Berita Velityng Timur

Si Roni Buaya Viral dari Belitumg Timur, Sekali Makan Bisa Habiskan 20 Kilogram Ikan Pari

Beberapa buaya sering muncul di dermaga di Desa Lenggang Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Penulis: Nurhayati CC | Editor: nurhayati
IST/Capture/Handout
Aksi buaya bernama Roni yang viral di media sosial saat sedang menyantap makanan yang diberi oleh warga di Dermaga Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. 

BANGKAPOS.COM -- Beberapa buaya sering muncul di dermaga di Desa Lenggang Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Justru kemunculan hewan predator ganas ini malah ditunggu-tunggu warga sekitar.

Diantaranya oleh Imran, seorang nelayan asal Kampung Bugis Desa Lenggang K,ecamatan Gantung.

Dia bersama temannya kerap memberi buaya di sana makan. 

Aktivitas memberi makan buaya di dermaga ini diabadikan dalam postingan video yang dibagikan di media sosial (medsos) sehingga viral. 

Baca juga: Pulang Mengerjakan Tugas Sekolah Jalan Kaki, Dua Pelajar SMP di Belitung Nekat Curi Motor di Masjid

Baca juga: Lima Orang Daftar Lelang Jabatan Sekda Pangkalpinang, Dua Gugur

Menurut Imran buaya viral yang dipanggil dengan nama Roni itu hanya mau muncul pada waktu sore hari menjelang waktu Maghrib saja, sekitar pukul 17.00 WIB.

Imran yang juga sering memberikan makan Roni di waktu-waktu senggangnya mengaku bisa menghabiskan ikan pari sebanyak 20 kilogram untuk sekali makan. 

"Sekali kita pancing-pancing sama makanan (ikan pari--red) dia pasti cepat muncul," ungkap Imran kepada Posbelitung.co, Sabtu (4/2/2023) lalu. 

Dia menilai si Roni bukan lah buaya nakal, dan belum pernah naik ke atas dermaga, menerkam, atau pun mengganggu nelayan dan masyarakat sekitar yang melakukan aktivitas di pasar ikan.

"Jika dia datang kita beri makan, lalu banyak orang-orang datang menonton Roni sedang memakan ikan," ungkapnya. 

Selain Roni, memang ada buaya lain yang sering muncul di dermaga Desa Lenggang Kecamatan Gantung, tapi jumlahnya tidak banyak hanya sekitar satu atau dua saja.

Dari semua buaya-buaya dermaga tersebut, Imran mengungkapkan Roni lah yang paling sering muncul ke permukaan sungai dan berinteraksi dengan nelayan-nelayan sekitar.

Imran mengaku, alasannya sering memberi makan buaya-buaya dermaga termasuk Roni karena bentuk kepeduliannya sesama makhluk hidup yang setiap harinya mencari makan.

"Karena tahu kalau cari makan itu susah ya saya kasih lah ikan. Buaya itu sudah lama dikasih makan seperti itu, " kata Imran. 

Sarang Buaya

Kolase foto Imran, nelayan yang kerap memberikan Roni, buaya yang muncul di Dermaga Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur.
Kolase foto Imran, nelayan yang kerap memberikan Roni, buaya yang muncul di Dermaga Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. (Bangkapos.com)

Kepala Desa Lenggang Fachrizal Husein membenarkan isi video viral berdurasi tiga puluh detik yang telah ditonton sekitar seribu netizen tersebut memang berlokasi di Dermaga Nelayan Desa Lenggang Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur.

"Oh (video) ini yang baru ya, memang buaya itu sering muncul di pelabuhan karena sering dikasih makan, ukuran buaya cukup besar dan sudah sering disampaikan ke masyarakat untuk hati-hati," kata Fachrizal kepada Posbelitung.co via telepon, Jumat (3/2/2023).

"Buaya itu sebenarnya kemungkinan yang sering diberikan itu sudah memakan korban jiwa juga, buaya berukuran besar berwarna hitam itu, yang kejadian waktu itu di pice (bendungan)," ungkapnya.

Menurut Fachrizal, di depan dermaga nelayan Desa Lenggang Kecamatan Gantung memang ada sarang buayanya, sebab itu lah predator ini sering bermunculan di sekitar dan menjadi tontonan masyarakat yang kebetulan beraktivitas di lokasi tersebut.

Fachrizal mengatakan, penampakan buaya yang berenang-renang di sekitar perahu nelayan di dermaga Desa Lenggang merupakan suatu hal yang sudah biasa saja, karena memang sedari dulu sudah ada.

"Buayanya bisa puluhan jumlahnya, dari dermaga sampai ke muara itu bisa puluhan buaya," katanya.

Saat ini jumlah buaya yang berada di sepanjang alur dermaga ke muara sangat banyak, hal tersebut berbeda waktu ketika Fachrizal masih kecil dan bisa berenang di sekitar sungai tersebut.

"Dari sebelum banjir tahun 2017 sudah ada buaya, tapi setelah banjir semakin banyak, karena buaya yang dari atas dermaga turun ke sungai," jelasnya. 

Fachrizal mengakui, memang ada beberapa nelayan yang sering memberi makan dan melihat-lihat buaya tersebut untuk sekedar bersenang-senang, bukan bertujuan memeliharanya.

Tampaknya, buaya yang sering muncul di dermaga nelayan Desa Lenggang tidak lagi takut dengan manusia, dan malah seperti hidup berdampingan.

"Jadi memang sering muncul di pelabuhan, karena memang di situ dekat dengan pasar ikan jadi kepala-kepala ikan itu biasanya kan dikasih ke buaya," ujarnya.

Warga Diminta Berhati-hati

Video buaya di Pelabuhan TPI Sungaliat usai hujan mengguyur kemarin sore Selasa (31/1/2023)
Video buaya di Pelabuhan TPI Sungaliat usai hujan mengguyur kemarin sore Selasa (31/1/2023) (Screnshoot video)

Selaku Kepala Desa, Fachrizal sudah sering memperingatkan masyarakat agar tidak terlalu sering memberinya makan dan harus tetap berhati-hati, karena bagaimanapun buaya adalah binatang buas.

Fachrizal khawatir buaya liar ini tiba-tiba menyambar warga yang sedang duduk-duduk di pinggiran dermaga karena bukan hewan jinak yang tingkah lakunya tidak bisa ditebak.

"Kalau di alur sungai itu dalam waktu dekat ini tahun kemarin satu memakan korban, kemungkinan yang dikasih makan itu lah, karena ada banyak buayanya, ada yang hitam," ungkap Fachrizal

Sebab masuk ke dalam salah satu hewan yang dilindungi secara hukum, Fachrizal mengatakan masyarakat dan pihak desa tidak bisa melakukan apa-apa untuk meminimalisir potensi adanya korban.

"Sering bilang jaga anak-anak, yang dewasa juga hati-hati jangan anggap remeh, karena binatang buas ini kalau sudah dipelihara pun kadang masih terkam tuannya. Mungkin nanti akan dikasih plang hati-hati buaya atau semacamnya lah," ingatnya. 

Fachrizal berharap, pemerintah daerah melalui bidangnya dapat mengurangi jumlah buaya yang beredar di dermaga nelayan Desa Lenggang sebab sudah dekat dengan permukiman warga dan pernah menelan korban.

Di dermaga tersebut ada ratusan masyarakat yang beraktivitas sebab mencakup seluruh nelayan di Kecamatan Gantung dan jika musim angin barat atau angin kencang nelayan Tanjungpandan juga berlabuh di dermaga Desa Lenggang.

"Buaya berenang-renang di samping perahu itu sudah biasa, kalau ke darat yang di seberang sungainya. Bukan minta dibasmi, tapi dikurangi bagaimana caranya, ditangkap, dipindahkan atau bagaimana," harap Fachrizal Husein. 

Kerusakan Lingkungan

Kemunculan Roni Si Buaya Viral di dermaga nelayan Desa Lenggang Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur diduga ada kaitannya dengan kerusakan lingkungan terutama pada habitatnya seperti sungai dan rawa-rawa.

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Belitung Timur, Novis Ezuar, fenomena kemunculan buaya-buaya yang lebih banyak berinteraksi dengan manusia ini sebenarnya erat kaitannya dengan kerusakan lingkungan.

Jika semakin banyak kerusakan pada sungai dan rawa-rawa yang menjadi habitat buaya maka membuat hewan predator tersebut akan semak sulit mencari makan.

"Istilahnya sarang mereka menjadi hancur, mereka mau tidak mau harus berpindah atau mencari makan di tempat yang memang banyak aktivitas manusianya," kata Novis Ezuar, Kamis (9/2/2023).

Apalagi buaya-buaya itu sudah sering menerima makanan atau diberi makan oleh manusia maka setiap hari pasti akan datang lagi.

"Sama dengan hewan-hewan yang lain lah, ayam, anjing, kalau sudah dikasih makan setiap hari pasti mereka datang tapi sebenarnya ini menurut saya fenomena kerusakan lingkungan di Beltim," jelasnya.

Ezuar menilai, kalau memang lingkungan dalam kondisi baik seperti 20 atau 30 tahun yang lalu, meskipun ada interaksi antara buaya dan manusia tapi jarang sampai ada yang memakan korban jiwa.

"Saya tidak bisa pastikan apakah jumlah hewannya yang tambah banyak atau habitatnya yang berkurang artinya tempat mereka hidup semakin kecil," ungkapnya.

Semakin kecil habitat buaya mau tidak mau hewan buas itu harus merambah ke mana-mana untuk bertahan hidup dan berkemungkinan juga peristiwa banjir tahun 2017 lalu menjadi salah satu penyebab buaya semakin menyebar.

"Terkait kewenangan terhadap hewan yang dilindungi ini sebenarnya bukan ada di DLH, jadi itu ada yang namanya BKSDA, jadi kami pun di sini kalau ada konflik terkait buaya tadi kami akan berkoordinasi dengan BKSDA di Tanjungpandan," kata Novis Ezuar.

Tips Menghindari Serangan Buaya

Ilustrasi diterkam buaya ganas
Ilustrasi diterkam buaya ganas (freepik.com/naypong via kompas.com)

Ketua Yayasan Konservasi Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi Foundation Bangka Belitung, Langka Sani, memberikan tips agar masyarakat terhindar dari serangan buaya, terutama para nelayan ataupun penambang yang sering beraktivitas di daerah aliran sungai.

Pertama dia mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan di sungai pada saat sore hari mulai pukul 17.00 WIB.

“Pukul 17.00 WIB ke atas sampai malam itu adalah waktu berburunya buaya. Jadi ketika waktu berburunya buaya akan lebih agresif,” kata dia kepada Bangkapos.com, Rabu (20/10/2021).

Lalu, hindari aktivitas di daerah aliran sungai yang rawan akan keberadaan buaya muara.

Baca juga: Jokowi Berterimakasih Peran Pers, Dari Orang Biasa Bisa Menjelma Jadi Orang Nomor Satu di Indonesia

Menurut Langka Sani, berdasarkan perilaku dan siklus hidupnya, satwa bernama latin Crocodylus porosus itu pada bulan Oktober sampai Januari merupakan musim kawin dan bertelurnya buaya.

“Mulai bulan Oktober sampai dengan Januari itu adalah siklus buaya untuk perkawinan. Jadi tingkat agresinya agak sedikit tinggi. Maka dari itu kita lebih baik menghindar daripada aktivitas di daerah aliran sungai,” sebut Langka Sani.

Selain itu, manusia yang diciptakan memiliki akal sudah sewajibnya menjaga lingkungan ataupun memelihara ekosistem terutama di wilayah daerah aliran sungai yang menjadi tempat hidup buaya muara.

“Kita juga harus menjaga habitat buaya, karena jelas ini suatu perlawanan dari pada alam. Buaya yang kehilangan habitat, dengan cadangan makanan alaminya yang mulai hilang ini akan terus menimbulkan konflik buaya di Bangka Belitung,” kata Langka Sani. 

(Posbelitung.co/Sepri/Bangkapos.com/Cepi Marlianto/Nurhayati) 

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved