Mendag Lutfi Akui Tak Kuasa Kontrol Mafia terkait Migor Mahal, dan Salahkan Invasi Rusia ke Ukraina
"Dengan permohonan maaf, Kemendag tidak dapat mengontrol karena ini sifat manusia yang rakus dan jahat,"
BANGKAPOS.COM -- Terhitung sejak akhir tahun lalu, harga minyak goreng melambung tinggi.
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi panen kritik karena kemelut minyak goreng yang tak kunjung selesai.
Pemerintah pun sempat mengeluarkan aturan Harga Eceran Tertinggi (HET). Untuk minyak goreng curah, ditetapkan HET sebesar Rp 11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 per liter.
HET yang diterapkan mulai 1 Februari 2022 itu memang sempat membuat harga minyak goreng di pasaran turun. Namun, keberadaannya menjadi langka di pasaran.
Akhirnya, pemerintah mencabut aturan soal HET. Artinya, harga minyak goreng kemasan diserahkan ke mekanisme pasar.
Baca juga: Inilah 15 Tanda-tanda umur Seseorang Tinggal Menghitung Hari Sebelum Meninggal, Perhatikan Ciri Ini
Baca juga: Indra Kenz Bikin Geram Polisi Gegara Kelakuannya, Berani Buat Pengakuan Begini ke Penyidik Polisi
Baca juga: Pria Raksasa Berbobot 444 Kg Tolak 300 Wanita yang Suka Padanya, Ternyata Mau Cewek Seperti Ini
Baca juga: Terbaru Harga Minyak Goreng: Mulai dari Filma, Sunco hingga Bimoli
Baca juga: 48 Jam Lakukan Hubungan Biologis, Pengantin Wanita Tewas, Dokter Syok Temukan Benda Mengerikan Ini
Setelahnya minyak goreng memang muncul kembali di pasaran. Tetapi, masalah yang muncul selanjutnya yakni harganya melonjak tinggi.
Atas persoalan yang berlarut-larut ini, Mendag Lutfi pun banjir kritik.
Tak kuasa kontrol mafia
Dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR di Jakarta, Kamis (17/3/2022), Lutfi mengungkap langka dan tingginya harga minyak goreng disebabkan oleh permainan mafia minyak goreng.
Para mafia itu, kata dia, menyelundupkan minyak goreng yang mestinya menjadi konsumsi masyarakat ke industri-idustri, bahkan hingga ke luar negeri.
"Ada orang-orang yang tidak sepatutnya mendapatkan hasil dari minyak goreng ini. Misalnya minyak goreng yang seharusnya jadi konsumsi masyarakat masuk ke industri atau diselundupkan ke luar negeri," ujarnya.
Menurut Lutfi, mafia-mafia tersebut tidak sepatutnya mendapatkan minyak goreng, tetapi kemudian memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Ini dibuktikan dari kosongnya pasokan minyak goreng di sejumlah kota besar seperti DKI Jakarta, Surabaya, dan Medan. Padahal, menurut data, stok minyak goreng di kota-kota itu melimpah.
Baca juga: Sindiran Keras Andre Rosiade ke Pemerintahan Jokowi, Disebut Kalah Hadapi Pengusaha Minyak Goreng
Baca juga: Pukulan Keras bagi Putin, Jenderal Keempat Rusia Tewas dalam Serangan di Mariupol Ukraina
Baca juga: AS Sampai Kalang Kabut, Pertahanan Ukraina Sulit Cegat Rudal Rusia, Rupanya Gunakan Rudal Iskandar
Baca juga: 2 Polisi Penembak Laskar FPI Divonis Bebas, Ada Alasan Pembenaran dan Pemaaf dalam Vonis Hakim
Situasi ini menjadi sorotan lantaran tiga kota tersebut memiliki industri minyak goreng dan dekat dengan pelabuhan.
"Yang terjadi ketika kebanyakan dari minyak tidak bisa dipertanggungjawabkan, makanya terjadi kemiringan tersebut," kata dia.