Kasus Penusukan
Misrah Buru-buru Ngungsi, Bawa Sehelai Baju di Badan Tidur di Lantai Berselimut Taplak Meja
Misrah mengaku kemarin pergi mengungsi bersama dua anak dan suaminya tanpa membawa pakaian ganti dan perlengkapan
Penulis: Cici Nasya Nita | Editor: Hendra
BANGKAPOS.COM, BANGKA-- Nara (3) terlihat lesu dengan mata sendu sesambil mengigit jari jemarinya.
"Panas mak kening ku," rengek anak perempuan ini kepada ibunya, Misrah (32).
Sang ibu tampak bingung dan cemas mendengar keluhan sang buah hati tercinta sambil menarik anaknya untuk kedekapannya.
"Tidak tidur dia ini semalam, nangis terus. Jam 03.30 WIB baru tidur," ungkap Misrah, perempuan berbaju merah muda ini saat ditemui Bangkapos.com, Minggu ( 22/12/2019).
Bahkan ia dan sang anaknya harus tidur dengan merasakan dinginnya lantai, serta kain taplak meja di tempat pengungsian sebagai selimut.
Misrah mengaku kemarin pergi mengungsi bersama dua anak dan suaminya tanpa membawa pakaian ganti dan perlengkapan tidur sama sekali.
"Saya terkejut saat warga mau demo. Mereka teriak bakar, bunuh, usir. Saya langsung pusing kepala saya, sampai baring dulu. Jadi kita buru-buru tak bawa apa-apa," kata Misrah dengan raut wajah suram dan mata memerah.
• Ulah Satu Oknum Warga Selapan Pun Dibenci, Sukti Lebih Baik Pilih Pulang Kampung
• Anggota DPRD Babel Ini Minta Warga Tetap Tenang, Jaga Kondusitas di Batu Belubang
• Suasana Batu Belubang Masih Panas, Ultimatum Warga Selapan Segera Hengkang
• BREAKING NEWS: Warga Selapan Diminta Angkat Kaki dari Desa Batu Belubang Batas Waktu Pukul 16.00
Rasa bingung yang ia rasakan hingga membuatnya ingin pulang ke kampung halaman.
"Saya tidak kenal sama pelaku, nama saja tidak tau. Bingung saya sekarang, pakaian cuma ini kalau 2 hari di sini 2 hari juga artinya gak ganti," ujarnya.
Ia mengaku tak punya sanak keluarga di sini. Baru merantau 6 bulan dikarenakan suaminya bekerja menjadi penambang TI di Batu Belubang.
"Saya berharap ini cepat terselesaikan. Agar kami pun bisa bekerja lagi, bisa keluar dan pulang," harapnya.
Tak hanya Misrah, kesedihan pun dirasakan oleh para pengungsi lainnya.
Para pengungsi lainnya terlihat berbaring lemas di lantai, separuh lagi duduk di depan ruang pengungsian dengan raut cemas.
Saat pihak berwajib memberikan arahan dan pengertian kepada para pengungsi.
Satu warga Selapan angkat bicara, ia berharap agar barang-barang mereka di desa Batu Belubang dapat diamankan dan tidak dibakar warga seperti insiden di Tempilang tempo lalu. (Bangkapos.com/Cici Nasya Nita)