Berita Viral

Kronologi Siswi SD yang Viral Matanya Merah dan Lebam Sepulang Sekolah Lengkap Penjelasan Dokter

F (7), seorang siswi SD di Kota Palembang, Sumatera Selatan viral di media sosial karena mengalami mata merah serta lebam sepulang sekolah.

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
Ig virasoniaaaa
VIRAL MATA SISWI SD MERAH DAN LEBAM - Tangkap layar unggahan di akun instagram virasoniaaaa yang diposting, Minggu (2/11/2025). Erna menangis pilu berharap keadilan bagi F, anaknya yang kedua matanya lebam sepulang sekolah di SDN 50 Gandus Palembang. Erna berharap keadilan. 
Ringkasan Berita:
  • Viral di media sosial, mata F (7) seorang siswi SD di Palembang tampak merah dan lebam diduga dipukul oknum guru yang menggunakan cincin.
  • Ibu F, Sukirnawati atau Erna pun melaporkan kasus ini ke polisi.
  • Pihak sekolah mengaku kaget dan membantah jika sang siswi SD tersebut diduga dipukul guru.
  • Sementara penjelasan dokter puskesmas, F diduga mengalami mata merah dan lebam akibat sakit batu pertusis. 
  • Namun, penjelasan dokter puskesmas tersebut malah diragukan oleh dokter lain.

 

BANGKAPOS.COM - F (7), seorang siswi SD di Kota Palembang, Sumatera Selatan viral di media sosial karena mengalami mata merah serta lebam sepulang sekolah.

Kondisi itu ditemukan ibunya,  Sukirnawati (40) atau Erna, saat menjemput F di sekolah, Senin (27/10/2025).

Erna menduga anaknya mendapakan kekerasan di sekolah dan  telah melaporkan hal ini ke pihak kepolisian.

Diduga mata siswi SD itu jadi merah dan lebam mendapat pukulan dari seorang guru yang mengenakan cincin.

Sementara F telah dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

"Tadi kami masuk melalui IGD, lalu kami dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut di Poli Mata ddan Poli Anak," ucap Sukrisnawati, dikutip dari TribunSumsel.com.

Ia pun berterima kasih karena telah dibantu perawatan di RSUD Palembang Bari.

"Saya sangat berterima kasih atas pertolongan Bapak Wali Kota dan semua pihak lainnya. Tapi karena lokasi RS Bari yang jauh dari lokasi rumah, saya pun meminta agar anak saya dirawat di RS Bunda Demang Lebar Daun saja yang dekat dari rumah," ujarnya.

Kabid Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kota Palembang, Bayu Burhan yang mendampingi F jalani perawatan mengatakan, pihaknya langsung melakukan tindakan setelah kabar tentang F tersiar.

"Ya begitu kami mendapatkan laporan kita langsung mendatangi RS Bari, Palembang untuk melihat langsung keadaan korban FR," katanya. 

Pihaknya pun siap untuk memberikan pendampingan hingga kasus ini selesai.

"Sini kini melihat langsung kondisi korban dan siap mendampingi korban, agar peristiwa ini terang," pungkasnya.

Kronologi

Kepada polisi, Sukirnawati (40) mengatakan kejadian bermula saat ia menjemput F pulang sekolah dan mendapati mata anaknya merah serta leba pada Senin (27/10/2025) lalu, 

"Saya tahu pak, berawal saya jemput anak saya dan melihat kedua matanya luka lebam dan kornea mata anak saya merah," ungkap Sukrisnawati, dikutip dari TribunSumsel.com.

Mengetahui mata anaknya lebam, ia pun langsung masuk ke dalam sekolah dan bertanya kepada teman-teman korban yang berada di dalam kelas.

"Panik Pak, awalnya lalu saya masuk ke dalam kelas untuk menanyakan kenapa kedua mata anak saya lebam dan merah kepada teman-teman anak saya," katanya.

Ternyata, korban dipukul oleh seorang guru perempuan sambil menggunakan cincin.

"Saya tanya dulu pak pak teman temannya. Namun dijawab bukan teman teman anak saya yang memukul anak saya,"

"Lalu saya tanya kembali kepada salah satu guru ternyata benar anak saya sudah dipukuli seorang guru perempuan," ujar Sukrisnawati.

F pun mengalami luka lebam di kedua matanya.

