Penanganan Covid 19

Gangguan Penciuman Orang yang Kena Covid-19 Lebih Khas, Semua Makanan Terasa Hambar

Bila dibandingkan dengan batuk, flu, polip, gangguan penciuman pada orang yang terjangkit covid-19 lebih khas karena sifat mendadak.

Editor: fitriadi
KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo
Gejala Berat Covid-19 

Orang yang terjangkit Covid-19 seringkali setelah kehilangan penciuman, juga kehilangan pengecepan. Semua makanan yang masuk terasa hambar.

BANGKAPOS.COM, JAKARTA – Pandemi Covid 19 di Indonesia belum mencapai puncak, justru jumlah pasien positif terus bertambah.

Oleh karenanya, perlu waspada dengan mengenali gejala awal penyakit ini. 

Sebagian orang yang terjangkit covid-19 tidak mengalami gejala. Ada pula yang mengalami gejala ringan, sedang, hingga berat, bahkan hingga merenggut nyawa.

Makanya, deteksi dini diperlukan untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Hati-hati Orang yang Sudah Sembuh dari Covid-19 Masih Bisa Tularkan Virus Corona, Hindari 3 Hal Ini

Satgas Penanganan Covid-19 Klaim Kasus Covid-19 Nasional Menurun Sepekan Terakhir

5 Kesalahan Memakai Masker di Tengah Pandemi Covid-19

Diketahui gangguan penciuman jadi prediksi Covid-19 awal yang dianggap valid.

Bahkan bila dibandingkan dengan batuk, flu, polip, gangguan penciuman pada orang yang terjangkit covid-19 lebih khas karena sifat mendadak.

ilustrasi
ilustrasi (net)

Seringkali setelah kehilangan penciuman, juga kehilangan pengecepan. Semua makanan yang masuk terasa hambar.

“Di beberapa studi menyebutkan kalau indera penciuman ada gangguan, kebanyakan Covid hanya di sel-sel hidung belum sampai ke sel-sel neuron. Tapi bisa juga si virus ini mengenai tenggorokan, lalu ke paru tergantung orangnya,  yang paling rentan di mana,”  kata dokter spesialis telinga hidung dan tenggorokan, dr. Sakina Umar, Sp.THT-KL saat talkhshow kesehatan Radio Sonora dengan tema  Bagaimana Virus Covid 19 Menyerang Indera Penciuman, Selasa (6/10/2020).

Ia menjelasan, penularan Covid 19 melalui droplet atau percikan ludah. Droplet ini bisa saja mengenai bagian tubuh mana saja.

Terutama di daerah mukosa dan paling dominan di saluran pernafasan. Sejauh ini dari penelitin yang diadakan, virus paling banyak berkumpul hidung dan tenggorokan.

Hal inilah yang membuat  mekanisme tes swab dianjurkan pangembilan di belakang hidung dan tenggorlakan.

Sebenarnya bisa juga diambil sampel dari paru, namun tentu lebih mudah pengambilan di hidung dan tenggorokan.

Anosmia merupakan gejala hilangnya kemampuan penciuman pada hidung. (Radical Botany)
Dokter Sakina menyarankan ketika ada gangguan penciuman secara mendadak walaupun tidak demam, batuk, segera lakukan tes swab untuk memastikan apakah terkena infeksi Covid 19 atau tidak.

Sebelum tes juga ada baiknya memposisikan diri sebagai pasien positif dengan melakukan isolasi mandiri.

Menurutnya, tes swab bisa dilakukan secepatnya begitu ada gangguan penciuman. Bila hasilnya negatif bisa juga diulang 3 hari kemudian untuk memastikan.

Bila hasilnya tetap negative bisa bernafas lega karena bukan terkena Covid 19, namun tetap dikonsultasikan ke dokter untuk memastikan penyebab gangguan penciuman tersebut.

Dari hasil penelitian, gangguan penciuman, ditemukan sekitar 30-70 persen yang terinfeksi Covid 19. 

Gangguan penciuman pada pasien positif Covid 19, biasanya dialami dalam hitungan hari, seminggu atau maksimal 30 hari.

“Ketika virus menduduki epitel hidung di bagian atas, akan sembuh lebih cepat. Hampir 90 persen sembuh dalam hitungan hari. Namun ketika mengenai  sensori ke otak sembuh akan akan lebih  lama. Sangat sedikit yang gangguan penciumannya bersifat permanen. Bila 3 bulan tanpa treatment,  berusia lanjut, serta ada gangguan neurologic lainnya, gangguan penciuman biasanya permanen,” ujarnya lagi.

