Sriwijaya Air Jatuh
Penampakan Dasar Laut, Diduga Puing Pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang Jatuh & Hancur Berkeping-keping
Penampakan Dasar Laut, Diduga Puing Pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang Jatuh & Hancur Berkeping-keping
"Untuk pemeriksaan lebih lanjut akan kami bawa ke Pos Mortem di RS Polri," kata Asep.
Sementara KNKT menyatakan menerima penyerahan kantong berupa puing pesawat Sriwijaya Air. Selanjutnya KNKT akan melakukan pendataan dan analisa.
Pasang Surut Sriwijaya Air, Alasan Chandra Lie dan Hendrie Memilih Nama Kerajaan
KETIKA Air Operator Certificate (AOC) Sriwijaya Air diterbitkan 28 Oktober 2003, terdengar kasak-kusuk di kalangan pemerhati penerbangan. “Bukannya Sriwijaya itu kerajaan maritim? Kok jadi nama penerbangan?”. Faktanya, Sriwijaya Air mampu mewarnai dunia penerbangan Indonesia.
Nama Sriwijaya memang dipilih oleh pendiri oleh Sriwijaya Air, Chandra Lie dan Hendry Lie, agar maskapai itu dapat mengekor kebesaran kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara itu. Visi itu dicantumkan di situs maskapai itu.
Lie bersaudara, memang bukan dari Palembang tapi asal Pangkal Pinang, Pulau Bangka. Namun pada masa silam, Pulau Bangka adalah wilayah dari Sriwijaya. Berlatarbelakang pebisnis garmen, Chandra Lie mengawali bisnis penerbangannya dengan hanya berbekal satu unit Boeing 737-200. Pesawat itu melayani rute Jakarta menuju Pangkalpinang, kampung halamannya, pulang-pergi.
Kemudian, melayani rute Jakarta-Palembang, Jakarta-Jambi, dan Jakarta-Pontianak. Pada akhir tahun 2004, Sriwijaya Air yang mulai mendapat angin, mendatangkan lagi empat unit Boeing 737-200.
Baca juga: Pesawat Sriwijaya Air yang Jatuh Berumur 26,7 Tahun, Berikut Daftar Kecelakaan Pesawat di Indonesia
Baca juga: Tangisan Sang Ibu Pramugari Grislend dan Kiriman Foto Sayap Pesawat Bertuliskan Doakan Ya
Baca juga: Bye Mama, Anak 5 Tahun ini Naik Ambulans Sendirian untuk Karantina, Videonya kini Viral
Baca juga: Dicap Anak Durhaka, Agesti Ayu Perempuan Asal Demak Angkat Bicara dan Ngotot Penjarakan Ibu Kandung
Sriwijaya Air, yang berdasarkan akta didirikan empat orang yakni Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim; kemudian mulai diakui orang. Sebagian orang lainnya juga mulai mencari tahu tentang Chandra Lie, yang tidak terlalu dikenal di dunia penerbangan.
Peruntungan dari Sriwijaya Air boleh jadi merupakan berkah dari deregulasi industri penerbangan. Hal ini tidak lepas dari UU Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara.
Deregulasi penerbangan itu memungkinkan siapapun mendirikan maskapai penerbangan dengan hanya dua atau bahkan satu unit pesawat. Penambahan pesawat dan juga rute dilakukan seiring pendapatan yang terus bertambah.
Sebelum Sriwijaya Air mengangkasa, telah ada Lion Air (1999), Indonesia Airasia (1999), dan Citilink Indonesia (2001). Ketika Sriwijaya Air mengudara pada tahun 2003, juga mengudara armada Wings Abadi Airlines (2003) dan XpressAir (2003).
Sementara Cardig Air dan Susi Air menyusul pada tahun 2004. Kemudian, ikut mengangkasa Transnusa Aviantion Mandiri pada 2005. Kehadiran Sriwijaya Air langsung mendisrupsi perilaku bertransportasi warga Bangka untuk keluar masuk pulau. Hanya dalam enam bulan, kapal cepat Pangkal Pinang-Jakarta berhenti beroperasi. Tidak mampu bersaing.
Betapa tidak, Sriwijaya Air pada akhir tahun 2003 menjual tiket Jakarta-Pangkal Pinang seharga Rp 175.000 untuk penerbangan selama 1 jam 15 menit. Sementara tarif kapal cepat antara Rp 155.000-Rp 165.000 untuk 10 jam pelayaran. Warga Bangka jelas memilih terbang untuk mencapai Jakarta.
Sriwijaya Air kemudian terus berekspansi. Bulan April 2005 misalnya, Sriwijaya Air mendarat di Solo. Itu kabar baik karena tadinya masyarakat Solo Raya hanya dilayani oleh Garuda Indonesia dan Lion Air yang membuka rute Solo-Jakarta.
Sriwijaya Air bahkan punya strategi terbang dari Jakarta pada pukul 08.00, lebih pagi daripada Garuda Indonesia dan Lioan Air. “Sehingga businessman dari Jakarta ke Solo dapat terlayani, begitu pula sebaliknya," kata Maharani, yang saat itu menjadi District Manager Sriwijaya Air Wilayah Semarang yang membawahi wilayah Solo.