"Saya terpaksa pak melapor ke sini dan berharap laporan saya segera ditindaklanjuti,"

"Akibat peristiwa ini juga anak saya mengalami trauma dan tidak mau sekolah lagi," tutupnya.

Sementara itu, KA SPK Polrestabes Palembang, Ipda Erwinsyah mengonfirmasi terkait adanya laporan dari orang tua korban.

"Laporan sudah diterima dan akan segera ditindaklanjuti oleh anggota Satreskrim Polrestabes Palembang, unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) untuk melakukan penyelidikan dan memanggil terlapor terkait peristiwa ini," tutupnya. 

Kata Kepala Sekolah

Eka Okta Nugraha selaku Kepala Sekolah tempat korban menimba ilmu menuturkan bahwa ia juga kaget setelah mendengar ada peristiwa ini.

Ia mengatakan, tak ada guru di sekolahnya yang mengenakan cincin.

"Itu juga saya kaget karena guru di sekolah ini tidak ada yang pakai cincin," ujarnya, Senin (3/11/2025).

 Kepada TribunSumsel.com, ia menuturkan, wali kelas korban saat itu tengah izin dan digantikan oleh guru pengganti.

"Waktu ketahuan wali kelasnya sedang izin, jadi guru pengganti yang masuk."

"Guru pengganti juga tidak pakai cincin," ujar Eka saat dijumpai di sekolah.

Eka menjelaskan, mata F sudah terlihat sedikit merah saat datang ke sekolah.

"Yang jelas anak ini pada saat datang sudah ada sedikit merah di sebelah matanya, belum menyebar seperti kondisi sekarang," katanya.

Ia menuturkan, hal tersebut diungkapkan oleh seorang guru yang melihat kondisi korban pada Senin pagi.

Saat menjemput anaknya sekolah, kata Eka, Sukirnawati mengaku panik hingga F akhirnya dibawa ke puskesmas.

Ibu korban juga datang ke sekolah keesokan harinya untuk membawa surat dari Puskesmas sekaligus mengabarkan bahwa anaknya tidak masuk sekolah.

"Bawa surat rujukan dari Puskesmas hari Selasa, izin tidak sekolah," lanjut Eka.

Eka mengatakan, saat itu, tak ada perkelahian di sekolah.

"Kalau soal berkelahi dengan teman-temannya sudah ditanyakan juga oleh ibu dan gurunya ke kelas, jawaban murid-murid tidak ada," tuturnya.

Eka menduga, korban mengalami sakit, namun saat ini belum diketahui sakit apa karena hasil pemeriksaan belum keluar.

"Dugaan kemungkinan sakit. Kami belum tahu, sebab belum tahu hasil visum dan diagnosanya. Kalau memang terjadi apa-apa kita ikuti saja prosedurnya," tandasnya.

F (7) siswi kelas 1 SDN 150 Palembang yang matanya lebam dan merah kini tengah dirawat di RSUD Palembang Bari.

Kasus ini pun sedang ditangani polisi dari Polrestabes Palembang..

Erna, sang ibu telah melaporkan oknum guru di SDN 150 Palembang karena kasus ini ke Polrestabes Palembang karena dugaan adanya penganiayaan.

Tim penasihat hukum korban Dr Conie Pania Putri wakil direktur LBH Bima Sakti meminta masyarakat tidak berspekulasi luas terkait dengan kondisi korban. 

‎"Kasus ini sudah dilaporkan ke Polrestabes Palembang dan ditangani oleh Unit PPA, yang bergembang apakah nanti ada dugaan tindak pidana penganiayaan atau tidak ini belum bisa kita simpulkan, "ucapnya didampingi M Novel Suwa, Agung Dwi Pramono, Indah Dwi Permata Sari, Tresyah Meirinda Putri, Selasa (04/11/2025), siang. 

‎Conie menegaskan, setelah berkoordinasi dengan penyidik rupanya telah melakukan pemeriksaan sejumlah saksi termasuk mendatangi sekolah dari F.

‎"Kasus ini butuh pembuktian apakah ada penganiayaan di TKP sekolah atau tidak, kami akan berkoordinasi dengan penyidik, "ucapnya.

‎Conie juga mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan dokter ahli mata terkait dengan kondisi mata F yang memerah itu. ‎

"Saat ini masih diobservasi oleh dokter ahli mata, ahli psikologi, ahli tumbuh kembang, yang paling utama adalah kesehatan dari anak tersebut,"katanya. 

‎Sementara rekannya, M Novel Suwa juga meminta masyarakat untuk menunggu proses penyidikan dan hasil pemeriksaan dokter ahli. 

‎"yang kita kedepankan praduga tak bersalah, untuk masyarakat harapnya bijak dalam menyikapi permasalahan apalagi ini soal guru, "katanya.

Penjelasan Dokter Puskesmas

Dikutip dari akun instagram Walikota Palembang Ratu Dewa @ratudewa, dokter dari Puskesmas Gandus Palembang jika mata merah pada anak tersebut dampak suspek batu pertusis.

Sang dokter menyebut jika F pernah dibawa ibunya untuk periksa ke Puskesmas pada 27 Oktober lalu.

Saat itu ibunya mengatakan bahwa F sempat demam seminggu dan merah pada matanya baru terjadi pada sebagian kecil mata kiri dan memang sudah bengkak atau lebam.

Kemudian ibunya bertanya apa yang menyebabkan anaknya sakit tersebut.

Setelah diperiksa menggunakan stetoskop, ditemukan ada bunyi berisik pada paru F dan disusul dengan batuk berulang-ulang.

Dari hasil pemeriksaan dan sepengetahuan medis dokter, disimpulkan itu disebut sebagai suspek batuk pertusis atau rejan.

Namun, Dokter Gigi, Mirza Mangku Anom yang menyoroti kasus siswi SD Negeri 150 Gandus Palembang berinsial F (7) yang matanya merah dan lebam setelah pulang sekolah meragukan penjelasan dokter puskesmas.

Diketahui, berdasarkan pemeriksaan dokter puskesmas setempat, bahwa bocah tersebut disebut mengalami gejala sakit pertusis hingga berdampak pada kondisi matanya. 

Dikutip dari Ayo sehat pertusis adalah penyakit pernapasan yang sangat menular, juga dikenal sebagai batuk rejan, yang disebabkan oleh bakteri dan ditandai dengan batuk hebat yang diikuti suara tarikan napas bernada tinggi seperti "whoop".

Menanggapi hal itu, lewat story Instagram miliknya @drg.mirza, dokter Mirza mengungkapkan kejanggalan yang diidap bocah tersebut.

Dokter Mirza lantas membagikan isi direct messenger (DM) dari salah satu dokter spesialis anak soal kondisi bocah.

Dalam percakapannya, dijelaskan oleh salah dokter lewat isi percakapan gejala pertusis jika F (7) mengalami gejala pertusis akan batuk-batuk.

Menurut salah satu dokter spesialis anak mata bocah tersebut terkena trauma benda tumpul.

"Kalo pertusis sampe sekarang pun batuk anaknya, pertusis ga hilang secepat itu, itu namanya racoon eye, 2 bola mata terkena trauma tumpul," tulisnya.

"Kalo dari sisi bedah sepertinya agak susah ya mendiagnosis pasti itu pertusis karena pertusis punya gejala lain yang prominen," sambungnya.

Lebih lanjut, dijelaskan dokter Mirza para rekannya juga meragukan ciri-ciri pertusis karena bocah tersebut tidak batuk.

Saya barusan banget dapat kabar dari teman-teman disekitar sana bahwa prosesnya sudah berjalan, mari kita tunggu hasilnya keadilan harus ditegakkan bagi siapa pun," tulisnya.

"Saya tidak punya kompetensi untuk menyimpulkan terkait medis yang terjadi pada korban, karena bidan kompetensi kedokteran saya bukan diranah itu. Tapi dari penjelasan beberapa sejawat spesialis bahwa meragukan itu ciri-ciri pertusis dan jika pertusis kok adik itu tidak batuk ?," imbuhnya.

Tak hanya itu, ia juga menyoroti pengakuan bocah tersebut yang sempat menyebutkan dianiaya guru yang memakai cincin.

"Misalkan memang benar itu pertusis, lalu kenapa adik itu bisa menyebutkan bahkan yang melakukan adalah 'bu guru yang pake cincin ?' kenapa ?," terangnya.

"Saya belum dapat informasi pasti apakah benar ada dokter di puskesmas yang memeriksa dan menyatakan itu pertusis, tapi saya menyarankan untuk berhati-hati dalam menegakkan diagnosis apalagi terkait kasus-kasus yang dalam sorotan publik seperti ini," tandasnya. (Tribunnews/ Tribun Sumsel/ Bangkapos.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved