Konflik Rusia dan Ukraina
Pasukan Rusia Mendadak Ciut Tak Berani Lanjutkan Perang Usai Diusir dari Mykolaiv, Ada Apa?
Menurut pantauan Kim, pasukan Rusia yang awalnya menguasai landasan pacu militer di kota itu, telah meninggalakan lokasi tersebut
Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Evan Saputra
BANGKAPOS.COM - Serangan yang dilakukan pasukan Rusia mendadak berhenti di Kota Mykolaiv.
Tak ada lagi suara rentetan senjata, maupun ledakan bom di kota tersebut sepanjang Jumat (4/3/2022) kemarin.
Hanya sesekali terdengar suara tembakan, namun setelah itu, suasana kembali seperti semula, tenang.
Hal itu diungkapkan Kepala Administrasi Regional Kota Mykolaiv, Vitaly Kim.
Kim menuturkan, situasi itu seperti gencatan senjata.
"Kami tidak menembak lagi. Mereka (Rusia) tidak menembak lagi," kata Kim di akun Telegramnya pada Sabtu (5/3).
Menurut pantauan Kim, pasukan Rusia yang awalnya menguasai landasan pacu militer di kota itu, telah meninggalakan lokasi tersebut.
Meski demikian, mereka masih tetap berada di sekitar wilayah kota tersebut.
"Secara umum, bukan situasi menyenangkan. Mereka tampak ada di sini, tetapi sepertinya tidak berada di kota, kadang-kadang mereka menembak, melindungi diri mereka sendiri," kata Kim.
Baca juga: Sejarah Seakan Terulang Kembali, Orang Yahudi di Ukraina Jadi Pengungsi Lagi, Israel Lakukan Ini
Baca juga: Bakal Jadi Senjata Makan Tuan, Ukraina Dapat Kiriman 2.700 Rudal Strela untuk Hadapi Rusia
Kendati demikian Kim tidak menyebut bahwa ini adalah kemenangan bagi pasukan Ukraina.
"Karena musuh tidak tersingkir, tidak terbakar, mereka mundur," lanjutnya.
Kim menuturkan pasukan Ukraina berhasil mengusir militer Rusia sedikit demi sedikit.
"Tetapi pertempuran terus berlanjut. Mereka sekarang berada di pinggiran, kami mengusir mereka dari kota," ucapnya.
Di sisi lain pasukan Rusia diketahui telah menduduki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang merupakan PLTN terbesar di Eropa.
PLTN Zaporizhzhia bahkan sempat terbakar akibat pertempuran sengit tentara Ukraina dan Rusia hingga memicu kekhawatiran Eropa terkait ancaman bencana radiasi nuklir yang ditimbulkan.