Prosesi Langka Mumi Mayat di Papua Berbeda dengan Mumi Mesir Kuno
Suku Anga di Papua Nugini dikenal sebagai suku yang memumikan anggota sukunya ketika meninggal.
Proses mumifikasi pernah tersebar luas di Papua Nugini dan pulau-pulau Pasifik Selatan lainnya pada abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Cara mengawetkan tubuh seseorang dipandang sebagai upaya untuk menjaga kenangan, dibanding penguburan dalam tanah.
Namun, kedatangan misionaris Kristen dan pejabat pemerintah Inggris dan Australia pada pertengahan abad ke-20 memunculkan stigma dalam hal moralitas dan kebersihan.
Kendati Gemtasu tidak mengetahui berapa lama ia akan hidup, ia merasa bahwa akhir hidupnya sudah dekat. Ia sadar betapa pentingnya mempertahankan suatu tradisi Dengan menjadi mumi, Ia percaya dapat melindungi keluarganya.
Gemtasu mengajarkan kepada anak-anaknya yang telah dewasa bagaimana cara mumifikasi.
Dan, Gemtasu meminta secara langsung kepada Lohmann untuk memotret proses mumifikasi dirinya dan membagikan cerita tentang dirinya. Anak-anaknya, seperti kebanyakan anggota suku lain, tentu menolak hal tersebut.
Mereka mengatakan telah meninggalkan tradisi mumifikasi yang memakan banyak tenaga dan waktu, selain itu juga akibat bau menyengat yang dihasilkan dari daging manusia yang diasap.
Suku ini juga sudah mengalami penipisan jumlah anggota karena urbanisasi ke kota-kota pelabuhan.
“Ayah mendesak saya terus dalam waktu yang cukup lama, sehingga saya tidak dapat melakukan apa-apalagi untuk menolaknya, selain berjanji dan mewujudkan keinginan dirinya menjadi kenyataan,” kata Awateng, salah satu anak Gemtasu.
Dan kemudian, pada 2015 lalu, Gemtasu wafat.
Tubuh Gemtasu sedang diasapi. (Ulla Lohmann via nationalgeographic.com)
Sesuai dengan permintaan Gemtasu, Lohmann kembali ke Papua Nugini untuk menyaksikan dan memotret proses mumifikasi.
Tujuh orang lelaki dewasa, termasuk cucu Gemtasu, memulai proses mumifikasi dengan tanah liat putih yang dioleskan pada wajah mereka,sebagai tanda duka.
Berdasarkan peraturan upacara, mereka tidak diizinkan meminum air selain jus tebu dan hanya boleh memakan makanan yang dimasak di atas api yang sedang mengasapi tubuh Gemtasu.
Lohmann mengamati seluruh rangkaian selama satu minggu.