Militer dan Kepolisian
Rusia Sukses Uji Coba Rudal Balistik Terbarunya, Inilah Rudal Balistik yang Dikembangkan Korea Utara
Presiden Vladimir Putin mengatakan senjata terbaru ini akan membuat Barat "berpikir dua kali" menyerang Rusia
Penulis: Iwan Satriawan CC | Editor: Iwan Satriawan
BANGKAPOS.COM -- Rusia menggelar uji coba senjata terbarunya 'Sarmat', rudal balistik antarbenua pada Rabu (20/4/2022).
Uji peluncuran rudal Sarmat dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Barat, atas Invansi Rusia ke Ukraina.
Uji coba ini juga disebut sebagai bentuk "pamer senjata" terhadap negara barat.
Presiden Vladimir Putin mengatakan senjata terbaru ini akan membuat Barat "berpikir dua kali" menyerang Rusia.
Berbicara kepada pejabat senior, Putin memuji peluncuran Sarmat.
Dia mengklaim bahwa rudal baru tidak memiliki analog asing dan mampu menembus pertahanan rudal prospektif.
“Senjata yang benar-benar unik ini akan memperkuat potensi tempur angkatan bersenjata kita, memastikan keamanan Rusia dari ancaman eksternal. Ini (juga) membuat mereka, yang dalam panasnya kepanikan retorika agresif, mencoba mengancam negara kita, berpikir dua kali,” kata Putin.
Sebelumnya, Korea Utara telah lebih dulu melakukan uji coba rudal balistiknya pada 23 Maret 2022.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan, Korea Utara menembakkan rudal balistik antarbenua untuk kali pertamanya sejak 2017.
Peluncuran rudal balistik itu adalah salah satu dari hampir selusin uji coba senjata yang dilakukan oleh Korea Utara sepanjang tahun ini
"Ini ancaman serius bagi semenanjung Korea, kawasan, dan komunitas internasional," kata Moon.
Sementara itu, Pemerintah Jepang mengatakan bahwa rudal Korea Utara jatuh di perairan zona ekonomi eksklusif Jepang, sebelah barat pantai utara "Negeri Sakura".
Analisis saat itu menunjukkan bahwa rudal balistik terbang selama 71 menit dan sekitar 15.44 itu jatuh di perairan dalam zona ekonomi eksklusif Jepang di Laut Jepang sekitar 150 kilometer barat semenanjung Oshima Hokkaido.
Rusia memiliki hampir 1,154,000 personel aktif, sementara Korea Utara memiliki 1,280,000.
Melihat segi kekuatan darat, Rusia memiliki 12,270 tank dan lebih dari 60.000 kendaraan lapis baja.
Korea Utara, memiliki 6,000 tank, untuk kendaraan lapis baja sebanyak 4,000.
Rusia memiliki 18,497 artileri sedangkan negara yang dipimpin Kim Jong Un memiliki sebanyak 13,000 artileri.
Untuk kekuatan udara, Rusia memiliki lebih dari dari 4.100 pesawat, dengan 772 pesawat tempur, sedangkan Korea Utara hanya memiliki 906 pesawat, dengan 349 pesawat tempur.
Jumlah angkatan laut Rusia sebanyak 664 sementara Korea Utara sebanyak 525.
Rusia berhasil menyusul Amerika pada tahun 1949.
Uji coba nuklir pertama yang dilakukan oleh Uni Soviet saat itu terjadi dan mengejutkan negara Barat.
Setelah tes pertama, negara yang bersangkutan mulai dengan cepat meningkatkan jumlah hulu ledak yang mereka miliki.
Pada akhir 1980-an, Rusia adalah kekuatan utama dalam hal jumlah total hulu ledak yang disimpan.
Tahun 2005, para pejabat dari Korea Utara mengklaim bahwa mereka memiliki persenjataan nuklir operasional.
Terlepas dari jaminan Korea Utara, Amerika Serikat tidak percaya bahwa Korea Utara benar-benar memiliki senjata semacam itu.
Alhasil, pemerintah Korea Utara memutuskan untuk melakukan tes.
Hingga kini Korea Utara terus menerus melakukan peluncuran rudal meski sudah diperingatkan PBB sekalipun.
Di Rusia, laki-laki berumur 18-27 tahun wajib militer.
Wajib militer hanya dapat dikirim ke zona pertempuran setelah 6 bulan pelatihan.
Sementara di Korea Utara umur 18 dianggap sebagai usia minimum yang sah untuk wajib militer; 16-17 adalah perkiraan usia minimum legal untuk layanan sukarela.
Rudal-rudal Korea Utara yang baru dikembangkan di bawah rezim Kim Jong Un
1. Hwasong-12
Rudal balistik jarak menengah (IRBM) yang didorong roket untuk tahap pertama penerbangannya ini memiliki jangkauan sekitar 3.000-5.500 kilometer.
IRBM utama Korea Utara ini disebut Hwasong-12, rudal yang cukup kuat untuk menghantam wilayah AS di Guam.
Hwasong-12 terbaru diuji coba pada 30 Januari 2022.
Adapun Korea Utara kali pertama berhasil menguji Hwasong-12 pada Mei 2017.
Di bawah sanksi Dewan Keamanan PBB saat ini, Korea Utara dilarang menguji rudal balistik apa pun.
2. Hwasong-14 dan Hwasong-15
Rudal balistik antarbenua (ICBM) ini memiliki jangkauan minimum 5.500 kilometer dan dirancang untuk membawa senjata nuklir.
Korea Utara sudah menguji ICBM tiga kali, semuanya pada tahun 2017 saat periode panas ketika Kim Jong Un dan Trump saling menghina dan mengancam.
Korut kali pertama menguji Hwasong-14 tahun itu dan mengeklaim sukses mencapai ketinggian 2.802 km serta terbang 933 km.
Tanggal peluncurannya pada 4 Juli bertepatan dengan Hari Kemerdekaan AS, yang disebut Korut sebagai hadiah untuk para bedebah Amerika.
Korea Utara menguji rudal lagi di lintasan yang lebih tinggi tiga minggu kemudian dengan rudal Hwasong-15 yang bahkan lebih kuat, mampu mencapai daratan AS.
Pyongyang mengeklaim bahwa selama uji coba November 2017 Hwasong-15 mencapai ketinggian sekitar 4.475 km dan menempuh jarak 950 km.
3. Hwasong-17
Kali pertama diluncurkan di atas kendaraan roda 22 pada parade militer Oktober 2020, Hwasong-17 yang dijuluki rudal monster oleh para analis dipandang sebagai iterasi baru dari Hwasong-15 dengan peningkatan teknis.
Korut mengaku sudah menguji coba Hwasong-17, tetapi awalnya mengeklaim tes tersebut merupakan komponen untuk satelit pengintai.
AS dan Korea Selatan menilai bahwa dua peluncuran rudal Korea Utara pada awal 2022--tanggal 27 Februari dan 5 Maret--melibatkan sistem rudal balistik antarbenua baru, kemungkinan komponen dari Hwasong-17.
Hwasong-17 diyakini dapat membawa banyak hulu ledak sehingga lebih sulit untuk dicegat, tetapi Korea Utara belum pernah menunjukkan kemampuan ini sebelumnya.(bangkapos/kompas.com)
