Sun Yat Sen Berhasil Gulingkan Dinasti Qing, Sosok Bapak Bangsa Bagi China Maupun Taiwan
Sun Yat Sen Berhasil Gulingkan Dinasti Qing, Sosok Bapak Bangsa Bagi China Maupun Taiwan
Pada usia 13 tahun, ia pergi ke Honolulu dan tinggal di rumah kakaknya. Di sini ia bersekolah sehingga menguasai bahasa Inggris dengan baik.
Menginjak usia 17, Sun Yat-sen kembali ke Tiongkok dan melihat keadaan negara semakin bobrok.
la kemudian belajar kedokteran di Guangzhou, lalu lulus dan memperoleh lisensi dokter dari rumah sakit Hong Kong College of Medicine, Hongkong.
Di sini ia bertemu dengan Prof. Dr James Cantlie yang kelak menjadi penolongnya di London.
Baca juga: Fadli Zon Kaget, Habib Rizieq Siap Buka-bukan Dokumen Perjanjiannya dengan BIN Jika Kondisi Darurat
Meski berpredikat dokter, perhatian Sun Yat-Sen pada masalah sosial politik tetap tinggi.
Mula-mula ia menganut aliran restorasi untuk merestorasi Pemerintah Qing menurut model Restorasi Meiji di Jepang.
Namun ide ini tak mendapat sambutan dari kalangan reformis. la lalu berpaling ke kelompok revolusioner, kembali ke Honolulu.
24 November 1894 mendirikan Xingzhonghui atau Perkumpulan Membangun Tiongkok yang memiliki tiga program: mengeluarkan orang Mancuria, membangun kembali Tiongkok, dan mempersatukan pemerintahan. Anggotanya para ekspatriat asal Tiongkok.
Pada saat itu di Tiongkok sendiri sudah berdiri banyak bui atau perkumpulan yang memiliki program serupa. Di Provinsi Hunan ada Huangxinghui, di provinsi Jiangsu dan Zhejiang ada Guangfuhui, di wilayah sungai Yangzi ada Gongjinhui.
Semuanya memiliki program menumbangkan Dinasti Qing dan membangun kembali kejayaan Tiongkok.
Pada 1895, Xingzhonghui di bawah pimpinan Sun Yat-sen mengadakan pemberontakan pertama di Guangzhou. Pemberontakan ini mengalami kegagalan sehingga Sun Yat-sen dicari oleh Pemerintah Qing.
Baca juga: Ini Cewek Manado Masuk Daftar 100 Wanita Tercantik di Dunia 2020, Bersaing sama Agnez hingga Raisa
Demi keselamatan dirinya, Sun kabur ke Amerika Serikat, Kanada, Jepang, dan Inggris.
Kisah seru terjadi di London, ketika ia sempat diculik oleh perwakilan Tiongkok di sana. Hari Minggu pagi, Sun Yat-sen seperti biasa berjalan menuju gereja, saat tiba-tiba dua orang Tionghoa memaksanya masuk ke sebuah rumah dekat situ.
"Segera terkilas di pikiran saya," kata Sun Yat-sen, "Rumah ini perwakilan Tiongkok (49 Portland Place). Terlihat dari sejumlah orang Tionghoa dengan pakaian mandarin, dan dari besarnya rumah itu ...."
Sun Yat-sen dikurung di lantai dua, yang jendelanya berterali, menghadap ke belakang rumah. Dua atau tiga orang terus menjaganya, satu di antaranya orang Eropa.