Pasrah Pelabuhannya Dikuasai China Karena Tak Bisa Membayar Utang, Negara Ini Malah di Embargo AS

AS menuduh Kamboja merencanakan memperbolehkan pasukan China ditempatkan di tanah mereka, klaim yang terus-terusan disangkal

Editor: Iwan Satriawan
via Intisari-online
Potret proyek mentereng Kamboja menggunakan pinjaman dari China yang justru membuat pelabuhannya dikuasai China 

Beberapa bantuan telah diputus tapi China telah dengan cepat mengisi kekosongan tersebut.

Namun, hal ini masih diusahakan AS untuk berubah.

Bulan lalu AS mengatakan jika mereka berencana membuka posisi Kamboja dalam skema perdagangan yang diliputi hak istimewa, yang bisa secara signifikan membantu ekspor Kamboja dan membuat ekonomi pasca Covid-19 Kamboja pulih.

Gayung bersambut terbaru dimulai pada 7 Desember ketika negara-negara bagian dan departemen perdagangan AS mengumumkan sebuah embargo senjata yang akan membatasi akses untuk "bantuan pertahanan" oleh militer Kamboja dan agen intelijen.

"Itu karena hubungan militer Kamboja-China dan AS memutuskan Kamboja telah nakal, jadi bongkahan batu bara untuk Natal!" ujar Sophal Ear, dekan dan profesor di Thunderbird School of Global Management di Arizona State University.

Hun Sen, yang menjabat sejak 1985, bereaksi seperti biasa dengan marah atas sikap AS.

"Ini menunjukkan kebijaksanaan keputusan yang saya buat di tahun 1994 ketika saya dipilih tidak mengubah sistem senjata berdasarkan model AS," ujarnya pada 10 Desember lalu menurut terjemahan media lokal.

"Saya juga mengisukan perintah kepada semua unit pasukan bersenjata untuk segera cepat menilai senjata dan peralatan militer yang saat ini dimiliki Kamboja dan menarik semua buatan AS untuk disimpan atau dihancurkan," tambahnya.

Ou Virak, presiden dari lembaga penelitian di Phnom-Penh, Future Forum, menjelaskan embargo senjata ini merupakan "gerakan simbolik".

Memang benar, karena Kamboja belum membeli atau memiliki amunisi maupun peralatan militer dari AS dalam berpuluh-puluh tahun lamanya.

Menurut data dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Kamboja terakhir kali mendapatkan senjata dari AS sejak 1973.

Pada sejarah yang lebih baru, Kamboja telah bergantung pada sumber peralatan militer lain, terutama dari negara-negara Eropa Timur dan China.

Menurut pangkalan data SIPRI, China telah membuat lima pengiriman terpisah untuk amunisi dan peralatan militer ke Kamboja sejak pergantian abad.

Pengiriman terbesar adalah 12 Helikopter Panther AS365/AS565 tahun 2013, yang dibayarkan Kamboja melalui pinjaman sebesar USD 195 juta dari Beijing.

Sementara itu, hubungan antara AS dan Kamboja membeku sejak akhir perang sipil Kamboja tahun 1990-an, dan memburuk lebih jauh di sepanjang tahun 2010-an saat Phnom Penh mendekat ke China.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved