Berita Viral
3 Pelaku Ngaku Profesor dari Amerika Tipu Lewat Investasi Bodong, Korban Rugi Rp3 M
Komplotan ini terdiri dari tiga orang pelaku, masing-masing berinisial NRA alias M, RJ, dan LBK alias A
Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Evan Saputra
Ringkasan Berita:
- Sosok tiga pelaku yang mengaku sebagai profesor dari Amerika Serikat.
- Mereka menipu korban lewat kelas investasi bodong.
- Komplotan ini berinisial NRA alias M, RJ, dan LBK alias A.
BANGKAPOS.COM -- Inilah sosok tiga pelaku yang mengaku sebagai profesor dari Amerika Serikat untuk menipu korban lewat kelas investasi bodong.
Komplotan ini terdiri dari tiga orang pelaku, masing-masing berinisial NRA alias M, RJ, dan LBK alias A, dengan satu di antaranya perempuan.
Ketiga pelaku menipu korban dengan ramalan pasar yang sengaja direkayasa.
Baca juga: Jokowi Cuma Bisa Kirim Video Pesan Singkat Untuk Projo
Dalam waktu yang singkat, sekelompok penipu mampu memperdaya korban hingga menyerahkan uang miliaran rupiah tanpa sedikit pun rasa curiga.
Dalam hitungan hari, tipu daya itu berubah menjadi kerugian fantastis mencapai Rp 3 miliar dan membuka tabir kejahatan digital lintas negara yang begitu rapi.
Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya berhasil membongkar jaringan penipuan online Indonesia Malaysia Kamboja dengan modus kelas investasi saham daring.
Yang lebih mencengangkan, salah satu pelaku bahkan mengaku sebagai “profesor” bersertifikat dari Amerika Serikat untuk meyakinkan para korban.
Ketiganya ditangkap di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, setelah dilakukan pelacakan digital lintas wilayah.
Mereka memanfaatkan kemudahan akses kartu prabayar atau Mobile Station International Subscriber Directory Number (MSISDN) untuk membuat identitas palsu di dunia maya.
“Sekarang siapa pun bisa menjadi siapa saja di dunia digital. Mereka cukup membeli kartu prabayar, lalu menciptakan profil sesuai peran yang diinginkan,” jelas AKBP Fian Yunus, Wakil Direktur Reserse Siber Polda Metro Jaya, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (31/10/2025).
Modus Operandi: Kelas Saham dan Kripto Palsu
Menurut Kasubdit III Siber AKBP Rafles Langgak Putra, para pelaku menyebarkan konten penipuan melalui berbagai platform media sosial, termasuk Instagram.
Mereka memancing calon korban dengan unggahan bertema investasi saham dan kripto yang menjanjikan keuntungan besar.
Begitu ada yang tertarik, korban akan diarahkan untuk bergabung ke dalam grup WhatsApp atau Telegram yang diklaim sebagai kelas pelatihan investasi.
Salah satu korban, berinisial TMAP, tergiur dengan iklan tersebut dan masuk ke dalam grup. Di sana, ia mendapatkan pelatihan mengenai cara membaca pergerakan saham dan aset digital.
“Dalam grup itu, korban mendapatkan pembelajaran intensif dari seseorang yang mengaku profesor asal Amerika Serikat. Pelatihan dilakukan secara daring dan tampak sangat meyakinkan,” tutur Rafles.
Sosok “Profesor” Palsu dan Tipu Muslihatnya
Pelaku yang mengaku sebagai profesor ini disebut-sebut berasal dari klaster Kamboja. Ia berpura-pura menjadi pakar analisis keuangan yang memahami pergerakan saham global.
Untuk menambah kredibilitas, ia bahkan melakukan demonstrasi dengan memprediksi kenaikan saham tertentu dan kebetulan benar.
“Ketika ramalannya terbukti, korban makin yakin bahwa profesor tersebut benar-benar ahli,” lanjut Rafles.
Tidak berhenti di situ, sang “profesor” kemudian menyebarkan kabar bahwa pasar saham akan ambruk pada Juni 2025, dan menyarankan peserta mengalihkan investasinya ke aset kripto yang ia kelola.
Korban pun menuruti saran itu, menanamkan dana sebesar Rp 3,05 miliar ke rekening perusahaan yang direkomendasikan oleh sang profesor.
Beberapa di antaranya adalah PT Global Organic Farm dan PT Jongo Karya Abadi dua perusahaan yang, setelah diselidiki, sama sekali tidak memiliki izin atau aktivitas di bidang investasi digital.
Peran Para Pelaku dan Skema Pencucian Uang
Tiga tersangka yang ditangkap di Indonesia berperan sebagai pencari identitas dan pembuat rekening fiktif.
Mereka bertugas mencari orang yang bersedia meminjamkan data pribadinya untuk membuka rekening bank, membuat badan usaha, hingga akun kripto.
Setiap rekening dihargai Rp 5 juta, sementara satu dokumen perusahaan bisa mencapai Rp 30 juta.
“Rekening dan perusahaan itu kemudian dibawa ke Malaysia untuk dijual kepada jaringan utama yang beroperasi di sana. Semua dipakai sebagai sarana pencucian uang hasil kejahatan,” ungkap Rafles.
Pasal yang Dikenakan
Polisi menjerat para tersangka dengan pasal berlapis.
Mereka dijerat Pasal 45 ayat (1) juncto Pasal 28 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 2024 tentang ITE terkait penyebaran informasi menyesatkan yang merugikan konsumen.
Selain itu, pelaku juga disangkakan melanggar Pasal 81 dan/atau Pasal 82 UU Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana, serta Pasal 3, 4, dan 5 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang TPPU (Pencucian Uang).
Polisi kini masih memburu jaringan utama yang beroperasi dari luar negeri dan menelusuri aliran dana miliaran rupiah tersebut.
Kasus ini menjadi pengingat keras bahwa di dunia maya, identitas dan gelar semu bisa menjerumuskan siapa saja bahkan dalam waktu sekejap.
(TribunNewsmaker.com/Kompas.com/Bangkapos.com)
| Awal Mula Penangkapan Onad, Berikut Fakta-faktanya |
|
|---|
| Profil Wabup Pidie Jaya Hasan Basri, Mohon Maaf Seusai Tonjok Muka Kepala SPPG |
|
|---|
| Sosok Beby Prisilia, Istri Onadio Leonardo Baru Lahiran Kini Diciduk Kasus Narkoba, Anak Polisi |
|
|---|
| Profil Brigjen Ade Ary Syam Indradi Umumkan Penangkapan Onad, Pernah Viral Bawa iPhone 17 Pro Max |
|
|---|
| Sosok Habib Jafar, IG Pendakwah Diserbu Usai Onad dan Istri Ditangkap Kasus Narkoba: Tobat lo, Nad! |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.