Lihat Tempat Indah hingga Bangkit saat Jenazahnya Dimandikan, Inilah Kisah Kakek 3 Kali Mati Suri
Waktu itu Giri diduga meninggal oleh orang-orang sekitarnya tanpa alasan yang jelas. Saat itu, Giri mengalami mimpi yang aneh.
BANGKAPOS.COM - Kehidupan setelah kematian adalah rahasia yang tidak pernah diketahui manusia.
Beberapa orang yang mengalami mati suri mengaku melihat cahaya terang yang diyakini sebagai surga atau tempat menyeramkan yang menurutnya adalah neraka.
Biasanya, orang-orang dengan pengalaman tersebut merasa takut dan ingin memperbaiki hidupnya.
Baca: Pembunuh Misterius Bocah dalam Karung Terungkap Lewat Mimpi dan Sandal
Hal inilah yang juga dialami oleh seorang pria bernama Muhammad Tubagus Hasagiri.
Pria berusia 98 tahun yang biasa disapa Engkong Giri mengaku pernah mengalami mati suri.
Baca: Ini Motif Pelaku Tega Habisi Nyawa Gadis Kecil dan Masukkan Jasadnya ke Dalam Karung Beras
Dilansir dari TribunJakarta, Giri mengaku pernah mengalami fenomena mati suri sebanyak tiga kali.
Fenomena yang pertama terjadi saat usianya menginjak 25 tahun.
Waktu itu Giri diduga meninggal oleh orang-orang sekitarnya tanpa alasan yang jelas.
Saat diduga meninggal, Giri mengalami mimpi yang aneh.
Dia mengatakan dibawa ke suatu tempat yang indah.
Baca: Setelah Dituduh Jadi Pelakor, Yulia Mochamad Digosipin Operasi Plastik Bagian Tubuh Ini
Saat di tempat itu Giri diminta untuk beristirahat oleh seseorang yang ia temui di dalam mimpi.
Namun ia menolak.
Ia lalu terbangun dengan keadaan orang-orang di sekitarnya terkejut.
Hal itu diungkapkan di kawasan Pademangan, Jakarta Utara.
"Waktu itu tiba-tiba mimpi ketemu orang di tempat bagus, terus disuruh istirahat tapi saya gak mau. Tiba-tiba saya bangun, orang-orang pada kaget," ujar Giri, Jumat (25/5/2018), dikutip dari TribunJakarta.
Baca: Makin Malam Restoran Milik Ashanty Makin Ramai, Jam 1 Dini Hari Pelanggan Masih Membludak
Fenomena mati suri kedua dan ketiga terjadi tidak lama dari peristiwa pertama.
Namun bedanya saat itu dirinya sedang tidur.
Tiba-tiba ia merasa seperti tercekik.
Bahkan dirinya mengaku saat itu terbangun saat jenazahnya sedang dimandikan.
"Waktu itu lagi dimandiin, saya bangun lagi kalo kata orang-orang. Yang mandiin saya pun kaget," katanya sambil terkekeh.
Saat ini Giri mengatakan tinggal di berbagai tempat.
Baca: UU Antiterorisme Disahkan, Ini Devinisi Terorisme yang Disepakati Pemerintah dan DPR RI
Kadang di masjid, kadang kembali ke rumah cucu laki-lakinya.
Putrinya kini telah berkeluarga dan memutuskan untuk tinggal di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.
Meski usianya telah senja, Giri mengaku tubuhnya masih sehat dan bugar.
Kini dirinya hanya fokus menikmati masa senja sambil melaksanakan ibadah dengan giat.
Bagaimana Rasanya Mati Suri?
Sebuah studi baru mengenai kronologi mati suri mendapati bahwa tidak semua orang mengalami urutan langkah-langkah yang sama, yang dapat membantu menyingkirkan hubungan kompleks antara neurologi dan budaya di ambang hidupnya.
Baca: Dituntut Hukuman Mati, Terdakwa Kasus Terorisme Aman Abdurrahman Sebut Pemerintah Indonesia Kafir
Diberitakan Kompas.com dari National Geographic Indonesia, sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Belgia ini didasarkan pada 154 tanggapan survei responden dan narasi yang dikumpulkan melalui International Association for Near-Death Studies and the Coma Science Group.
Responden dipilih menggunakan skala Greyson NDE, sebuah metrik yang dikembangkan oleh Bruce Greyson—psikolog AS.
Skala ini dirancang untuk memberikan struktur dan konsistensi dalam mengevaluasi pengalaman yang diingat oleh pasien saat mengalami perhentian jantung.
Istilah Near Death Experience (NDE) atau mati suri muncul pada tahun 1975 ketika psikolog bernama Raymond Moody menggunakannya untuk menggambarkan apa yang disebut dengan ‘menengok dunia lain’.
Kini, cerita mati suri hampir bersifat klise.
Baca: Cara Mudah Memasukkan Anggota Baru ke Grup WhatsApp Tanpa Bantuan Admin
Cahaya terang, terowongan, dan emosi positif sudah menjadi hal yang biasa didengar mengenai pengalaman mati suri.
Tahapan ini pun dianggap sebagai gambaran singkat dari kehidupan setelah kematian.
Mempelajari fenomena ini begitu menarik sekaligus rumit.
Hal itu disebabkan karena sulitnya memisahkan bias budaya dari proses neurologis dan tantangan etika dalam mencatat data fisiologis pada saat kritis.
Yang lebih buruk lagi, bidang penelitian ini nyaris berkaitan dengan penelitian ‘abal-abal’ yang sering muncul.
Baca: Riko Simanjuntak Tak Ingin Sia-siakan Kepercayaan Luis Milla untuk Bela Timnas U-23 Indonesia
Sehingga, sulit untuk mengetahui di mana kinerja otak akan berakhir dan pseudosains—tipuan yang dianggap ilmiah—dimulai.
Dari keseluruhan studi mengenai mati suri, sekitar 4-15 persen penduduk dunia telah mengalami pengalaman tersebut.
Bahkan, beberapa dari mereka melaporkan bahwa ‘pengalaman di akhirat’ itu tidak harus melalui mati suri.
Menurut mereka, hal ini lebih berkaitan dengan respons neurologis terhadap stres daripada kematian itu sendiri.
Baca: Inilah Trio Penyerang Cepat Andalan Pelatih Brasil untuk Piala Dunia 2018
Sesungguhnya, ini bukanlah penelitian pertama mengenai mati suri.
Sebelumnya, sebuah studi oleh ahli saraf, Sam Parnia, menemukan tujuh kategori ingatan selama NDE.
Sedangkan dalam studi yang baru, peneliti mengungkap pengamatan spesifik yang diingat oleh para responden dan mencatat kronologi mati suri tersebut.
Penelitian ini pun dipublikasikan di Frontiers in Human Neuroscience.
Baca: Formasi Pemain Real Madrid Vs Liverpool di Final Liga Champions Bocor ke Publik
“Tujuan penelitian kami adalah untuk menyelidiki distribusi frekuensi dari keistimewaan ini, baik secara global maupun narasi, serta urutan temporalitas yang paling sering dilaporkan dari keistimewaan pengalaman yang berbeda,” kata Charlotte Martial, peneliti dari University of Liège.
Dari seluruh responden, 80 persen merasakan kedamaian, 69 persen melihat cahaya yang terang, dan 64 persen menemui ‘sosok’ lain.
Hanya 5 persen yang merasakan ‘berpikir cepat’ dan 4 persen menggambarkan apa yang disebut sebagai penglihatan prekognitif—penglihatan masa depan.
Baca: Tak Lagi Eksis, Begini Nasib Duo Yangseku-Adik Pasha Ungu setelah Menikah, Penampilannya Beda Banget
Dari segi kronologi, 22 persen responden mengaku telah mengalami pemisahan roh dari tubuh, diikuti dengan menyusuri terowongan, melihat cahaya terang, dan merasakan kedamaian.
Sepertiga dari mereka mengalami sensasi pemisahan roh dan akhirnya kembali lagi ke tubuh.
“Ini menunjukkan bahwa mati suri tampaknya diawali oleh pemisahan roh dari tubuh, dan berakhir ketika roh kembali ke dalam tubuh,” ucap Martial.
Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian semacam ini.
Responden dipilih berdasarkan kemauan mereka sendiri.
Baca: Roy Kiyoshi Ramal Raffi Ahmad Bakal Jadi Duda, Ayu Ting Ting Tampakkan Ekspresi Puas Sembari Tertawa
Responden yang kurang nyaman menceritakan pengalamannya tidak dilibatkan dalam survei ini.
Selain itu, semua responden menggunakan bahasa Prancis.
Itu berarti, sulit mengetahui seberapa besar pengaruh latar belakang budaya terhadap pengalaman mereka.
Jika penelitian seperti ini direplikasi secara luas di populasi lain, hal itu dapat membantu menyoroti aspek fenomena mati suri yang biasa terjadi di sekitar kita.
“Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi perbedaan dan tingkat pengalaman responden yang berkaitan dengan harapan dan latar belakang budaya mereka. Mekanisme neurofisiologis yang mendasari pengalaman mati suri juga perlu untuk diselidiki,” jelas Martial.(Tribun Jatim/Ani Susanti)