Berita Viral

Kasus vs Sahara Tak Berkesudahan, Yai Mim Akhirnya Mau Pindah, Merasa Diusir Warga

Imam Musliman atau Yai Mim akhirnya mau pindah setelah kasusnya vs Sahara dan tetangganya karena kasus lahan parkir viral tak berkesudahan.

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
Kolase tangkapan layar YouTube KompasTV Malang | TikTok | Tangkapan layar YouTube Denny Sumargo
YAI MIM VS SAHARA - Imam Musliman atau Yai Mim akhirnya mau pindah setelah kasusnya vs Sahara dan tetangganya karena kasus lahan parkir viral tak berkesudahan. 

Ia menegaskan, dirinya bukan sosok ulama terkenal seperti Gus Iqdam dan Kyai Marzuki tersebut.

"Saudara tokoh-tokoh terkenal Jawa Timur ya?" tanya Dedi Mulyadi.

"Saya nggak terkenal tapi, saya di bawahnya," jawab Yai Mim.

Di sisi lain, Yai Mim mendapatkan pujian dari Dedi Mulyadi saat menjelaskan tafsir musyarokah.

Yai Mim mengaitkan konsep musyarokah dengan konsep hidup berdampingan bersama alam.

Ia menilai istilah musyrik sering dipahami dengan negatif.

Padahal, kata itu bisa dimaknai sebagai kebersamaan atau kerja sama dalam menjaga ciptaan sang pencipta, Allah SWT. 

"Kang Dedi, itu ajarannya kan itu yang musyrik-musyrik lah. Saya justru kalau ada pohon besar, orang-orang tak ajak musyrik dulu untuk apa? Untuk musyarokah, itu artinya kerja sama," ujarnya.

"Musyrik itu apa? Memelihara kepada sesuatu, misalnya pohon itu besar, lalu kita pelihara, kita obong-obong, kita jaga kita supaya dia mengeluarkan oksigen."

"Kita memelihara pohon, dia memberikan perlindungan pada kita. Namanya musyarokah. Syirik, musyarokah menuju Allah," imbuhnya.

Penjelasan Yai Mim mendapatkan pujian dari Dedi Mulyadi 

KDM, sapaan akrap Dedi Mulyadi tampak mengapresiasi cara pandang mantan dosen Filsafat Tasawuf tersebut. 

"Waduh ini Pak Yai, malah nge-fans sama berandalan kayak saya. Tafsir musyarokah-nya keren banget dan semoga menambah wawasan netizen sekalian," tulis Dedi Mulyadi di akun Instagramnya.

Dedi menyebut istilah musyarokah bisa dimaknai seakar dengan diksi 'masyarakat' bermakna kebersamaan dalam komunitas. 

"Betapa kita hidup dalam komunitas manusia dan komunitas alam, baik yang kasat mata maupun tidak kasat mata. Duh pagi-pagi malah kuliah shorof dan ma'ani," pungkasnya. 

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved