Bom Gereja di Surabaya, Pentolan Jamaah Islamiyah Ini Ungkap Motifnya dan Sebut Polisi Sudah Tahu
Dimana gerakan serentak saat itu ada di sembilan kota termasuk diantaranya di Batam, Pekanbaru, Mojokerto, Bandung, dan Jakarta dengan pengiriman ...
BANGKAPOS.COM -- Insiden bom meladak di tiga gereja di Surabaya menjadi perhatian banyak kalangan.
Bahkan ada yang meyakini sebagai aksi balas dendam terkait dengan peristiwa di Mako Brimob Jakarta.
Baca: Lahirnya di Singapura, Marga Nasution Ini Masuk Kabinet Mahathir Mohamad, Begini Penjelasannya
Barangkali orang awampun akan berfikir bahwa bom gereja di Surabaya pagi tadi itu linier dengan peristiwa antara napiter dengan polisi di Mako Brimob, Rabu kemarin.
Lalau bagaimana dengan analisa Ali Fauzi, sang mantan pentolan Jamaah Islamiyah (JI) yang juga adik kandung sang Trio Bomber Bali.
Baca: Yulia Mochamad Sebut Hubungannya dengan Opick 50 Persen, Lalu Bongkar Karakter Opick, Ternyata
Ditemui Tribunjatim.com Minggu (13/5) siang ini, Manzi, panggilan lapangan Ali Fauzi saat di medan tempur mengungkapkan, Insiden bom meledak di tiga gereja di Surabaya itu adalah bagian dari balas dendam terkait dengan peristiwa di Mako Brimob.
Munuculnya rekaman di video, Instagram yakni, nampak jelas bagaimana seorang anggota polisi menyuapi makan dengan kedua tangan diborgol pada napiter dalam bus perjalanan menuju Nusakambangan, itu menjadi penyulut kemarahan mereka yang sejalan dengan para napiter.
Baca: Ronaldo Coba Peruntungan di Film Animasi, Berakting jadi Pemimpin Pasukan Superhero Ini
"Jadi kelompok ini sangat terprovokasi dengan video yang beredar luas itu," ungkap Ali Fauzi.
Kelompok teroris mana yang beraksi di Surabaya meledakkan bom di tiga gereja ?
Ali Fauzi memantapkan keyakinannya bahwa pelakunya adalah kelompok bergerak dalam medio 4 hingga 5 tahun yang lalu.
Baca: Disebut Butuh Uang dari China untuk Menangkan Suara, Jokowi Jadi Pemberitaan Media Internasional
"Kelompok ini beraviliasi dengan ISIS," tandasnya.
Tapi mengapa yang jadi sasarannya gereja, Ali membeberkan, sesungguhnya aksi serupa pernah tahun 2000.
Baca: Di Restoran Ini, Pelanggan Bisa Dapat Diskon Makan dan Minum, Bahkan Gratis! Ini Syaratnya
Dimana gerakan serentak saat itu ada di sembilan kota termasuk diantaranya di Batam, Pekanbaru, Mojokerto, Bandung, dan Jakarta dengan pengiriman 25 paket bom.
"Yang beda, modelnya antara dulu dan sekarang," katanya.
Baca: Alhamdulillah Ada Rezeki, Nia Ramadhani Bagi-bagi Handphone di Pesta Ulang Tahun Anak Bungsunya
Dalam kejadian ini, menurut Ali Fauzi, polisi tidak berarti kecolongan.
Karena pada dasarnya polisi tahu akan ada balasan, hanya tidak diketahui pasti kapan dan dimana akan terjadi.
Negara manapun seperti bisa terjadi, termasuk di Amerika Serikat.
Baca: Sering Diundang Orasi Ilmiah, Megawati Akui Sering Diminta Jadi Pembisik ke Jokowi, Ini Jelasnya
Jika kelompok teroris mendapat tekanan, maka yang di bawah akan bergerak.
"Mungkin polisi tahu, tapi dimana dan kapan," katanya.
Baca: Ketahuan, Suara Lucinta Luna Saat Sentuh Barang Ini Bikin Kaget, Dasar Kau Keong Racun!
Kelompok pengebom ini, menurutnya tidak masuk dalam perakit bom besar. Kalaupun ada kebakaran itu hanya efek samping.
Bukan karena efek residunya. Yang muncul api dan terbakar itu ban, tangki bensin dan lainnya.
Baca: Begini Penampakan Rumah Mewah Bunga Zainal Usai Dinikahi Bos Tajir Pemilik Rumah Produksi, Wow!
Sedangkan asap yang membumbung tinggi itu juga akibat efek samping benda-benda seperti ban yang terbakar.
Asap tinggi itu bukan efek residu, makanya warna asapnya hitam bukan putih.
