Proses Terbentuknya Kelekak dan Kelukoi

KELEKAK terbentuk melalui proses yang tidak singkat. Membutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun

Editor: edwardi
bangkapos.com/dok
Ilustrasi: Warga sedang mengambil air bersih di sumur umum ?Air Mungkus Kelekak Candu diwilayah Padang Lalang, Jumat (4/9). ( 

Proses terbentuknya kelekak secara religius magis ini seperti halnya Kelekak Lukok, yang terletak di perbatasan Desa Kemuja dan Petaling Kecamatan Mendobarat. Konon, masyarakat ini meninggalkan kampung mereka (Lukok) akibat diserang penyakit bernama kutuk (kusta?) yang diyakini disebabkan oleh gangguan roh jahat. Masyarakat Lukok akhirnya ada yang pindah ke Desa Petaling, Kemuja, Payabenua bahkan sebagian ke Desa Sarangmandi Kecamatan Sungai Selan--ini pula yang selanjutnya melatarbelakangi mengapa dialek bahasa ibu masyarakat di Desa Sarangmandi sangat mirip dengan dialek bahasa ibu masyarakat di Mendobarat, khususnya Desa Petaling.

Selain keyakinan adanya gangguan roh jahat, kelekak secara religius magis juga dapat terbentuk karena orang-orang tempo dulu meyakini bahwa di tempat-tempat tertentu ada tanah bekas kerajaan, pekuburan lama atau sesuai kepercayaan diyakini menjadi tempat menetap makhluk halus. Maka tanah yang diyakini bekas kerajaan atau kuburan lama dan ditunggu makhluk halus tersebut tidak boleh diganggu atau dirusak.

Wilayah tersebut harus dijaga habitatnya dengan menanam berbagai pohon penghasil buah, yang lambat laun menjadi kelekak.

Kepercayaan adanya kekuatan dan gangguan dari roh-roh ini selanjutnya menjadikan masyarakat Pulau Bangka tempo dulu amat 'dekat' dengan sesuatu yang berbau mistis. Maka lahir keyakinan bahwa 'kekuatan' jahat tersebut tidak untuk dilawan melainkan harus 'dihargai' sebagai realitas alam. Kesadaran ini melahirkan ritual-ritual tertentu agar roh-roh jahat dapat hidup berdampingan dan tidak mengusik kehidupan manusia. Dari sini pula berawalnya ritual buang jong, pemberian sesajian, taber kampong, nujuh jerami, dan lain-lain yang hingga saat ini masih menjadi bagian dari tradisi masyarakat di Pulau Bangka.

Sayangnya, ketika keserakahan sudah semakin tak terbendung, kelestarian kelekak samakin pada posisi yang terancam. Bahkan sebagian telah menjelma menjadi kubangan lumpur TI, ada yang sudah digusur dan dipatok untuk dibangun rumah elite masa kini, sebagiannya lagi tinggal onggokan bekas gergaji. Betapa sebuah kearifan lokal orang-orang tempo dulu terhadap lingkungan alamnya tidak lagi dihargai oleh generasi masa kini dengan cara merusaknya dengan berbagai dalih kepentingan dan ekspansi. (Habis)

Sumber: bangkapos.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved