Berita Kriminalitas

Residivis Cabuli 2 Bocah di Belitung Timur,Pelaku Teman Ayah Korban, Bupati Minta Polisi Usut Tuntas

Kakak beradik perempuan sebut saja Mawar dan Anggrek warga Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini menjadi korban pelecehan seksual.

Penulis: Nurhayati CC | Editor: nurhayati
Bangkapos.com
Ilustrasi anak korban pencabulan 

Melihat dua bocah perempuan anak rekannya itu, P pun tak bisa mengontrol nafsunya.

Ia pun kemudian mencabuli bocah adik dan kakak yang merupakan anak temannya tersebut.

Kejadian itu rupanya bukan hanya sekali dilakukan oleh P kepada bocah perempuan adik dan kakak tersebut.

Dari pengakuan korban ternyata mereka sudah 9 kali dicabuli oleh teman ayahnya itu.

"Ayah korban saat itu ingin ke luar daerah, dan kebetulan pelaku ini dipekerjakan oleh ayah korban di warung kopi miliknya. Mereka merupakan teman satu sel sebelumnya," kata Imelda Handayani, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Belitung Timur, kepada Posbelitung.co, Selasa (5/7/2022).

Dalam pendampingannya, diketahui bahwa pelaku sudah mencabuli anak temannya itu sebanyak sembilan kali.

"Keduanya ditidurkan lalu dilecehkan di warung itu, bahkan hampir diperkosa. Dari hasil visum medis juga memang ditemukan cedera di bagian intim korban. Kami mengutuk keras perbuatan pelaku yang sudah memberikan kejahatan pada anak tersebut," tegas Imelda.

Kondisi ini membuat  kedua korban saat ini mengalami trauma berat dan sedang menjalani trauma healing dari UPTD PPA Dinsos Belitung Timur.

Terpisah, Kasat Reskrim Polres Belitung Timur, Iptu Fajar Riansyah Pratama, saat dikonfirmasi mengenai kasus ini mengatakan, akan berkoordinasi dengan Unit PPA Reskrim untuk data yang lebih lengkap.

Tsunami Kasus Kekerasan Seksual

Pada tahun 2022 baru berjalan enam bulan ini kasus pencabulan terhadap anak di Belitung Timur sudah mencapai 22 kasus hingga per Juni 2022.

Bahkan angka itu melampaui jumlah kasus serupa sepanjang tahun 2021 sejumlah 21 kasus.

Menurut Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Belitung Timur Imelda Handayani menyebut tsunami kasus kekerasan seksual ini sebagai fenomena gunung es.

Fenomena di mana kasus yang terungkap hanya yang dilaporkan saja, tetapi yang tidak dilaporkan pasti lebih banyak.

Imelda memandang bahwa banyaknya kasus kekerasan seksual ini berarti menandakan masyarakat semakin terbuka dan sadar untuk melapor.

Sumber: bangkapos.com
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved