dini hari, meninggal sambil meluk temannya yang selamat itu Haical," kata kakak korban, Novita Tri Endah (26), di rumah duka, Surabaya, Senin (6/10/2025), dikutip Bangkapos.com dari Kompas.com.

Novita mengatakan, berdasarkan penuturan temannya yang dipeluk korban, Syehlendra Haical, Rafi sempat salat bersama santri lainnya ketika terjebak di reruntuhan Ponpes Al Khoziny.

"Kesaksian Haical, adik masih bisa salat magrib tapi dalam keadaan sujud terus, diajak salat isya juga masih salat, sampai subuh itu dibangunin lagi udah nggak ada suara," ucapnya.

Baca juga: Kisah Haru Nur Ahmad, Santri Ponpes Al Khoziny yang Harus Diamputasi di Bawah Reruntuhan Mushala

Novita sempat merasa tidak bisa menerima kepergian adiknya dalam tragedi Ponpes Al Khoziny. Akan tetapi, dia perlahan mulai ikhlas setelah mendengar kondisi yang dialami korban.

"Awalnya syok enggak terima, kenapa harus adikku? Salah kah dia nyelametin anak juga? Masih sempat-sempatnya loh dia nyelametin orang dalam waktu keruntuhan begitu," jelasnya.

"Posisi adikku juga Dekat pintu keluar pokoknya, harus nya bisa, aku mikirnya dalam akal sehatku bisa keluar. Mungkin dia terlalu khusyuk salat, jadinya enggak dengerin ya," tambahnya.

Oleh karena itu, Novia berharap, ponpes bisa memperhatikan bangunan yang digunakan untuk para santri belajar. Agar tragedi yang mengancam nyawa tidak terjadi kembali ke depannya.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved