Raja Keraton Solo Meninggal Dunia

Sosok Raja Keraton Solo Pakubuwana XIII, Meninggal Dunia di Usia 77 Tahun, Sempat Kritis di RS

Pemilik nama asli Gusti Raden Mas (GRM) Suryadi ini meninggal dunia dalam usia 77 tahun.

|
Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: Rusaidah
KOMPAS.COM/Istimewa Keraton Solo
Pertemuan antara, Sri Susuhunan Pakubuwana XIII (PB XIII), Permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Pakubuwana XIII, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari atau yang akrab dipanggil Gusti Moeng, KGPH Purbaya sebagai Putra Mahkota dengan gelar Gusti Pangeran Adipati Anom Sudibyo Raja Putro Nalendra Ing Mataram dan Kray Herniatie Sriana Munasari, pada pukul 15.30 WIB, Selasa (3/1/2022), setelah 10 tahun berkonflik. 
Ringkasan Berita:
  • Sinuhun Pakubuwana XIII merupakan salah satu putra tertua dari Sri Susuhunan Pakubuwana XII disingkat PB XII, raja terdahulu Keraton Surakarta
  • Pakubuwana XIII lahir di Surakarta pada 28 Juni 1948 dengan nama kecil Gusti Raden Mas (GRM) Suryadi
  • Pakubuwana XIII meninggal dunia pada Minggu, (2/11/2025) dalam usia 77 tahun

 

BANGKAPOS.COM -- Raja Keraton Solo, Sri Susuhunan Pakubuwana XIII, meninggal dunia pada Minggu, (2/11/2025).

Pemilik nama asli Gusti Raden Mas (GRM) Suryadi ini meninggal dunia dalam usia 77 tahun.

Sebelum meninggal dunia, Sri Susuhunan Pakubuwana XIII sempat di rawat di rumah sakit akibat penyakit komplikasi yang dideritanya sejak lama.

PB XIII tutup usai di RS Indriati Solo Baru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, pukul 07.29 WIB.
 
Kabar duka ini telah dikonfirmasi oleh Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Eddy Wirabhumi, salah satu kerabat Keraton Kasunanan Surakarta.

Menurut Eddy, PB XIII telah cukup lama menjalani perawatan karena kondisi kesehatan yang menurun.

Baca juga: Klarifikasi Wakil Bupati Hasan Basri Tonjok Kepala SPPG, Akui Tampar 2 Kali, Kecewa Nasi Dingin 

“Beliau memang sudah lama sakit. Terakhir komplikasi, termasuk gula darah tinggi dan penyakit lainnya. Usia beliau juga sudah sepuh,” ujar KPH Eddy Wirabhumi, Minggu pagi.
 
Saat ini sedang dipersiapkan proses pemulangan dari rumah sakit ke Keraton,” sambungnya.

Sebelummya, PB XIII sempat dirawat di rumah sakit sebelum acara Adang Dal, dan sempat pulih.  

Namun, kondisi kesehatannya kembali menurun beberapa waktu setelah kegiatan tersebut hingga akhirnya berpulang.

Kondisi pria bernama asli Gusti Raden Mas Suryo Patono itu kritis sejak 6 September 2025 kemarin.

Menurut sumber internal Keraton Solo yang enggan disebut namanya kondisi Pakubuwono XIII sudah memasuki masa kritis sebelum prosesi adat Adang Tahun Dal yang dilaksanakan Minggu (7/9/2025).

MENINGGAL DUNIA. Raja Keraton Solo Sri Susuhunan Pakubuwono (PB) XIII Hangabehi merayakan ulang tahun ke-74 pada Selasa (28/6/2022). Dia meninggal dunia pada Minggu (2/11/2025).
MENINGGAL DUNIA. Raja Keraton Solo Sri Susuhunan Pakubuwono (PB) XIII Hangabehi merayakan ulang tahun ke-74 pada Selasa (28/6/2022). Dia meninggal dunia pada Minggu (2/11/2025). (TribunSolo.com)

Namun hal ini dirahasiakan kepada publik oleh pihak Keraton Solo.

KPH Eddy Wirabhumi mengungkapkan sinuhun akan dimakamkan bersama raja mataram terdahulu di Kompleks Makam Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta.

Baca juga: Biodata Beby Prisillia, Ditangkap Bersama Onad Pakai Narkoba, Anak Polisi, Eks Pramugari

“Memang hari ini kita berduka sudah positif pagi beliau nggak ada di Rumah Sakit Indriati. Sekarang sedang dipersiapkan untuk memulangkan beliau dari rumah sakit ke keraton,” ungkap Eddy.

Saat ini pihak keluarga sedang membicarakan prosesi adat yang akan digelar menuju peristirahatan terakhir almarhum.

Ia membuka kemungkinan pemakaman akan digelar pada Selasa (2/10/2025).

“Sedang dibicarakan pagi ini. Kemungkinan besar di Hari Selasa. Selasa besok kebetulan Selasa Kliwon. Kemungkinan besar di atas jam 13.00,” jelasnya.

Sosok Raja Keraton Solo Pakubuwana XIII

Sinuhun Pakubuwana XIII merupakan salah satu putra tertua dari Sri Susuhunan Pakubuwana XII disingkat PB XII, raja terdahulu Keraton Surakarta.

Pakubuwana XIII lahir di Surakarta pada 28 Juni 1948 dengan nama kecil Gusti Raden Mas (GRM) Suryadi. 

Namanya sempat berganti usai dirinya sakit-sakitan.

Nama GRM Suryadi kemudian diganti menjadi GRM Suryo Partono.

Pergantian nama itu dilakukan oleh sang nenek, GKR Pakubuwana, karena kondisi kesehatan cucunya yang kerap sakit-sakitan.

Seperti halnya tradisi masyarakat Jawa pada umumnya, pergantian nama dianggap sebagai bagian dari petuah spiritual untuk memperoleh keselamatan dan keseimbangan hidup.

Seiring berjalannya waktu, saat Kasunanan Surakarta telah hidup berdampingan dengan sistem kenegaraan Republik Indonesia, sebuah keputusan adat atau paugeran ditetapkan pada tahun 1979.

Dalam keputusan tersebut, GRM Suryo Partono, sebagai putra sulung dari Pakubuwana XII, dinyatakan berhak menyandang nama Hangabehi dengan gelar lengkap Kangjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH).

Gelar ini menandakan posisinya sebagai pangeran tertua dan calon penerus takhta Kasunanan Surakarta.

Dalam kiprahnya di lingkungan keraton, KGPH Hangabehi pernah menjabat sebagai Pangageng Museum Keraton Surakarta serta memegang berbagai posisi penting lainnya.

Ia juga menerima penghargaan Bintang Sri Kabadya I dari ayahandanya, Pakubuwana XII, atas jasanya dalam menangani kebakaran besar yang menimpa Keraton Surakarta pada tahun 1985.

Dari seluruh keturunan Pakubuwana XII, hanya Hangabehi yang memperoleh bintang kehormatan tersebut.

Di luar aktivitas keraton, Hangabehi pernah bekerja di Caltex Pacific Indonesia, Riau, sebelum kemudian menetap di Jakarta.

Ia juga menerima sejumlah penghargaan dari berbagai lembaga nasional maupun internasional, termasuk gelar Doktor Kehormatan dari Global University (GULL), Amerika Serikat (AS).

Hingga akhirnya dirinya menjadi raja, dengan nama Susuhunan Pakubuwana XIII sejak 2004.

Dimakamkan di Imogiri Yogyakarta

Rencananya, jenazah PB XIII akan dimakamkan di Astana Raja-Raja Mataram Imogiri, Yogyakarta, sesuai tata adat keraton.

“Rencana akan dimakamkan di Astana Raja-Raja Mataram Imogiri, Yogyakarta. Sebelumnya, jenazah akan disemayamkan di Pendapa Paningratan, di belakang pendapa utama Keraton,” kata Eddy.

Keluarga besar Keraton Solo menggelar rapat internal pada Minggu pagi untuk membahas detail prosesi pemakaman.

“Kemungkinan besar pemakaman dilakukan setelah Selasa Kliwon, yakni Selasa (4/11/2025), sekitar pukul 13.00 atau 14.00 WIB,” imbuhnya.

Kepergian PB XIII meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar Keraton Surakarta dan masyarakat Jawa Tengah.

Sosoknya dikenal sebagai pemimpin yang menjaga tradisi dan warisan budaya Kasunanan hingga akhir hayatnya.

(Bangkapos.com/TribunSolo.com/TribunSumsel.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved