Najwa Shihab Ternyata Memiliki Gen Nenek Moyang Asal China Lebih Tinggi Dibanding Gen Asal Arab
Najwa Shihab ternyata memiliki gen nenek moyang asal China yang persentasenya lebih tinggi dibanding gen nenek moyang asal Arab.
Lalu, bagaimana kita menjelaskan fisik Nana yang jelas terlihat seperti orang Arab?
Jika dilihat dari garis keturunan ayah (Quraish Shihab), kata Najwa, dirinya memang memiliki darah Arab secara langsung.
Kakeknya, Habib Abdurrahman Shihab, adalah putra seorang juru dakwah dan tokoh pendidikan kelahiran Hadramaut, Yaman, bernama Habib Ali bin Abdurrahman Shihab yang hijarah ke Batavia.
“Habib Ali kemudian menikah dengan nenek, saya memanggilnya Jidah Salma, kemudian lahirlah Habib Abdurrahman, kemudian Abi (ayah) Quraish Shihab. Jadi, saya tahunya sampai sejauh moyang (buyut dalam istilah Jawa),” kata Najwa.
Keterangan Najwa itu diperkuat oleh keterangan dalam biografi ayahnya, M. Quraish Shihab: Cahaya, Cinta, dan Canda karya Mauluddin Anwar, dkk.
Disebutkan bahwa Habib Ali telah tinggal di Batavia sejak tahun 1901 untuk membangun lembaga pendidikan Jamiat Khair –lembaga pendidikan modern Islam pertama di tanah air yang awalnya dikhususkan bagi para pemuda Arab– bersama warga keturunan Arab lainnya.
Tak hanya dari garis keturunan ayah, darah Arab juga terbentuk dari garis keturunan ibu.
Menurut Najwa, kakeknya, Habib Ali Asegaf, merupakan putra seorang pedagang besar yang juga lahir di Hadramaut.
Ia bersama pedagang-pedagang Arab lainnya hijrah dan menetap di Nusantara.
• Ingin Bayi Cerdas? Ibu Harus Konsumsi 7 Makanan Ini saat Hamil
Dalam catatan sejarah bangsa ini, keberadaan kaum Hadrami (orang-orang yang berasal dari Hadramaut) telah terekam jauh sebelum Habib Ali tiba di Nusantara.
Sebagian besar keturunan Arab yang menetap di Indonesia berasal dari wilayah Hadramaut.
Menurut Hikmawan Saefullah, dosen Hubungan Intenasional Universitas Padjadjaran Bandung yang lama meneliti Arab Hadramaut di Indonesia, pada pertengahan abad ke-8 dan ke-9, rezim Ummayah dan Abbasiyah menjadikan kalangan sayyid target pembunuhan karena ditakutkan menjadi ancaman politik.
Karena terus dikejar dan diintimidasi, mereka akhirnya memilih melarikan diri ke luar Yaman, seperti Afrika, Hijaz, Persia, dan India.
“Di antara yang melarikan diri ini, ada yang kabur ke wilayah Arabia Selatan, kemudian meneruskan perjalanannya melalui laut hingga ke wilayah Nusantara,” kata Hikmawan, yang juga seorang keturunan Arab Hadramaut, kepada Historia.
Linda Boxberger dalam On the Edge of Empire: Hadhramawt, Emigration, and the Indian Ocean 1880s-1930s menjelaskan bahwa orang-orang Hadrami yang bermigrasi ke Afrika Timur dan India relatif lebih mudah kembali ke tanah airnya ketimbang mereka yang bermigrasi ke daerah yang lebih jauh, seperti Nusantara.