Gangguan perasa yang menyertai gangguan penciuman biasanya membuat makanan menjadi hambar.

”Pada  pasien covid tidak merasakan asam pahit manis. Kalau disebabkan virus lain manis dan pahit masih bisa merasakan. Walaupun belum clear  karena penelitian mengenai Covid 19  masih berlanjut terus,” kata dokter dari RS Siloam Kebon Jeruk ini.

Beda Covid-19 dan Flu Biasa

Sebagian masyarakat tidak mengetahui perbedaan gejala Covid-19 dan flu biasa.

Pada umumnya, gejala virus corona mirip orang kena flu biasa. Tapi ada perbedaan antara kedua gejala virus ini.

Flu dan Covid-19 sebenarnya disebabkan virus yang berbeda akan tetapi gejala keduanya bisa sangat mirip.

Hal ini kerap menimbulkan kebingungan, apakah seseorang tengah mengalami flu ataukah dirinya trinfeksi virus corona.

Mengutip ABC News sebetulnya tidak ada cara yang benar-benar efektif untuk membedakan kedua penyakit ini mengingat keduanya memiliki gejala yang mirip.

Satu-satunya cara untuk membedakan keduanya adalah dengan dengan melakukan tes.

Meskipun demikian berikut ini sejumlah gejala yang mungkin membantu Anda melakukan identifikasi awal virus melansir dari Mens Health Flu musiman umumnya memberikan gejala yakni:

- Sakit tenggorokan

- Sakit kepala

- Batuk

- Sakit otot

- Bersin

- Suhu meningkat (flu dapat menyebabkan suhu 38 derajat Celcius atau lebih)

- Tekanan di telinga dan wajah Anda

- Kesulitan tidur

Gejala virus Corona biasanya disertai dengan:

- Temperatur tinggi

- Batuk baru yang terus menerus

- Kehilangan atau perubahan pada indera penciuman atau perasa

Terkait gejala-gejala tersebut, berikut ini 5 cara untuk melihat apakah ada kemungkinan gejala yang dialami seseorang sebagai kondisi terinfeksi virus corona:

1. Bersin

Bersin kerap dikaitkan dengan pilek dan flu biasa. Bersin diyakini bukan gejala virus corona. Akan tetapi jika bersin disertai suhu tinggi demam, batuk dan hilangnya kemampuan indra perasa, mungkin Anda patut curiga.

2 Sesak Napas

Sesak napas bisa menjadi gejala Covid-19. Gejala ini dianggap cukup mencolok untuk menjadi pembeda flu dan Covid-19.

Sesak napas sendiri jika disertai gejala lain maka Anda patut curiga. Sebab sesak napas bukanlah gejala umum dari flu meskipun pada flu sesak napas dapat pula muncul.

Sesak napas lebih sering terjadi pada mereka yang mengalami Covid-19

3. Waktu Penyakit

Mereka yang terinfeksi Covid-19 menurut CDC umumnya akan mengalami waktu yang lebih lama untuk mengembangkan gejala dibanding mereka yang flu.

Pada flu umumnya seseorang mengembangkan gejala mulai 1 hingga 4 hari usai infeksi. Akan tetapi pada Covid-19 gejala dapat muncul 5 hari setelah seseorang terinfeksi.

Paling cepat 2 hari, dan paling lambat 14 hari setelah terinfeksi virus corona.

4. Hidung berair

Gejala pilek atau hidung berair bukanlah alasan yang tepat bagi seseorang untuk melakukan tes virus corona.

Jika tidak memiliki gejala Covid-19 lainnya tetapi memiliki gejala seperti pilek, maka tidak perlu dites dan Anda tidak perlu mengisolasi diri. Hal tersebut sebagaimana disampaikan NHS Skotlandia.

5. Kehilangan bau dan rasa

Pada Agustus, para peneliti Eropa menemukan bahwa hilangnya bau khas virus corona berbeda dengan gejala flu biasa atau flu (Influenza).

Pasien Covid-19, umumnya mengalami hilangnya bau 'tiba-tiba' dan 'parah'. Demikian pula, pasien virus corona yang kehilangan rasa tidak dapat mengidentifikasi perbedaan antara pahit atau manis. V

Virus corona diduga memengaruhi sel saraf yang terkait dengan penciuman dan rasa sehingga kondisi demikian terjadi.

Catatan Redaksi: Bersama-kita lawan virus corona. Bangkapos.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).

(Wartakotalive.com, Lilis Setyaningsih/Kompas.com, Nur Rohmi Aida)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Amati 5 Hal Berikut Ini untuk Bedakan Gejala Covid-19 dan Flu Biasa"

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved