Berita Pangkalpinang

Akademisi Sebut Rutinitas perayaan Cheng Beng Pengaruhi Aspek Keekonomian Daerah

Puncak perayaan Cheng Beng tanggal 5 April, menjadi ritual tahunan yang diselenggarakan masyarakat Thionghoa di Bangka Belitung. 

Penulis: Sela Agustika | Editor: nurhayati
Istimewa
Dosen Program Studi Ekonomi, Fakultas Ekonomi, UBB, Devi Valeriani 

BANGKAPOS.COM,BANGKA -- Puncak perayaan Cheng Beng tanggal 5 April, menjadi ritual tahunan yang diselenggarakan masyarakat Thionghoa di Bangka Belitung

Cheng Beng diartikan sebagai ziarah kubur, dimana keluarga-keluarga yang masih hidup mendoakan leluhur-leluhur yang sudah meninggal dunia.

Kegiatan keagamaan ini menjadi momen yang ditunggu untuk mendapatkan keberkahan hidup dan rezeki bagi masyarakat Thionghoa. 

Akademisi sekaligus Dekan Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Bangka Belitung (UBB) Devi Valeriani mengatakan, Bangka Belitung adalah satu diantara daerah yang ramai dikunjungi ketika perayaan Cheng Beng.

Tidak dipungkiri Devi, rutinitas perayaan Cheng Beng ini sudah menjadi salah satu alasan beberapa aspek keekonomian daerah, seperti kenaikan harga tiket pesawat, meningkatnya jumlah hunian hotel dan restoran, serta ramainya pusat-pusat kuliner daerah yang dijadikan tempat kunjungan wajib tamu dari luar daerah. 

Perayaan Chengbeng tersebut menyeret banyak tamu dari luar Bangka Belitung yang datang tidak hanya sekedar merayakan Cheng Beng. namun, ada ikutan lainnya yaitu wisata ke berbagai destinasi, menginap di berbagai hotel, dan mencicipi kuliner yang merupakan makanan khas lokal, yang dulunya akrab di lidah para tamu-tamu tersebut.

"Harga tiket dipastikan meningkat, sehingga sektor transportasi dipastikan mengalami pertumbuhan, termasuk dari sewa-sewa kendaraan. Selain itu akomodasi makan dan minum dipastikan tumbuh juga, termasuk tingkat hunian hotel dan kunjungan ke destinasi-destinasi wisata," ungkap Devi, Senin (3/4/2023) kepada Bangkapos.com.

Dia menyebutkan, momen Cheng Beng ini menjadi peluang bagi pelaku usaha pariwisata untuk memanfaatkan kesempatan tersebut memasarkan produk-produk wisatanya termasuk oleh-oleh maupun cinderamata. 

"Hanya saja tahun 2023 bertepatan dengan puasa Ramadhan, kuliner khusus di destinasi wisata tidak sebanyak ketika diluar Ramadhan, karena para UMKM saat ini banyak menjual-menjual produk puasa dan persiapan produk untuk lebaran. Tapi para tamu-tamu tersebut dapat mengunjungi pusat oleh-oleh dan cinderamata yang tersebar di wilayah pangkalpinang dan sekitarnya, bahkan ketika berkunjung ke destinasi yang ada di kabupaten-kabupaten pun banyak tersedia penjualan oleh-oleh," jelasnya.

Menurut Devi, pelaku usaha pariwisata harus menangkap momen ini sebagai tantangan dalam pengembangan sektor pariwisata seperti penyediaan atraksi, paket-paket wisata, dan aktifitas bagi pengunjung yang ingin menikmati wisata khusus.

Ketika yang beririsan dengan perayaan Cheng Beng mengalami pertumbuhan maka dampak agregatnya adalah kepada perekonomian daerah karena pertumbuhan ekonomi akan meningkat.

Adapun beberapa hal yang patut diantisipasi di momen ini yakni ketersediaan pangan, karena berdekatannya perayaan chengbeng dengan pelaksanaan Ramadhan dan Idul fitri. 

Devi menilaikan, inflasi secara history akan mengalami gejolak ketika momen perayaan keagamaan, namun pemerintah daerah telah mengupayakan jauh-jauh hari kecukupan ketersediaan pangan, kelancaran arus barang dan orang.

"Namun untuk tiket pesawat masih menjadi salah satu penyebab terjadinya inflasi di Bangka Belitung. Walaupun di klaim harga tiket pesawat telah disesuaikan namun dari sisi mekanisme pasar hal tersebut tetap terjadi," kata Devi. 

(Bangkapos.com/Sela Agustika) 

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved