Ukraina Diserang, Indonesia Sudah Bersiap Perang, Sampai Dibantu Negara Tetangga Kumpulkan Informasi
Ukraina Diserang, Indonesia Sudah Bersiap Perang, Sampai Dibantu Negara Tetangga Kumpulkan Informasi
BANGKAPOS.COM---Perhatian penduduk seluruh dunia kini tertuju pada perang Rusia-Ukraina di Ukraina.
Konflik ini disebut bisa menyebar dengan cepat menjadi perang yang lebih besar, dengan kekhawatiran konflik berikutnya terjadi di Indo-Pasifik.
Taiwan adalah negara kunci konflik di Pasifik, dan China sebagai tokoh utama.
Indonesia rupanya sudah diam-diam mempersiapkan konflik berkepanjangan tersebut apabila benar-benar terjadi.
Pejabat Angkatan Laut Indonesia telah dipermalukan setelah apa yang mereka klaim sebagai dua pemindai radar buatan AS yang ditemukan mengapung di lepas pantai Sulawesi Selatan awal bulan ini ternyata peralatan yang secara rutin dipakai oleh perusahaan survei Indonesia dalam pencarian seismik untuk minyak dan gas (migas).
Baca juga: Setelah Rusia Kini Giliran China Serang Taiwan, Bombardir Negara Kecil Itu dengan 9 Pesawat Tempur
Baca juga: Dibombardir Rusia, WNI di Ukraina Mengaku Ketar ketir, Istri Hamil 9 Bulan, Tidur Tak Nyenyak
Dalam tanda tumbuhnya sensitivitas Indonesia terkait permusuhan besar di maritimnya,
komandan lokal tampaknya menarik kesimpulan dengan cepat karena silinder dengan massa 5 kilogram itu ditemukan di dekat pulau yang dulunya lokasi munculnya drone bawah tanah buatan China tahun 2021 lalu.
Beberapa hari sebelum penemuan diumumkan, kapal perang China, yang sebelumnya telah memasuki perairan Indonesia, menimbulkan insiden diplomatik dengan menarget sinar laser tingkat militer pada pesawat patroli Boeing P-8A Poseidon Angkatan Udara Australia (RAAF) di Laut Arafura.
Dilansir dari Asia Times, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan pesawat itu telah "berada di bawah ancaman" oleh laser itu,
memancar dari kapal perusak berpeluru kendali kelas Luyang ketika mendekati Selat Torres, jalur air sempit antara Australia dan Papua Nugini, yang membuka ke Laut Koral.
Penghancur dan sebuah kapal transportasi amfibi kelas Yushao berukuran 25.000 ton pertama kali dideteksi oleh P-8 lepas pantai selatan Jawa pada 12 Februari saat keduanya meluncur untuk pertemuan dengan kapal fregat kelas Jiangkai dan sebuah kapal pengisian kelas Fuchi di selatan Timor Barat.
Setelah berlayar melalui Selat Makassar, kehadiran kapal kedua yang kecil telah ditangkap di lepas pantai Maluku oleh kapal fregat Australia, HMAS Arutmin.
Kapal fregat itu baru-baru ini ditingkatkan dengan sistem radar jarak jauh Ceafar yang memungkinkannya melihat jauh ke dalam perairan Indonesia.
Bereaksi pada insiden 17 Februari dini hari itu, Kementerian Pertahanan China mengatakan pesawat patroli telah melaksanakan aksi "provokatif dan berbahaya"
dalam petualangannya sedekat 4 kilometer ke kapal-kapal China untuk menjatuhkan pelampung sonar ditujukan untuk mendeteksi keberadaan kapal selam.
Baca juga: Dampak Perang Rusia dan Ukraina, Apakah Harga Gandum di Indonesia akan Mahal? Ini Kata Ahlinya