Muso Dianggap Lebih Cocok Jadi Tukang Gebuk

Soeripno dan Muso berhasil menerobos blokkade Belanda, dan mendarat dengan pesawat Catalina di rawa Campurdarat.

Editor: fitriadi
Wikipedia.org
Muso 

Yang dimaksudkan dengan “gedung di sana” yaitu Istana atau Gedung Agung yang menjadi kediaman Kepala Negara RI pada masa itu; sebuah gedung bekas tempat kediaman gubernur-gubernur Belanda dan pembesar tertinggi Jepang untuk daerah Yogyakarta.

Seorang rekan (kalau tidak keliru Samawi dari KR) menanyakan, “Apakah dengan begitu Saudara Muso ingin menggantikan kedudukan Bung Karno?”

“Yyyy… yaaa… kalau rakyat menyetujui. Tetapi… tetapi… yaaaa, begitulah…”

Muso Ialu, berceritera tentang kesalahan persetujuan Linggarjati dan Renville, yang berarti suatu kegagalan total dari politik yang selama ini dijalankan oleh Amir Sjarifuddin, sesama orang komunis seperti dia.

Dia juga mengemukakan bahwa keadaan negeri Soviet sudah begitu majunya, sampai anak-anak sekolah tidak usah membayar uang kuliah, upah buruh dijamin, kesejahteraan sosialnya ditanggung negara, dan lain-lain tetek-bengek untuk propaganda.

“Lalu? Apa kita punya sekarang? Ini uang Uri apa Nuri apa apa namanya itu, … nilainya tambah hari tambah merosot…” Berkata begitu itu dia sembari menyeringai. Meringis mengejek.

“Ini saudara Muso. Kami kepingin tahu! Saudara Muso datang untuk konferensi pers, untuk apa harus dikawal dengan laskar satu truk lengkap dengan senjata segala?" demikian seorang rekan bertanya.

“Ooo… itu disebabkan… itu disebabkan… karena… karena… ya, kita harus waspada terhadap agen-agen kaum imperialis yang di mana-mana mempunyai antek-anteknya…”

Baca: Pasukan Elit Cakrabirawa Dibubarkan Gara-gara Oknumnya Tersangkut G30S PKI

Pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan kemudian berkisar kepada perundingan dengan Belanda, dengan persatuan nasional dan pokok-pokok persoalan yang  dewasa ini memang menjadi topik.

Tidak lama konferensi pers yang diadakan oleh Muso dengan para wartawan Ibukota itu.

Di konferensi itulah saya untuk kali pertama melihat dan berhadapan dengan Muso, gembong komunis Indonesia yang sekaligus juga merupakan tokoh komunis internasional.

Kesan saya: serba kampungan. Inteligensinya kurang. Isi kepalanya tidak banyak. Patutnya memang tukang gontok; atau tukang gelut. Atau tukang pukul.

Kalimat-kalimat yang diucapkannya tidak diplomatis, dan ya, seperti yang sudah saya katakan di atas: kampungan.

Tidak menimbulkan rasa simpati; Iebih-lebih setelah dia mengutarakan dengan sinisme tentang keuangan RI kita; tentang niatnya hendak menggantikan Kepala Negara (pada waktu revolusi sedang berkecamuknya itu).

Halaman
1234
Sumber: Intisari
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved