Tribunners
Manifestasi Perjuangan Kartini dalam Aktivitas Wanita di Bidang Agribisnis Kini
Kemeriahan peringatan Hari Kartini tidak berarti merupakan sebuah ekspresi dari pendalaman nilai-nilai perjuangan Kartini
Oleh: Dr.Rostiar Sitorus, S.P.,M.Si. - Dosen Agribisnis FPPB Universitas Bangka Belitung
RADEN Ajeng Kartini merupakan sosok wanita yang dilahirkan di tengah keluarga bangsawan Jawa. Ia lahir pada tanggal 21 April 1879 dan wafat pada tanggal 17 September 1904. Selain ditetapkan sebagai pahlawan nasional dengan SK Presiden RI nomor 108, 2/5/1964, tanggal lahir Kartini juga ditetapkan sebagai hari nasional.
Kemeriahan peringatan Hari Kartini tidak berarti merupakan sebuah ekspresi dari pendalaman nilai-nilai perjuangan Kartini. Terlepas dari tradisi peringatan Hari Kartini setiap tahunnya, sudah seharusnya kita memaknai yang sebenar-benarnya nilai perjuangan Kartini tersebut dengan ukuran yang lebih realistis yaitu manifestasi perjuangan semua wanita di Indonesia dalam perannya di segala bidang kehidupan. Kali ini bahasan peran wanita ditekankan pada bidang pertanian yaitu bidang usaha agribisnis.
Pengertian paling sederhana dari agribisnis adalah usaha bisnis di bidang pertanian. Jadi agribisnis fokus dalam aktivitas bisnisnya, bagaimana hasil pertanian mampu didistribusikan dan dipasarkan dengan jangkauan yang luas, harga kompetitif sesuai kualitas, dan dikonsumsi masyarakat secara baik. Sedangkan sebagai suatu sistem, agribisnis meliputi: subsistem primer (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan) yang didukung secara terintegrasi oleh subsistem: Input, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang yang mengubah sumber daya menjadi produk-produk agribisnis.
Bicara agribisnis di mata wanita, artinya bicara tentang gambaran yang kompleks terkait apa yang bisa dilakukan oleh seorang wanita di bidang agribisnis, mengapa wanita harus terlibat di bidang agribisnis dan seberapa besar peran dan kontribusinya bagi agribisnis sebagai suatu usaha yang bermanfaat bagi diri dan keluarganya serta keberlanjutan usaha agribisnis di masa yang akan datang. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka berikut ini dijelaskan gambaran aktivitas yang dilakukan wanita pada setiap subsistem serta peran yang diwujudkan dalam menjalankan fungsi di setiap aktivitas berdasarkan hasil penelitian dari berbagai sumber.
* Aktivitas wanita pada agribisnis hulu
Keterlibatan dan pentingnya peran wanita pada pengadaan sarana produksi pertanian dalam industri hulu di pedesaan merupakan wujud kewirausahaan dan kreativitas para wanita tani. Contohnya adalah inovasi dan kreativitas kelompok wanita tani mengolah sampah dan sisa makanan rumah tangga menjadi sebuah produk pupuk organik, bahkan hasil produksi tersebut saat ini banyak diminati masyarakat sebagai kebutuhan pupuk tanaman. Selain itu wanita tani mampu menyediakan bibit tanaman dari kebun bibit desa yang menjadi bagian dari model Kawasan Rumah Pangan Lestari.
* Aktivitas wanita pada agribisnis on-farm
Berdasarkan data BPS hasil Survei Pertanian antar Sensus (Sutas), jumlah wanita tani di Indonesia pada tahun 2019 tercatat sebanyak 8.051.328 jiwa atau hampir 24 persen dari total 25,4 juta petani Indonesia. Dari keseluruhan aktivitas pertanian di Indonesia ternyata 40 persen dijalankan oleh wanita yaitu bercocok tanam, menentukan komoditas yang diusahakan, mengatur keuangan usaha tani, menentukan waktu berusaha tani, menentukan pengadaan faktor produksi, dan menjual hasil usahatani.
Peningkatan jumlah wanita tani di Indonesia tersebut karena beberapa pekerjaan di sektor pertanian lebih cocok dikerjakan oleh wanita seperti menanam bibit, menyemai benih, menyiangi gulma, memupuk, menyiram, dan memanen hasil pertanian. Pekerjaan tersebut membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Pada kegiatan usaha tani padi sawah peran wanita lebih dominan dibanding pria. Wanita mengerjakan hampir semua kegiatan proses produksi. Hal ini mengindikasikan, bahwa kiprah wanita di sektor pertanian cukup kuat untuk menopang perekonomian keluarga dan ketahanan pangan.
Di sisi lain ternyata terdapat perbedaan karakteristik wanita tani dalam melakukan aktivitas usaha taninya. Perbedaan karakteristik wanita tani tersebut menyebabkan perbedaan kontribusi terhadap pendapatan keluarga. Kepemilikan aset wanita terutama lahan atau sumber daya produktif sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dan penurunan tingkat kemiskinan. Selain itu, peran wanita dalam kegiatan budi daya tanaman berhasil meningkatkan produktivitas kopi robusta sebesar 35,67 persen.
Jadi pada aktivitas on farm peran wanita ternyata sangat penting, walaupun partisipasi dan kontribusi wanita tani di sektor pertanian hampir di seluruh kegiatan usaha tani namun keberadaannya masih tidak diperhitungkan. Adanya ketimpangan gender terjadi ketika wanita berperan penting dalam sektor pertanian terutama dalam hal pengelolaan pertanian, namun masih diabaikan. Ini terbukti apabila ditinjau dari alokasi waktu kerja wanita di sektor pertanian ternyata juga lebih besar dibandingkan pria, khususnya pada usaha tani padi. Namun terkait masalah upah yang diterima oleh wanita tani cenderung lebih rendah dibandingkan pria. Dilihat dari total alokasi kerja wanita tani padi sawah ialah sebesar 63,5 HKP sedangkan pria sebesar 60,79 HKP.
* Aktivitas wanita pada agribisnis off-farm/olah pascapanen
Keterlibatan dan pentingnya peran wanita pada pengolahan hasil pertanian dalam industri pascapanen di pedesaan sangat penting mengingat karakteristik hasil pertanian yang mudah rusak sebagai akibat faktor alam dan teknik pengemasan. Beberapa fakta yang memperkuat hal tersebut yaitu pemberdayaan kelompok wanita tani dalam pembuatan usaha abon dengan bahan dasar dari jantung pisang, pengembangan produksi susu aneka rasa, keripik singkong dan gula merah, pembuatan produksi ini menambah penghasilan bagi keluarga petani.
* Aktivitas wanita pada agribisnis pemasaran
Seiring perkembangan waktu, peran wanita mulai mengalami peningkatan dan menggeser peran pria dalam kegiatan pemasaran. Contohnya pada komoditas kakao, modal sosial yang telah terbangun di kalangan wanita untuk memperoleh informasi, memperluas jaringan pasar, dan mendapatkan pembeli potensial. Istri petani akan bersedia terlibat ketika kontribusi yang diberikan dapat memberikan kepastian pada pencapaian ketahanan pangan keluarga.
Selain penjualan hasil panen ke pihak pembeli yang ada di lokasi kebun, aktivitas pemasaran komoditas pertanian yang terlihat nyata adalah pada kegiatan transaksi jual beli di pasar. Berdasar penelitian bahwa pedagang sayuran yang ada di pasar didominasi oleh kaum wanita. Kontribusi yang dihasilkan dari pendapatan wanita pedagang sayur di pasar tradisional Sungailiat sebesar 67 persen dari total pendapatan keluarga, ini membuktikan peran penting wanita dalam menopang kebutuhan hidup keluarganya.
Adapun perkembangan digitalisasi pemasaran produk pertanian sudah mulai dilaksanakan oleh kelompok wanita tani di Makassar. Pesanan/order pangan langsung dari petani, gapoktan, kelompok wanita tani (KWT). Sistem daring ini merupakan sistem satu arah yang menghubungkan petani langsung kepada konsumennya.
* Aktivitas wanita pada agribisnis penunjang
Subsistem penunjang meliputi kegiatan dalam usaha perkreditan/penyediaan modal usaha tani, kegiatan penelitian pengembangan, kegiatan asuransi usaha tani, pendidikan dan penyuluhan, transportasi dan pergudangan serta berbagai kebijakan pemerintah. Peran wanita dalam subsistem penunjang sudah tidak diragukan lagi. Tokoh wanita sudah banyak sekali yang bisa dijadikan panutan dari keberhasilan melaksanakan tugas dan tanggung jawab di bidang ini. Peran perempuan dalam dunia penelitian juga smakin penting, dimulai dari sebagai perencana sampai melaksanakan penelitian sebagai peneliti, analis, teknisi litkayasa, bahkan memimpin lembaga penelitian.
Bagaimana cara mendorong lebih banyak wanita terjun ke bidang agribisnis?
Pertama, harus ada role model wanita di bidang itu. Kedua, harus ada stimulan. Berbagai pihak berupaya memperkuat peran wanita. Salah satunya diberitakan oleh HKTI yang memberikan pelatihan pembuatan frozen food dan membina wirausaha lokal, serta Gerakan Tanam Serentak Seluruh Indonesia. Berbagai kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai upaya dalam mendukung peningkatan ekonomi dan ketahanan pangan nasional, dimulai dari keluarga. Kegiatan dijalankan pada kelompok Perempuan Tani HKTI yang tersebar di seluruh Indonesia.
Lalu ketiga, ini tidak ada dalam kebijakan tetapi seperti glass ceiling, jadi tersamar tetapi ada. Misalnya ketika mau menduduki jabatan yang lebih tinggi, perempuan dipandang sebagai tidak mampu atau banyak hambatan. Kasus ini ada di mana-mana bukan hanya di Indonesia. Kebijakan menyatakan laki-laki dan perempuan seimbang dalam hal apa pun tetapi dalam praktiknya ternyata tidak.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia telah melakukan berbagai upaya menyelesaikan permasalahan kesetaraan gender pada sektor pertanian di Indonesia, salah satunya dengan menjalankan Program Pengarusutamaan Gender (PUG). Kegiatan ini dengan konsisten memberikan akses dan partisipasi yang sama kepada laki-laki dan perempuan dalam setiap program dan kegiatannya.
Pemerintah melalui Kementan juga berupaya menjadikan sektor pertanian menjadi sektor yang ramah bagi wanita pekerja. Tujuannya adalah untuk mengangkat peran dan derajat kaum wanita yang bekerja pada sektor pertanian.
Wanita tani dianggap sebagai ibu kedaulatan pangan karena perannya yang cukup besar dalam mengelola lahan pertanian, merawat tanaman sampai kepada tanggung jawab untuk ketersediaan pangan keluarga. Wanita tani patut diapresiasi setinggi-tingginya karena kehadiran mereka mampu meningkatkan produktivitas pertanian Nusantara. Makin banyak wanita tani maka makin banyak pula hasil panen yang akan didapatkan.
Peran keluarga bagi wanita agribisnis?
Manifestasi peran wanita berawal dari perannya di dalam rumah tangga sebagai komitmen antara suami dan istri. Sebagai contoh, misalnya seorang istri yang menjalankan usaha/bisnis padahal suaminya sebagai kepala keluarga sudah mampu menafkahi istri dan keluarganya. Dalam hal ini dituntut kebesaran hati seorang suami yang memberikan izin kepada istrinya untuk menyumbangkan kreativitasnya/pengetahuan ke masyarakat, itulah yang dinamakan komitmen di rumah tangga.
Kalau kita lihat di luar rumah tangga, jumlah pebisnis wanita itu masih sedikit tetapi perempuan yang kuliah bisnis itu banyak. Jadi harus diberi treatment tertentu oleh pemerintah supaya bila nantinya wanita berkecimpung dalam usaha bisnis ini bekerja tidak juga mengganggu ketenteraman rumah tangga. Misalnya di perusahaan ada ruang menyusui, atau penitipan anak agar suami istri yang bekerja bisa melihat anak mereka di jam-jam tertentu. Nah, treatment-treatment seperti itu di negara maju sudah banyak, sedangkan di Indonesia belum semua. Itu yang disebut dengan perspektif gender dari sisi kebijakan.
Manifestasi perjuangan Kartini terlihat dari aktivitas dan kontribusi wanita dalam kegiatan agribisnis yang tidak terbatas. Di tengah peran gandanya, wanita butuh dukungan yang cukup dari keluarga dan juga tempatnya bekerja. Agar wanita dalam aktivitas agribisnis tetap bersemangat tinggi tanpa meninggalkan peran penting dalam keluarga sehingga mampu mewujudkan keberlanjutan usaha.
Wanita mengerjakan hampir semua kegiatan proses produksi. Namun, berbagai perlakuan diskriminatif terkait pembagian jenis kerja, upah, dan curahan waktu sering kali diterima wanita. Hal tersebut sebaiknya dimaknai secara positif sebagai tantangan dan peluang. Kontribusi wanita sebagai pencari nafkah dapat dijadikan peluang meningkatkan produktivitas tenaga kerja wanita dalam upaya meningkatkan pendapatan dan mengurangi tingkat kemiskinan. (*)