Jantung
Sering Dianggap Remeh, Waspada Serangan Jantung pada Olahragawan, Begini Penjelasannya
Pada atlet kebanyakan terjadi karena henti jantung mendadak atau cardiac arrest, yaitu kondisi di mana jantung tidak mampu memompa darah ke ..."
Sering Dianggap Remeh, Waspada Serangan Jantung pada Olahragawan, Begini Penjelasannya
BANGKAPOS.COM -- Serangan jantung dapat berujung kematian.
Serangan jantung atau dalam dunia medis dapat disebut juga infark miokard adalah keadaan darurat medis yang serius.
Jadi, segera cari pertolongan medis jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala yang dapat menandakan serangan jantung.
Bicara mengenai serangan jantung, diketahui sudah banyak kita dengar kasus kematian mendadak pada orang-orang yang aktif berolahraga, bahkan seorang atlet.
Sebagian besar kasus dikaitkan dengan serangan jantung.
Baca juga: Jangan Dianggap Sepele, 3 Gejala Awal Serangan Jantung ini Sering Dialami Wanita
Menurut data di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 50.000 kematian mendadak terjadi pada atlet.
“Pada atlet kebanyakan terjadi karena henti jantung mendadak atau cardiac arrest, yaitu kondisi di mana jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh dengan efektif,” kata dokter spesialis jantung dr.Ario Soeryo Kuncoro Sp.JP dalam diskusi virtual yang diadakan oleh Heartology RS.Brawijaya Jakarta (8/5/2021).
Cardiac arrest bisa dipicu oleh berbagai sebab, mulai dari gangguan irama jantung, serangan jantung, atau pun penumpukan cairan di selaput jantung.
Ario menjelaskan, faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian mendadak karena jantung antara lain kebiasaan merokok, berjenis kelamin laki-laki, gangguan kolesterol, hingga ada riwayat penyakit ini dalam keluarga.
Selain itu, ada penyebab lain yang juga sering tidak terdeteksi, yakni gangguan pada otot jantung.
“Pada olahragawan justru aktivitas olahraganya bisa menyebabkan penebalan otot jantung yang berkembang menjadi penebalan tidak normal. Hal ini membuat aliran darah tidak efisien,” ujarnya.
Kelainan otot jantung tersebut salah satunya bermanifestasi sebagai gangguan irama yang dapat menggangu fungsi jantung.
Baca juga: Begini Ternyata Cara Menghitung Denyut Nadi Saat Olahraga untuk Cegah Serangan Jantung
Akibatnya, pencinta olahraga ini terancam resiko henti jantung mendadak atau mati mendadak.
Deteksi dini Pencegahan dan deteksi dini kematian mendadak, menurut Ario, tidak mudah karena diperlukan pemeriksaan yang menyeluruh dengan biaya relatif besar.
“Untuk screening sederhana bisa dengan wawancara risiko penyakit dan pemeriksaan fisik, misalanya apakah pernah pingsan tanpa sebab sebelumnya, riwayat nyeri dada yang mengarah penyempitan pembuluh darah atau pun aritmia,” kata dokter yang menjadi staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Yang tidak kalah penting adalah mengetahui adanya riwayat penyakit jantung dalam keluarga, seperti aritmia atau kematian mendadak pada usia kurang dari 50 tahun.
“Ini perlu dievaluasi lebih lanjut, misalnya dengan rekam jantung atau USG jantung secara rutin,” katanya.
Baca juga: Simak 11 Makanan Ini yang Berdampak Buruk Bagi Kesehatan Jantung
Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan Jantung yang Baik, Satu Diantaranya Singkirkan Perut Buncit
Baca juga: 10 Cara Mengobati Penyakit Jantung Sesuai Jenis Gangguan Jantungnya
Sebagai pencegahan, Ario menekankan pentingnya untuk tidak menganggap remeh setiap keluhan saat sedang berolahraga.
“Misalnya ada rasa pusing, kliyengan, sebaiknya berhenti dan istirahat, apakah keluhannya membaik,” imbuhnya.
Kondisi yang wajib diwaspadai adalah ketika dada terasa berat, napas sesak, keringat dingin, atau terlalu capek sehingga ingin pingsan. Segera hentikan olahraga dan cari pertolongan dokter.
(*/ Kompas.com)