Kisah Cinta Bung Karno dan Ratu Tanpa Mahkota di Istana Bogor, Ada Mistisnya

Jika di tempat tidur kita 'kan "pelacur" bagi suami. Kita melayani permintaan mereka. Apa pun. Sementara een kameraad maksudnya

Editor: Iwan Satriawan
Istimewa
Hartini dan Soekarno 

Bahkan ia pernah bersama Bung Karno, Pak Harjo (kepala rumah tangga), serta para pengawal melihat seorang tamu yang dia lupa namanya, "bersilat" begitu tamu itu memasuki Ruang Raja.

"Engkau ngapain?" tanya Bung Karno.

"Habis, saya mau diserang, Mas?" sahut tamu tersebut. Namun orang itu juga tidak bisa menceritakan bagaimana tampang penyerangnya, karena matanya terpejam.

Hal ini, menurut Hartini, "Mungkin karena sejak zaman para gubemur jenderal sudut-sudut tertentu istana selalu diberi sesajen. Saya sendiri tidak tahu persis di mana, tetapi para jongos yang sudah bekerja sejak lama itu tahu persis."

Hartini mengakui tidak berani tinggal sendiri di dalam istana. "Kalau paviliun yang saya tinggali itu 'kan bangunan baru. Setahu saya, bagian istana yang singit (angker) itu hanya Ruang Raja tersebut.

Tetapi di Kebun Raya banyak tempat yang angker. Karena itu setiap kali akan mengadakan acara, kami selalu minta izin kepada Mbah lepra yang dimakamkan di Kebun Raya.

Saya sendiri tidak tahu slametannya apa, pokoknya banyak macam. Karyawan, apalagi yang tua-tua, sudah tahu semua." 

Kemeja dan bahan celana untuk pacar

Dalam hal seni Bung Karno memang berselera tinggi, sehingga Hartini tidak berani mengubah-ubah tata letak dekor istana. "Paling-paling vas atau barang-barang antik, saya masih berani. Tetapi kalau lukisan, saya sama sekali tidak berani mengusiknya.

Bapak sudah tahu persis setiap koleksinya. Bahkan ketika mau tidur pun ia kadang-kadang bertanya. ‘Tin, saya punya lukisan ini-ini yang saya letakkan di sana-situ, sekarang di mana ya? Kok saya tidak melihatnya?' Benar saja ketika kami mengeceknya pada pukul 05.00 keesokan harinya lukisan itu ternyata masih ada."

"Lukisan kesayangan Bapak itu banyak sekali, sehingga  sulit disebutkan satu per satu," ujar wanita yang kini berusia 72 tahun ini. Sementara lukisan Sarinah, yang namanya kemudian diabadikan pada toserba pertama di Jakarta, adalah hasil karya Bung Karno sendiri pada 2 November 1958.

Lukisan itu dibuat saat Bung  Karno sedang berada di Bali. Ketika itu seorang wanita lewat dibonceng dengan sepeda oleh pacarnya.

Entah mengapa, Bung Karno merasa tertarik untuk menjadikan wanita itu sebagai model lukisannya.

Mereka pun diminta berhenti. Gadis itu diminta mengganti kebayanya dengan yang lebih bagus, yang entah dari mana dipinjam oleh Bung Karno. Rambutnya kemudian dirapikan.

Setelah selesai dilukis, Bung Karno bertanya apa yang diinginkan gadis itu sebagai imbalan. Ternyata wanita lugu itu cuma minta kemeja dan bahan celana untuk pacarnya.

Halaman
1234
Sumber: Intisari
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved