Ramadhan
Inilah Beda Hisab dan Rukyat dalam Penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal
Dalam menentukan 1 Ramadhan sering kali terjadi perbedaan. Ternyata terdapat metode penentuan bulan Ramadhan yang resmi digunakan oleh pemerintah.
Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: Teddy Malaka
BANGKAPOS.COM - Setiap menjelang bulan Ramadhan, selalu terjadi perbedaan dalam menentukan 1 Ramadhan dan juga 1 Syawal.
Sebenarnya, kenapa sih sampai terjadi perbedaan dalam menentukan hal tersebut, khususnya di Indonesia?
Ternyata bukan tanpa alasan, setidaknya ada dua penyebab yang melatar belakangi perbedaan tersebut.
Yakni metode yang digunakan, satu ada yang menggunakan metode rukyat dan satu lagi menggunakan metode hisab.
Lantas apa beda di antara keduanya?
Dilansir dari tribunnews.com, rukyatul hilal secara harfiah memiliki arti melihat bulan secara langsung melalui alat bantu seperti teropong.
Aktivitas pengamatan ini berfokus pada visibilitas hilal atau bulan sabit muda saat matahari terbenam sebagai tanda pergantian bulan pada kalender Hijriah.
Namun, jika cuaca terhalang gumpalan awan atau mendung, tak jarang metode rukyatul hilal menemui berbagai kendala dan kesulitan untuk melihat bulan sabit muda tersebut.
Jika sampai hal itu terjadi, maka hilal akan dianggap tidak terlihat, sehingga penentuan awal puasa Ramadan digenapkan pada lusa berikutnya.
Ternyata tidak semua orang dapat melakukan rukyatul hilal ini.
Petugas yang dapat melakukan rukyatul hilal di antaranya yakni ahli astronom, pimpinan pondok pesantren, ahli klimatologi hingga masyarakat umum yang ingin terlibat langsung dalam menentukan 1 Ramadhan.
Dari tradisi setiap tahunnya, pemantauan hilal biasanya dikoordinasikan langsung oleh Kementerian Agama Republik Indonesia yang juga bekerja sama dengan beberapa pihak.
Serta organisasi masyarakat juga dapat ikut terlibat, BMKG, serta LAPAN juga dapat ikut terlibat dalam hal ini.
Kerja sama dari berbagai pihak ini sangat diperlukan, agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan 1 Ramadhan nantinya.
Sedangkan metode hisab, dimaksudkan pada perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan sebagai tanda dimulainya awal bulan pada kalender Hijriah.