Imlek 2022
Identik Warna Merah, Ini Sejarah Imlek yang Sudah Ada Sejak Awal Masehi
Malam tahun baru Imlek dikenal sebagai Chúxī yang berarti malam pergantian tahun. Di China perayaan imlek disebut juga "festival menyambut musim semi
Penulis: Nur Ramadhaningtyas | Editor: Ardhina Trisila Sakti
Untuk melindungi diri mereka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun.
Dipercaya bahwa dengan melakukan hal itu, maka Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil panen.
Baca juga: Tante Ernie Diam Begini Saja Sudah Bikin Laki-laki Gagal Fokus, Intip Senyumnya di Dekat Batu Karang
Pada suatu waktu, penduduk melihat Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah.
Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kertas merah di jendela dan pintu.
Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian.

Adat-adat pengusiran Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan tahun baru.
Pada orde baru dipimpin Soeharto, tradisi Imlek sempat dilarang.
Presiden Soeharto pada saat itu mengeluarkan Intruksi Presiden tentang pembatasan agama, kepercayaan dan adat Tiongkok.
Di mana upacara agama, kepercayaan dan adat tersebut boleh dirayakan hanya di lingkungan keluarga dalam ruang tertutup.
Kebijakan refresif tersebut muncul lantaran kekhawatiran pemerintah orde baru akan kembalinya benih-benih komunis.
Lalu pada masa kepresidenan Gus Dur akhirnya warga Tionghoa mulai bernapas lega.
Gus Dur sebagai presiden ke 4 itu membuka kembali kebebasan beragama.
Hingga pergantian presiden di bawah Megawati Soekarnoputri, Imlek kemudian ditetapkan menjadi hari raya nasional.
(Bangkapos.com/Nur Ramadhaningtyas)