Kisah 'Merica, Lontong dan Nangka' dari 'Kampret' Dalam Operasi Militer di Timor Timur
Lazimnya dalam sebuah operasi militer, nama resmi Bronco yang arti sebenarnya adalah anak kuda, tidak digunakan. Dalam operasi ini Bronco
“Di mana Celeng-nya?” tanya pilot yang kemudian dijawab pasukan darat mereka berada di bawah pohon besar di depan.
“Oke, sekarang saya sudah melihatnya,” lanjut Kapten Yuni.
Para Celeng bergerak dalam kelompok kecil dua-tiga orang. Mereka biasanya menyerang dengan tiba-tiba dan setelah itu lari. Gerakan mereka cepat karena sudah menguasai medan.
Fisik mereka juga sangat kuat. Tanpa mengenakan sepatu mereka bisa bergerak cepat di medan berbatu tajam.
Untuk menghambat gerak Celeng, pasukan darat memagarinya dengan teknik pagar betis dibantu operasi udara taktis seperti yang sedang dilakukan si Kampret ini.
Setelah jarak Bronco terhadap pohon besar sudah dekat, OV-10F kemudian terbang menukik disusul ucapan Kapten Yuni, “Ini saya kirimkan Merica untuk Celeng-celengitu. Laporkan hasilnya!”
Sambil terus menukik OV-10F memberondongkan senapan mesin satu rentetan. Setelah itu pilot melakukan pull-up 60 derajat secara tiba-tiba.
Kamera video yang dipegang Soenyoto pada saat pull-up bertambah menjadi 20 kg. ini terjadi karena tekanan gravitasi sekitar %G mengakibatkan bertambahnya beban lima kali lipat.
“Kampret, bagus sekali. Terus lakukan seperti itu sampai Celeng kocar-kacir,” teriak pasukan darat.
OV-10F pun mengulangi lagi lintasan penerbangan seperti penembakan pertama. “Oke, ini Merica lagi, lebih banyak,” kata pilot. Setelah itu terdengar lagi rentetan tembakan yang lebih panjang ke arah pohon besar di bawah.
Pada lintasan Kampret yang ketiga Kapten Yuni memberi aba-aba lagi kepada pasukan darat. “Sekarang saya kirimkan Lontong.” Setelah itu pesawat menukik lagi dan terlihat dari sayap kiri dan kanan roket FFAR melesat dengan suara mendesis.
Dua roket mengarah ke pohon besar di arah depan dan setelah itu hilang dari pandangan karena Kampret melakukan pull-up.
Terdengar di radio pesawat suara sorak sorai pasukan darat yang tentunya menyaksikan bagaimana para Celeng kocar-kacir karena dilempari Lontong
“Pusing ya Pak Nyoto? Kalau mau muntah, muntah saja, kan bawa kantong plastik,” Yuni memberi instruksi kepada Soenyoto yang merasa lemas.
“Baguslah kalau tidak pusing. Kita lanjutkan lagi satu lintasan untuk mengirim Nangka,” kata Kapten Yuni.