Sudah 72 Jam Masih Ada Santri yang Terjebak Reruntuhan Ponpes, Tim SAR Tak Anjurkan Pakai Alat Berat

Tim SAR gabungan mendeteksi ada sekitar enam korban yang masih bertahan hidup di salah satu bagian reruntuhan.

Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Rusaidah
Kompas.com/Izzatun Najibah
MUSALA PONPES AMBRUK - Sebuah bangunan musala di area Pondok Pesantren Al-Khoziny, Desa Buduran, Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur ambruk pada Senin (29/9/2025). 

BANGKAPOS.COM -- Reruntuhan musala Pondok pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur masih jadi sorotan.

Sejumlah santri dilaporkan masih terjebak setelah bangunan tersebut ambruk.

Berdasarkan data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada 91 korban yang diduga masih tertimbun di bawah puing-puing.

Hal ini dikonfirmasi oleh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, yang menyebutkan data itu merujuk pada absensi para santri.

Pada Selasa malam (30/9/2025), tim SAR gabungan mendeteksi ada sekitar enam korban yang masih bertahan hidup di salah satu bagian reruntuhan.

Untuk menjaga kondisi mereka, petugas menyalurkan makanan dan minuman lewat celah bangunan.

“Melalui celah yang ada, petugas telah menyalurkan makanan dan minuman untuk menjaga kondisi para korban,” kata Abdul, dikutip dari TribunJatim.com.

Proses evakuasi terus dilakukan. Ada korban yang masih selamat namun terjebak di bawah reruntuhan, sementara sebagian lainnya ditemukan dalam kondisi meninggal.

“Jumlahnya ada beberapa. Termasuk ada yang masih bisa diajak komunikasi. Bisa minum dan makan ketika kami berikan. Tapi belum bisa dievakuasi,” ungkap Nanang Sigit, SAR Mission Coordinator (SMC), dilansir Surya.co.id.

Nanang menjelaskan, salah satu korban belum bisa dievakuasi karena bagian pinggangnya terjepit beton.

Tim SAR juga terus memantau tanda-tanda kehidupan dengan bantuan alat pemindai. Beberapa korban yang masih hidup memberikan respons, seperti menggerakkan kaki atau anggota tubuh lain.

“Mereka merespons. Ada dengan menggerakkan kakinya. Artinya, kami melihat masih ada tanda-tanda kehidupan di sana (di bawah reruntuhan bangunan),” ujar Nanang.

Kapolda tak rekomendasikan evakuasi pakai alat berat

Oleh karena itu, Nanang menegaskan sejauh ini pihaknya tidak merekomendasikan untuk evakuasi dengan alat berat karena dikhawatirkan terjadi hal-hal tidak diinginkan kepada para korban yang masih selamat itu. 

Selain itu, juga demi keamanan petugas yang sedang melakukan pencarian di lokasi. 

“Kami berusaha membuat lubang dari bawah supaya bisa sampai ke para korban dan bisa menjadi jalan untuk mengevakuasi mereka,” kata Nanang.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved