Ledakan di Masjid SMAN 72 Jakarta

Tubuh ZA Siswa Korban Ledakan di SMAN 72 Jakarta Banyak Serpihan Paku, Kaca dan Seng

Karim mengatakan kondisi adiknya, ZA siswa kelas XI sempat koma pasca menjadi korban ledakan di SMAN 72 Jakarta.

Editor: Fitriadi
Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti|TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
LEDAKAN DI SEKOLAH - Aparat kepolisian dan TNI melakukan pengamanan di SMAN 72 Jakarta usai terjadi ledakan pada Jumat (7/11/2025). Ledakan ini menyebabkan 54 orang siswa, guru, penjaga kantin termasuk terduga pelaku mengalami luka-luka. 

Ia pun mengaitkan dugaan korban bullying dengan teori psikologi, Moral Disengagement.

Dikutip dari oxford-review.com, Moral Disengagement mengacu pada proses di mana seseorang atau sekelompok orang menjauhkan diri dari standar etika perilaku yang normal atau lazim.

Lalu, individu itu atau sekelompok orang itu yakin bahwa perilaku tidak etis yang baru itu justru dapat dibenarkan, seringkali karena sejumlah kondisi yang dianggap meringankan.

"Mengenai motifnya, ada beberapa yang mengatakan ini bagian dari kegelisahan jiwa [terduga pelaku] yang sering menerima bullying," ujar Ridlwan.

"Tetapi, ini baru informasi yang masuk, nanti informasi yang resmi akan disampaikan Polri."

"Tetapi kalau memang pelakunya ini usia 17 tahun, ada satu teori psikologi, namanya teori moral disengagement, ini salah satu disertasi dari dekan fakultas psikologi Universitas Riau, Dr. Sigit Nugraha."

Selanjutnya, Ridlwan menjelaskan, bisa jadi tindakan mirip teror yang dilakukan terduga pelaku merupakan aksi balas dendam sebagai coping mechanisme atau strategi untuk menghadapi bullying yang dialaminya.

"Psikolog Sigit Nugraha mengatakan, ketika seseorang di usia muda sering mendapatkan bullying, dia akan menderita jiwanya, gelisah, lalu coping mechanism-nya dalam bentuk mewujudkan balas dendam," jelas Ridlwan.

"Balas dendamnya ini macam-macam, salah satunya bentuk serangan yang dibuat mirip tindakan teror yang sebelumnya pernah terjadi."

Polri Masih Dalami Identitas Terduga Pelaku

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan hingga sejauh ini bahwa terduga pelaku merupakan seorang siswa yang berasal dari lingkungan sekolah SMAN 72 Jakarta.

"Informasi sementara masih dari lingkungan sekolah tersebut. Iya (pelajar)," kata Listyo di teras Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (7/11/2025), diwartakan Kompas.com.

Listyo menyampaikan bahwa pihaknya saat ini masih terus mendalami identitas, lingkungan, hingga tempat tinggal maupun rumah terduga pelaku.

Ia juga memastikan, tidak ditemukan informasi mengenai orangtua terduga pelaku merupakan anggota kepolisian.

Sosok FN Terduga Pelaku Peledakan

Seorang siswa SMAN 72 Jakarta berinisial Z, mengenali foto remaja terduga pelaku yang beredar di media sosial.

Z mengungkapkan remaja dalam foto tersebut adalah kakak kelasnya, berinsial FN, siswa kelas XII SMAN 72 Jakarta.

Z mengatakan FN kerap dibully teman-temannya di sekolah.

"Awalnya tuh korban dibully gitu di sekolah, dia selalu sendiri kemana-mana, terus pakai jas putih, ya begitulah," kata Z di lokasi kejadian, Jumat (7/11/2025), dikutip dari Tribunnews.com.

Z menduga, FN tidak kuat dibully sehingga melakukan perbuatan tersebut. Pelaku ingin membalas dendam kepada para perundungnya.

Sebelum kejadian, kata Z, terduga pelaku kerap terlihat sendiri.

“Dia selalu sendiri kemana-mana, terus pakai jas putih,” ujar Z.

Pada saat kejadian, Z mengaku, tidak melihat terduga pelaku. Apalagi, dia mengungkapkan, siswa kelas XII sedang libur.

“Jadi dia ada kesempatan ngerancangin. Dia di belakang sekolah, tempat-tempat sampah," katanya.

Z mendengar kabar bahwa terduga pelaku ingin balas dendam kepada para perundung.

"Katanya dia merakit bomnya sendiri. Terus sudah ditimer di tiga daerah di sekolah," kata Z.

Tiga daerah itu yakni musala, kantin lalu tempat nongkrong siswa.

Selama ini, Z mengaku tidak pernah melihat pelaku.

Saat ledakan terjadi, Z sedang berada di teras musala ingin melaksanakan ibadah Salat Jumat.

Saat itu sedang berlangsung khotbah kemudian ibadah Salat Jumat.

"Itu langsung ada ledakan," katanya.

Ia melihat delapan orang temannya terluka bergeletakan.

"Ada yang gosong, matanya parah lah," imbuhnya.

Tetapi, Z tidak melihat pelaku.

Terlebih, siswa kelas XII termasuk FN sedang libur.            

"Jadi dia ada kesempatan merancang. Dia di belakang sekolah, tempat-tempat sampah," katanya.

Z mengakui foto yang viral merupakan terduga pelaku.

"Ada senjatanya, ada bom molotov di sebelah belakang kantin," ujarnya.

Z tak terlalu mengenal seniornya tersebut karena kerap menyendiri setiap di sekolah.

"Siswa kelas XII itu, katanya dari kelas XI dia selalu menyendiri," kata Z.

Z bercerita sosok terduga pelaku yang tak disebutkan namanya itu memang mempunyai sikap yang unik.

Informasi yang ia dapatkan gemar menggambar dan menyimpan foto yang tak lazim.

"Sering buat gambar-gambar, foto-foto yang kayak tentang berdarah, teroris, bendera amerika. Gambar-gambar yang berdarah gitu. Sering nonton tembak-tembakan gitu," tuturnya.

Saat kejadian, Z dan teman-temannya hendak menunaikan salat Jumat.

Saat itu, suasana di dalam masjid sudah ramai oleh siswa lainnya sehingga ia hanya bisa duduk di bagian teras masjid.

Kemudian, khotbah kedua pun dikumandangkan. Menjelang iqomah, ledakan pun terjadi dari bagian tengah masjid tepatnya di dekat pilar.

"Nah, pas posisi ada ledakan itu pas khutbah terakhir yang pengen sholat. Nah, itu udah doa. Nah, tiba-tiba ada dor. Nah, itu posisinya udah langsung pus. Udah lah, udah hancur-hancur, hamburan-hamburan. Ada asap gede banget," kata Z.

(Tribunnews.com/Tribunjakarta.com/Kompas.com)

Sumber: Tribunnews
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved