Aneh, Belalang di Australia Ini Tak Kawin Hingga 250.000 Tahun, Kok Bisa?
Belalang ini hidup di bagian selatan zona kering Australia, di mana ia memakan pohon mulga dan semak serta semak lainnya di musim panas.
Penulis: Nur Ramadhaningtyas | Editor: M Zulkodri
W. virgo ternyata memiliki asal hibrida, yaitu persilangan antara W. whitei dan spesies W. flavolineata, ribuan tahun lalu.
Spesies partenogenetik memiliki gen yang hampir identik.
Hal ini berdampak pada kemungkinan lemahnya tingkat adaptasi dengan lingkungan ketika mengalami perubahan.
Terlebih lagi, partenogen dapat mengakumulasi mutasi buruk yang dapat mempengaruhi kondisi mereka.
Namun, apakah ini akan menjadi kerugian yang berarti? Apakah mereka mempercepat kepunahan dari setiap partenogen yang terbentuk?
Kearney mengungkapkan, spesies partenogenetik memiliki keuntungan jika keragaman genetiknya didorong oleh hibridisasi berulang antara dua spesies induk, menghasilkan pasukan klon yang berbeda.

“Menggabungkan genom dari dua spesies mungkin juga membuat partenogen lebih kuat,” terangnya.
Peneliti telah memeriksa lebih dari 1.500 penanda genetik W. Virgo.
Hasilnya, hampir tidak ditemukan variasi partenogen dibandingkan dengan spesies induknya.
Dengan jelas, ini menunjukan bahwa hanya ada satu perkawinan antara W. whitei dan W. flavolineata untuk memproduksi W.virgo di tempat yang pertama.
Dalam penelitianya, Kearney memperkirakan bahwa perkawinan terjadi sekitar 250.000 tahun yang lalu.
Hal ini didasari oleh jumlah dan sifat mutasi yang terjadi pada W. virgo.
Peneliti juga menemukan, bahwa partenogen tidak memiliki keunggulan dibandingkan spesies induknya dalam berbagai sifat fisiologis, seperti toleransi terhadap panas dan dingin, laju metabolisme, jumlah telur, ukuran telurnya, waktu penetasan dan berapa lama mereka hidup.
Namun, W. virgo secara alami menghasilkan keturunan betina dua kali lebih banyak.
(Bangkapos.com/Nur Ramadhaningtyas)