Kisah Cinta Bung Karno dan Ratu Tanpa Mahkota di Istana Bogor, Ada Mistisnya

Jika di tempat tidur kita 'kan "pelacur" bagi suami. Kita melayani permintaan mereka. Apa pun. Sementara een kameraad maksudnya

Editor: Iwan Satriawan
Istimewa
Hartini dan Soekarno 

Permintaan ini diluluskan oleh Bung Karno yang juga menyertakan sedikit uang. Lukisan itu kini masih tersimpan di Istana Bogor.

Salah seorang seniman yang sering datang ke Istana Bogor adalah mendiang Basoeki Abdullah.

Bahkan jika datang ke rumah Basoeki, Soekarno sudah tahu kebiasaan si pelukis, yaitu menyimpan hasjl-hasil karya yang terbaiknya.di kolong ranjang, sehingga Bung Karno memintanya untuk mengeluarkan lukisan-lukisan tersebut.

Hartini juga pernah menjadi model pelukis beken ini. "Saat itu Basoeki Abdullah melihat saya keluar dengan berkebaya hijau muda. la langsung berkata, 'Nah, saya mau melukis Ibu dengan pakaian ini.' Lima belas menit lukisan itu jadi," jelas Hartini.

Lukisan itu kini masih menghiasi ruang tamu rumahnya di Jl. Proklamasi, Jakarta.

Mengomentari patung Si Denok yang terkenal itu, Hartini mengatakan, memang modelnya khusus, tetapi bukan karyawan istana. Pembuatnya Trubus.

Menurutnya, dalam hal patung Bung Karno lebih banyak membeli jadi, misalnya The Hand of God yang kini menghiasi halaman belakang Istana Bogor.

Makannya muluk

Selain lukisan dan patung, Bung Karno juga senang pada wayang dan keroncong. "Sebulan sekali wayangan. Karena saya juga orang Jawa, saya mengerti wayang, tapi tidak hafal seperti Bapak. Jadi menjelang wayangan, saya belajar dulu, karena takut kalau Bapak bertanya. Kalau saya tak dapat menjawab, Bapak akan berkomentar, 'Wong ]owo, ora Jowo!'"

Selain wayang, Hartini juga harus mempelajari keroncong. "Bapak senang keroncong sejak semasa di pembuangan (Bengkulu dan Ende). Jadi beliau pintar sekali menyanyi keroncong. Mana suara saya begini, sampai anak-anak  menertawakan. Meskipun demikian saya harus ikut menyanyi, kalau ndak 'kan ndak enak. Istri harus dapat menyesuaikan, sehingga kalau diajak itu enak. Saya tidak dapat main golf, karena Bapak tidak suka. Paling-paling kami bersepeda saja keliling Kebun Raya."

Untuk belajar menyanyi keroncong, Hartini sampai memanggil Fetty Fatimah dan Titik Puspa. "Saya senang menyanyi, senang mendengarkan, tapi saya toh bukan penyanyi. Jadi ketika semua tamu disuruh menyanyi, saya pun sudah kongkalikong dengan Bapak. Dia akan bertanya, 'Tin, nanti engkau mau nyanyi apa?' 'Wah, Sapulidi aja deh.'

Tapi saya katakan kepada Fetty Fatimah, 'Nanti kalau saya akan menyanyi, beri saya komando, ya kapan harus mulai.' Kalau memberi komando sambil mesem 'kan tidak kentara," kata Hartini membuka rahasia.

Acara keroncongan ini tidak tentu. "Kalau tidak ada film bagus, tak ada acara, malam Minggu santai, kami keroncongan atau lenso. Kalau lenso, saya bisalah," katanya. Yang menjadi grup pemain keroncong itu ya para pengawal presiden sendiri.

Hartini mengakui dirinya banyak belajar dari Bung Karno. "Dari bodoh sampai pintar. Misalnya saja makan. Jika ada state dinner, saya harus belajar. Saya juga memanggil guru bahasa Inggris. Meski pada dasarnya saya sudah bisa, saya toh harus belajar percakapan yang halus, yang tinggi. Kalau makan juga harus tertib.

Sendoknya ada lima, dipakai dari luar ke dalam. Biasanya saya tengok kiri-kanan dulu, meniru orang lain yang sudah biasa. Maklumlah, meski bukan dari desa, saya 'kan rakyat biasa yang masuk istana," akunya terus terang.

Halaman
1234
Sumber: Intisari
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved