Ini Dia UAV Reaper, Sang Malaikat Pencabut Nyawa Militer AS yang Kian Sakti nan Mematikan

Reaper telah diandalkan untuk melakukan serangan presisi atas sasaran-sasaran bernilai strategis, seperti para petinggi organisasi teror

Editor: Iwan Satriawan
Angkasa
UAV Reaper 

BANGKAPOS.COM--UAV buatan General Atomics MQ-9 Reaper (malaikat pencabut nyawa) yang dioperasikan oleh AU AS kini kian sakti.

Dalam masa karirnya yang terbilang masih singkat, Reaper telah diandalkan untuk melakukan serangan presisi atas sasaran-sasaran bernilai strategis, seperti para petinggi organisasi teror di Irak, Yaman, Afghanistan, dan Somalia.

Rangkaian serangan itu mayoritas dilakukan dengan menggunakan rudal AGM-114L Hellfire dan juga bom pintar berpengendali laser lainnya, seperti seri GBU-12/B Paveway II.

Baca: Perang Diambang Mata, Untuk Tangkis Rudal Balistik Korut, AS Kerahkan Kapal Perang Antirudal

Penggunaan sistem senjata berpemandu laser memang memiliki akurasi tinggi, namun bukan berarti tanpa kelemahan.

Apabila wilayah Reaper beroperasi dipenuhi oleh halangan alam seperti awan tebal, badai debu, atau cuaca buruk lainnya, serangan pun tidak bisa dilakukan.

UAV Reaper2
UAV Reaper2 (Angkasa)

Reaper harus menurunkan ketinggiannya sehingga ada resiko kalau-kalau UAV ini terdeteksi kehadirannya oleh sasaran dan target pun melarikan diri.

Nah, untuk komplemen bom berpengendali laser, AU AS juga sudah mengoperasikan bom pintar JDAM (Joint Direct Attack Munition) yang mengandalkan koordinat GPS (Global Positioning System) sebagai pengarahnya.

Di awal bulan Mei 2017, 432nd Wing, Creech AFB yang menaungi pengoperasian UAV di AU AS berhasil menyelesaikan proses integrasi bom GBU-38/B JDAM untuk dibawa oleh MQ-9 Reaper.

JDAM yang dibuat oleh Boeing menawarkan solusi senjata pintar dengan memodifikasi lini bom Mk82-Mk84.

Bom itu memiliki kit sirip pengendali yang ekonomis, serta menawarkan keunggulan sistem bom berpemandu GPS yang bisa dilepaskan dari jarak 20 km lebih.

Akibatnya, target tidak akan pernah tahu apa dan darimana serangan yang mengenainya sampai saat-saat terakhir sebelum bom itu menghantamnya.

Dengan menggunakan JDAM, AU AS memiliki opsi yang lebih banyak saat mengoperasikan MQ-9 tanpa perlu membatalkan misi karena kondisi cuaca yang kurang ideal.

Operator MQ-9 cukup menginput koordinat sasaran baru dan JDAM pun siap dilepaskan.

Bagian MQ-9 yang membuat integrasinya menjadi sulit adalah bagian dimana operator bisa mengupdate koordinat terbaru secara terus-menerus ke Reaper dan pada gilirannya ke unit bom JDAM. Saat ini nampaknya tantangan itu sudah berhasil diatasi.

Halaman
12
Sumber: Angkasa
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved