Buaya Diduga Diracun di Jerambah Gantung
Breaking News: Dua Hari Dua Bangkai Buaya di Pangkalpinang, Nelayan Mulai Resah Diduga Diracun
Penemuan bangkai buaya kembali menggegerkan warga dan nelayan di kawasan Sungai Jerambah Gantung, Jalan Gabek I, Kelurahan Selindung, Pangkalpinang.
BANGKAPOS.COM, BANGKA — Penemuan bangkai buaya kembali menggegerkan warga dan nelayan di kawasan Sungai Jerambah Gantung, Jalan Gabek I, Kelurahan Selindung, Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Hanya berselang sehari dari temuan pertama, seekor buaya sepanjang sekitar tiga meter kembali ditemukan dalam kondisi mati mengambang, Minggu (9/11/2025) sekitar pukul 16.00 WIB.
Penemuan kedua ini pertama kali dilaporkan oleh Mantul, nelayan setempat yang juga terlibat dalam evakuasi buaya sebelumnya.
“Kondisinya mirip seperti kemarin, sudah mati dan mengambang. Di mulutnya ada kail. Bedanya, kali ini pakai tali plastik kecil, bukan seling besi seperti yang pertama,” ujar Mantul kepada Bangkapos.com, Minggu (9/11/2025).
Lokasi penemuan buaya kedua tak jauh dari titik pertama, sekitar setengah jam perjalanan perahu dari bawah Jerambah Gantung.
Saat dievakuasi, tali yang melilit tubuh buaya sempat terlepas, meninggalkan umpan berupa usus ayam yang berbau menyengat dan diduga telah diberi racun.
“Umpan itu jelas diracun. Buayanya mati karena makan umpan. Ini sudah unsur kesengajaan,” tegas Mantul.
Baca juga: Buaya Sepanjang 4 Meter Ditemukan Mati Terjerat Tali di Sungai Jerambah Gantung
Ia menuturkan, proses evakuasi kali ini lebih mudah karena ukuran buaya lebih kecil dibanding buaya pertama yang panjangnya mencapai empat meter.
Bangkai buaya kemudian diamankan ke tepi sungai sebelum dikembalikan ke perairan.
Dua temuan beruntun dalam waktu 24 jam membuat warga dan nelayan mulai resah.
“Kami harap aparat bisa menyelidiki siapa yang sengaja memancing dan meracun buaya. Kalau dibiarkan, masyarakat bisa ketakutan,” ucapnya.
Menurut Mantul, buaya di kawasan Sungai Jerambah Gantung selama ini tidak pernah mengganggu warga.
“Buaya di sini banyak, dari yang kecil sampai besar sekitar delapan meter. Tapi kalau lihat manusia, mereka justru lari. Tidak pernah menyerang,” katanya.
Karena itu, kematian beruntun buaya dianggap sebagai tindakan merusak ekosistem sungai.
“Buaya itu bagian dari keseimbangan alam. Tak ada tambang atau aktivitas TI di sini, jadi perbuatan ini jelas disengaja hanya untuk kesenangan,” ujar Mantul menambahkan.
| Kalender 2025: Tanggal 10 November Memperingati Hari Apa? Catat Seluruh Hari Libur hingga Desember |
|
|---|
| Sosok Pramono Anung, Gubernur Jakarta Ubah Nasib Zidan Pemuda Disabilitas, Diterima di TransJakarta |
|
|---|
| Rekam Jejak Lisdyarita, Wabup Ponorogo Berpeluang Gantikan Sugiri Sancoko, Eks Komisaris |
|
|---|
| Curi Motor di Pangkalpinang, Pemuda Asal Kace Timur Diringkus Polisi |
|
|---|
| Waduh! Menkeu Purbaya Mau Kenakan Cukai untuk Popok hingga Tisu Basah |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.