Berita Pangkalpinang
Akademisi Sebut UMP Bangka Belitung Tetap Layak Naik Meskipun Pertumbuhan Ekonomi Melambat
Perekonomian Bangka Belitung cenderung positif di tengah ancaman resesi global.
Penulis: Andini Dwi Hasanah | Editor: nurhayati
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Perekonomian Bangka Belitung cenderung positif di tengah ancaman resesi global.
Pada triwulan III 2022, ekonomi Bangka Belitung tumbuh 4,55 persen, dengan sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan menyerap tenaga kerja lebih banyak.
Akademisi sekaligus Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Bangka Belitung (UBB) Sumiyati menilai, jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Babel sebesar 5,24 persen maka pertumbuhan ekonomi pada triwulan III menurun sebesar 0,69 persen.
Menurutnya, penurunan ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada triwulan III melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Jika mengalami penurunan tentunya bukannya sinyal yang bagus, tapi tentunya harus tetap optimis.
Namun kendati demikian, ia menegaskan, Upah Minimum Provinsi (UMP) Bangka Belitung (Babel) tetap layak naik meskipun pertumbuhan ekonomi melambat.
"BPS memperkirakan kinerja ekonomi triwulan IV akan lebih baik sehingga apabila UMP Babel naik 10 persen pun berperan bagi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebab meskipun pertumbuhan ekonomi menurun, konsumsi rumah tangga akan terus merangkak naik apalagi di akhir tahun," jelas Sumiyati kepada Bangkapos.com, Kamis (10/11/2022).
Dia menyebut, kinerja ekspor melambat dengan penurunan beberapa komoditas termasuk timah.
Dengan menurunnya harga timah, maka sektor pertanian, kehutanan dan perikanan masih lebih unggul.
Selain itu, sektor ini berperan dalam menyumbang PDRB terbesar setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan bagi Bangka Belitung.
"Ketiga sektor ini biasanya digerakkan oleh UMKM, sementara sektor pertambangan masih dibawahnya. Nyatanya UMKM adalah penompang ekonomi terkuat bahkan saat resesi," sebutnya.
Namun kata Sumiyati, meski kondisi ekonomi Babel tergolong baik namun bukan berarti bebas dari ancaman resesi ekonomi.
Dia menyampaikan, resesi global menandakan resesi terjadi di hampir seluruh dunia, resesi global biasa terjadi apalagi dipicu dengan berbagai masalah termasuk masalah politik.
Nyatanya dunia termasuk Indonesia sudah mengalami resesi berkali-kali dan tetap mampu melampauinya.
"Artinya tidak ada yang aman dari ancaman resesi global namun Pemerintah tentu sudah mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi agar dampak negatifnya terjadi tidak terlalu parah dengan cara mengendalikan inflasi salah satunya," ungkapnya.
Sementara itu, menurutnya konsumsi rumah tangga adalah cara mudah yang digunakan pemerintah untuk mengatasi hal ini.
"Tentu saja tetap mengupayakan peningkatan daya beli masyarakat, peningkatan UMP atau pemberian bantuan-bantuan kepada masyarakat yang terdampak langsung," saran Sumiyati.
(Bangkapos.com/Andini Dwi Hasanah)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20221102-sumiyati.jpg)